Daya tarik pemberitaan calon presiden kurang memicu perhatian pemilih muda dan mula. Perlu strategi jitu untuk mendekati pemilih baru ini dengan mendekatkan diri dengan isu yang melekat dari kepentingan mereka.
Oleh
YOHAN WAHYU
·6 menit baca
Pemilihan presiden memiliki daya tarik tersendiri bagi publik. Salah satu daya tarik tersebut adalah sosok tokoh yang namanya beredar dalam bursa calon presiden 2024. Meskipun demikian, antusiasme ini cenderung hanya terjadi di kalangan pemilih lama, sedangkan pemilih-pemilih baru cenderung kurang tertarik mengikutinya.
Kesimpulan ini tertangkap dari hasil jajak pendapat Kompas pada Mei lalu yang menyebutkan separuh lebih responden (56,2 persen) mengaku mengikuti perkembangan pemberitaan terkait tokoh-tokoh yang selama ini masuk dalam bursa pencalonan presiden menjelang Pemilu 2024. Responden mengikutinya, baik melalui media sosial maupun media konvensional.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Dari kelompok responden ini memang tidak semuanya secara aktif mengikuti perkembangan pemberitaan bursa calon presiden. Separuh lebih dari mereka yang mengikuti intensitasnya juga tidak terlalu aktif. Sebanyak 39,2 persen dari mereka mengaku hanya kadang-kadang saja atau sepekan sekali dalam mengikuti informasi perkembangan terkait bursa calon presiden.
Pemilihan presiden memiliki daya tarik tersendiri bagi publik.
Sebagian responden lainnya relatif lebih aktif mengikuti berita-berita soal bursa calon presiden. Sebanyak 12,1 persen mengaku sering atau sebanyak dua sampai tiga kali mengonsumsi pemberitaan calon presiden selama sepekan.
Sisanya, hanya kurang dari lima persen responden yang mengaku selalu mengikutinya atau setiap hari ia mengikuti perkembangan pemberitaan soal pemilihan presiden, terutama terkait nama-nama tokoh yang masuk dalam bursa calon presiden.
Tentu, jika mengacu nama-nama yang masuk dalam bursa calon presiden, pemberitaan yang diikuti tidak lepas berisi soal munculnya nama-nama calon presiden, baik dimunculkan melalui narasumber dalam berita tersebut maupun berupa rilis berita dari sejumlah hasil survei terkait tingkat keterpilihan presiden yang dilakukan sejumlah lembaga survei.
Setidaknya hal ini juga terlihat dari hasil jajak pendapat dimana nama-nama yang disebutkan dalam pemberitaan yang diikuti responden berbanding lurus dengan nama-nama yang selama ini muncul di hasil survei terkait elektabilitas calon presiden.
Dari kelompok responden yang mengikuti pemberitaan terkait capres, sebanyak 60,8 persen dari mereka menyebutkan tiga nama yang dominan, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Jika mengacu hasil survei Litbang Kompas pada periode Juni 2022, ketiga nama ini memang muncul mendominasi bursa calon presiden. Survei Juni tersebut memang bukan yang pertama menunjukkan ketiga nama tokoh tersebut. Survei sebelumnya, pada Januari 2022, juga menunjukkan hal serupa.
Dalam laporannya, Litbang Kompas mencatat, pengerucutan nama-nama tokoh yang elektabilitasnya masuk kelompok tiga besar untuk diusung sebagai calon presiden ini memang menjadi gejala yang makin terlihat (Kompas, 22/6).
Dalam survei Litbang Kompas pada Juni 2022, Prabowo Subianto berada di urutan teratas dengan elektabilitas 25,3 persen. Posisi kedua ditempati Ganjar Pranowo dengan 22 persen, dan posisi ketiga diduduki Anies Baswedan dengan 12,6 persen.
Komposisi ketiga nama ini juga terlihat di survei Januari sebelumnya dengan proporsi persentase yang berbeda. Artinya, memang nyaris tidak ada pergerakan signifikan dari elektabilitas ketiga tokoh tersebut selama enam bulan terakhir, yakni dari Januari ke Juni. Pada Januari lalu, elektabilitas Prabowo 26,5 persen, Ganjar 20,5 persen, dan Anies 14,2 persen.
Jadi, jika mengacu hasil survei ini tampaknya tidak terlalu mengagetkan jika nama-nama yang muncul dalam benak responden ketika ditanya siapa nama dalam pemberitaan soal capres yang mereka ikuti, nama-nama yang muncul senada dengan hasil survei terkait bursa calon presiden tersebut. Hasil jajak pendapat menangkap, ketiga nama tokoh ini juga banyak diikuti oleh publik dalam pemberitaannya.
Selain ketiga nama di atas, sebagian besar nama-nama yang disebutkan juga tidak lepas dari tokoh-tokoh politik, termasuk Presiden Jokowi yang juga muncul namanya.
Selain itu juga nama-nama yang selama ini disinyalir akan berlaga dalam kontestasi pemilihan presiden, seperti Ridwal Kamil, Puan Maharani, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhyono, Airlangga Hartarto, dan nama-nama tokoh publik lainnya yang selama ini juga menghiasai pemberitaan terkait politik.
Nama Prabowo, Ganjar, dan Anies banyak diikuti oleh publik dalam pemberitaan soal calon presiden.
Munculnya belasan nama ini mengindikasikan bahwa responden banyak memperhatikan faktor subyek dalam pemberitaan. Bagi kelompok responden yang mengaku aktif mengikuti berita-berita seputar calon presiden, sebagian besar di antara mereka mampu menyebutkan nama yang muncul dalam pemberitaan tersebut.
Hanya seperlima responden (20,8 persen) yang enggan atau tidak menyebutkan subyek berita dari tokoh-tokoh yang mereka ikuti dalam pemberitaan terkait bursa calon presiden.
Jika mengacu latar belakang usia dari kelompok responden yang aktif mengikuti pemberitaan terkait calon presiden, sebagian besar dari mereka adalah pemilih-pemilih yang sudah mengikuti beberapa pemilu sebelumnya.
Dari ketegori usia, sebagian besar mereka berusia lebih dari 40 tahun. Artinya, antusiasme pemilih terkait pemberitaan bursa nama-nama calo presiden memang didominasi oleh pemilih yang sudah beberapa kali mencoblos di pemilu.
Dari kelompok pemilih yang mengaku intensitasnya mengikuti pemberitaan soal bursa capres lebih tinggi, yakni setiap hari, hampir 65 persennya adalah pemilih-pemilih yang sudah mengikuti beberapa kali pemilu. Memang sebagian besar diantara mereka berusia 40-55 tahun. Tidak sedikit juga mereka berada di usia rentang di atas 55 tahun.
Kondisi serupa juga tergambar polanya dari kelompok responden yang mengaku intensitas dalam mengikuti pemberitaan tidak setinggi kelompok pertama. Mereka yang mengaku sepekan sekali atau kadang-kadang, polanya juga terlihat lebih didominasi pemilih lama tersebut.
Jika mengacu pola hubungan antara usia pemilih dan intensitas mengikuti pemberitaan soal bursa nama calon presiden ini, pemilih lama memang cenderung lebih aktif mengikuti pemberitaan dibandingkan pemilih muda atau mula, yakni mereka yang belum banyak memiliki pengalaman dalam menggunakan hak pilihnya di pemilu.
Tidak mengherankan jika kemudian mereka yang mengaku tidak pernah mengikuti pemberitaan terkait bursa calon presiden, yakni dengan proporsi sebanyak 43,8 persen lebih, banyak didominasi oleh pemilih muda dan mula ini.
Hampir 65 persen dari kelompok responden yang tidak mengikuti berita-berita seputar capres ini adalah mereka yang berusia kurang dari 40 tahun. Tidak sedikit dari mereka juga berada di usia pemilih mula, yakni di bawah 24 tahun.
Daya tarik mengikuti pemberitaan soal calon presiden masih belum secara kuat menggaet perhatian pemilih-pemilih muda usia.
Hal ini menegaskan, daya tarik mengikuti pemberitaan soal calon presiden masih belum secara kuat menggaet perhatian pemilih-pemilih muda usia.
Padahal jika mengacu komposisi pemilih di Pemilu 2024 nanti, sebagian besar dari pemilih adalah mereka yang masih masuk kategori generasi milineal dan generasi Z. Mereka adalah pemilih-pemilih yang kurang memiliki keterikatan dengan sejarah politik masa lalu, sehingga relatif otonom dan terbuka dalam pilihan.
Tentu, pada akhirnya kondisi ini menjadi tantangan bagi para tokoh yang berniat maju dalam pemilihan presiden 2024 nanti. Bagaimana menggaet pemilih muda dan mula agar mereka tertarik untuk ikut dalam diskursus kontestasi pada Pemilu 2024 nanti. Salah satunya bisa dimulai dengan mendekatkan materi-materi dan isu kampanye yang dekat dengan kebutuhan para pemilih muda ini. (LITBANG KOMPAS)