Survei Litbang ”Kompas”: Ganjar Dipilih Pemilih Perempuan, Prabowo Populer di Pemilih Laki-laki
Ganjar Pranowo lebih banyak dipilih pemilih perempuan, tetapi semakin tipis perbedaannya dengan Prabowo Subianto. Sementara Prabowo lebih populer di kalangan pemilih laki-laki.

Seorang anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) menunjukkan surat suara saat simulasi Pemilu 2019 di Jakarta, Sabtu (6/4/2019).
Dinamika elektabilitas calon presiden (capres) dalam kelompok pemilih perempuan sedikit berbeda dengan pemilih laki-laki maupun gabungan keduanya. Perbedaan tersebut tergambar pada survei periodik Kompas terbaru, Mei 2023.
Meski mengalami sedikit penurunan, di kelompok pemilih perempuan, Ganjar Pranowo masih berada di posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 20,8 persen. Angka ini menurun 0,3 persen dari survei Januari 2023.
Di kalangan pemilih perempuan ini, posisi Ganjar memang belum dilampaui oleh elektabilitas Prabowo Subianto. Hal ini berbeda dengan data elektabilitas secara umum, yakni Ganjar sudah tersalip oleh Prabowo.
Elektabilitas secara umum menyebutkan, Prabowo unggul di posisi 24,5 persen, disusul kemudian Ganjar 22,8 persen, dan Anies Baswedan 13,6 persen.
Namun, elektabilitas Ganjar di kalangan pemilih perempuan relatif masih bisa bertahan berada di posisi teratas dibandingkan Prabowo dan Anies. Meskipun demikian, jika melihat tren survei Januari 2023 dan Mei 2023 ini, elektabilitas Ganjar di kalangan pemilih perempuan semakin tipis jaraknya dengan elektabilitas Prabowo.

Potensi keterpilihan Prabowo yang juga Menteri Pertahanan ini meningkat empat persen, dari sebelumnya 15 persen (Januari 2023) menjadi 19 persen (Mei 2023), sehingga hanya selisih 1,8 persen dengan Ganjar. Padahal pada survei Januari 2023 masih terpaut cukup lebar di 6,1 persen.
Demikian juga elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di kalangan pemilih perempuan yang meningkat 2,5 persen menjadi 15 persen pada survei Mei 2023. Dinamika politik yang terjadi dalam empat bulan terakhir turut memengaruhi pergeseran potensi keterpilihan capres dalam kelompok pemilih perempuan.
Deklarasi Ganjar Prabowo sebagai capres yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) padal 21 April 2023, satu hari jelang Idul Fitri, nyatanya belum terlalu mendongkrak elektabilitasnya.
Paling tidak, sebanyak 29,7 persen pemilih loyal perempuan pada Ganjar membuat posisi elektabitasnya tetap teratas, meski sempat muncul pro dan kontra terkait penolakan tim sepak bola Israel hingga berujung gagalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di negeri ini.
Baca juga : Prabowo Kembali ke Puncak, Melampaui Ganjar
Pemilih laki-laki
Jika di survei Mei 2023 ini pamor Ganjar relatif bertahan di kelompok responden perempuan, tidak halnya pada kelompok responden laki-laki.
Di kelompok ini, yang sebelumnya di survei Januari 2023 Ganjar lebih populer karena sebanyak 29,4 persen responden laki-laki lebih memilih Ganjar sebagai calon presiden. Pada survei Mei 2023, kelompok responden laki-laki bergeser lebih banyak memilih Prabowo.
Tidak heran jika kemudian ada lonjakan dukungan yang cukup signifikan dari kelompok responden laki-laki ini terhadap sosok Prabowo. Jika di survei Januari hanya tercatat 21,2 persen pemilih laki-laki yang memilih Prabowo, di survei Mei angkanya menjadi 30,1 persen. Artinya, ada kenaikan hampir 10 persen terhadap elektoral mantan Danjen Kopassus ini.
Elektabilitas secara umum menyebutkan, Prabowo unggul di posisi 24,5 persen, disusul kemudian Ganjar 22,8 persen, dan Anies Baswedan 13,6 persen.
Jika antara Ganjar dan Prabowo terjadi pergantian posisi, Ganjar yang sebelumnya menguasai dominasi pemilih laki-laki dan perempuan yang kemudian digantikan posisinya oleh Prabowo di kalangan pemilih laki-laki, dan ditempel ketat di pemilih perempuan, hal berbeda terjadi pada calon presiden Anies Baswedan.
Anies, yang diusung koalisi Perubahan untuk Perbaikan ini cenderung menurun di kalangan pemilih laki-laki, senasib dengan Ganjar, tetapi di kalangan pemilih perempuan, dukungannya meningkat atau sama dengan yang dialami oleh Prabowo.
Ibarat kata, di isu pemilih perempuan dan laki-laki, pola yang dialami Anies berada di antara pola yang dialami Ganjar dan Prabowo. Tentu saja, pada akhirnya, baik kelompok pemilih perempuan dan laki-laki, memiliki kriteria dan kalkulasi sendiri dalam menentukan sosok terbaik sebagai calon presiden.
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Sederet Opsi Figur Cawapres
Kriteria bergeser
Hal menarik lainnya selain ada pergeseran orientasi pilihan dari kelompok pemilih perempuan, yang cenderung menipis antara Ganjar dan Prabowo, latar belakang kriteri calon presiden juga mulai bergeser di pemilih perempuan ini. Sementara kelompok responden laki-laki sejauh ini relatif, militer adalah latar belakang yang banyak dipilih untuk menjadi calon presiden.
Meningkatnya suara pemilih perempuan yang memilih Prabowo yang antara lain pernah menjadi Panglima Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) dalam karier militernya, bisa jadi disebabkan pergeseran kriteria latar belakang tokoh yang diinginkan pemilih perempuan.
Pada survei periodik Januari 2023, kurang lebih sepertiga pemilih perempuan (37,4 persen) memilih capres yang memiliki pribadi sederhana dan merakyat sebagai kriteria utama.
Kemudian yang memiliki pengalaman dan prestasi sebagai pemimpin (kepala daerah/menteri/lembaga negara) sebanyak 21,8 persen, lalu berikutnya diikuti kriteria tegas dan berwibawa (21,1 persen).

Survei Litbang Kompas pada Mei 2023 merilis survei elektabilitas bakal capres potensial. Ketiga nama dengan elektabilitas teratas adalah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Namun, pada survei terbaru kali ini, kriteria tersebut cenderung bergeser. Pemilih perempuan lebih condong memilih tokoh yang tegas dan berwibawa sebagai kriteria utama menjadi capres. Hal ini diakui 27,5 persen pemilih perempuan dalam survei.
Pengakuan tersebut selaras dengan latar belakang capres yang paling diinginkan berasal dari kalangan militer (TNI/Polri) sebagai representasi sikap tegas dan berwibawa. Sebanyak 20,9 persen pemilih perempuan kini mengidolakan tokoh dari militer untuk menjadi capres. Angka tersebut meningkat 3,3 persen dibanding survei empat bulan sebelumnya.
Kriteria latar belakang capres dari militer ini menggeser kriteria utama yang diungkap pemilih perempuan pada survei sebelumnya, yaitu kepala daerah (gubernur/wali kota/bupati). Pada survei Mei 2023, capres berlatar belakang kepala daerah berada di urutan kedua dan mendapat suara 20,1 persen, turun dari 22,4 persen.
Pemilih perempuan juga mempertimbangkan faktor capres yang memiliki pengalaman dan prestasi sebagai pemimpin (kepala daerah/menteri/lembaga negara), mengikuti kriteria sosok yang sederhana dan merakyat yang menjadi kriteria kedua untuk dipilih.
Berubahnya kepala daerah yang paling diidolakan sebagai capres menjadi tokoh berlatar belakang militer, ditengarai ada dampak dari naiknya elektabilitas Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo Subianto.
Gerindra berhasil memanfaatkan keunggulan Prabowo dalam citra ketegasan militer dan tetap sejalan dengan arah politik Jokowi hingga elektabilitasnya naik 4,3 persen, tercatat tertinggi sejak survei Kompas Oktober 2019.
Baca juga : Survei Litbang ”Kompas”: Prabowo, Ganjar, Anies Berebut Generasi Pemilih Mengambang
Potensi pemilih perempuan
Meskipun demikian, dinamika bursa capres masih sangat cair. Berbagai kemungkinan dan perubahan masih bisa terjadi, termasuk sikap politik pemilih perempuan. Jika dilihat dari profil pemilih perempuan berdasarkan generasi, ketiga capres dengan potensi keterpilihan tertinggi masing-masing memiliki basis pendukung per generasi.
Pemilih perempuan Anies sebagian besar dari rentang usia 34 – 55 tahun, yaitu sebanyak 26,7 persen dari gen Y Madya (34-41 tahun) dan 27,8 persen berasal dari gen X (42-55 tahun).
Sementara Ganjar selain mendapat dukungan seperempat pemilih perempuan masing-masing dari gen Y Madya dan gen X juga dukungan cukup besar dari gen Z (<26 tahun) sebanyak 29,4 persen. Sedangkan Prabowo banyak menarik simpati dari kelompok gen Z sebanyak sepertiga dari pemilih perempuannya (34,2 persen) dan gen X (27,2 persen).

Semua kandidat capres dan koalisi partai pengusungnya masih bisa mengubah strategi termasuk memilih cawapres yang tepat untuk menarik dukungan dari pemilih perempuan.
Karena pemilih perempuan, selain jumlahnya yang besar, menurut Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) sebanyak 50,08 persen, kaum perempuan juga memiliki potensi sebagai pendulang suara yang bisa memengaruhi pilihan politik sesama kaumnya lewat berbagai komunitas.
Apalagi, masing-masing kandidat capres memiliki pemilih perempuan loyal (strong voters) yang cukup kuat. Anies, misalnya, survei Kompas Mei 2023 memotret, pendukung loyal Anies justru lebih banyak dari pemilih perempuan (51,1 persen), sementara pemilih perempuan loyal Ganjar 47,6 persen dan Prabowo 49,1 persen.
Namun, paling tidak sebanyak 33,8 persen pemilih perempuan yang masih gamang dengan pilihannya (swing voters) bisa menjadi ceruk potensial bagi ketiga kandidat capres untuk mengubah konfigurasi pendukungnya dari barisan pemilih perempuan untuk mendongkrak elektabilitas. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Siapa Paling Loyal, Pendukung Anies, Ganjar, atau Prabowo?