logo Kompas.id
SastraAnak Bajang Mengayun Bulan...
Iklan

Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 122)

Di jalan apa pun, juga di jalan pertapa, ia bisa tersesat karena kesombongannya. Apalagi di jalan kesatria, yang memang penuh dengan lika-liku luhur dan mulia, betapa mudah kesombongan itu menemukan tanah suburnya.

Oleh
Sindhunata
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/k4RDaz7WO2k_wa8SZOCas6Dzwyo=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F21%2F9236d024-c3c4-473a-8227-ad99980f8744_jpg.jpg

Tanpa Sukrosono, ia bukan siapa-siapa. Tapi mengapa ia justru mencampakkannya? Sukrosono telah menghantarkan dia pada cita-citanya untuk menjadi satria utama. Tapi mengapa ia malu mengakui dia sebagai adiknya yang berwajah raksasa, karena dia berada di jalan kesatria? Jangan-jangan kekesatriaan yang halus, tampan, dan mulia itu memang tak sudi dan tak mau bertemu dengan siapa yang jelek seperti raksasa? Kalau demikian, pikirnya, kekesatriaan adalah jalan yang salah, karena mengecualikan cinta. Ia merasa menemukan, kekesatriaanlah sebab mengapa ia tidak mau menerima adiknya. Kalau begitu, seperti dikatakan Darmawati, mungkin lebih baik ia pulang kembali ke Jatisrana, dan hidup dalam damai dengan adiknya di sana. Ia memaksakan kenangannya untuk mengingat kembali kehidupannya yang indah di Jatisrana, ketika ia dan adiknya boleh saling mencinta.

Ikuti Cerita Bersambung di Rubrik Sastra:

Editor:
MARCELLUS HERNOWO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000