Mala, usianya tak lagi muda. Banyak penduduk desa yang menjulukinya perawan tua. Padahal, angka dua puluh sembilan baginya tak menjadi beban.
Seiring waktu, semakin ramai pula halaman rumah Mbak Depan. Pohon bougenvil itu jadi kalah menonjol dari teman-temannya yang hampir semuanya sama dengan apa yang ada di halaman rumah kami.
Aku memerhatikannya lebih cermat. Benar, ia tampak seperti orang waras.
Akhirnya, Sang Pengelana memutuskan untuk mencari jawaban. Ia memulai perjalanan ke arah timur untuk menemui raja dari segala raja.
Marliah merasa berhak atas warung itu karena dialah yang mengurusi ibunya. Dialah satu-satunya anak Nek Ronikem yang belum menikah dan tinggal di rumah itu.
Sepanjang perjalanan kutoleh sekali dua ke belakang. Takut ada tombak atau anak panah yang melayang seperti perang suku yang terjadi dua bulan lalu.
Kamu membuang muka. Sudah kuduga, siapa yang sudi menerima kefanaan itu, Fo. Apalagi pemuja kecantikan yang sebentar lagi menyeberang ke dunia politik sepertimu!
Camelon tidak menginginkan peristiwa yang menakutkan itu kembali ia alami.