Jajak pendapat Litbang "Kompas" merekam setumpuk harapan publik pada pemerintah di 2022. Mayoritas responden meyakini pemerintah akan bekerja lebih baik.
Oleh
YOHAN WAHYU
·5 menit baca
Memasuki tahun 2022, publik berharap besar kualitas kehidupan mereka bisa jauh lebih baik, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang selama pandemi Covid-19 ini turut terguncang. Pandemi yang mulai terkendali menjadi kunci yang diyakini membuka peluang agar harapan publik bisa terpenuhi.
Kesimpulan ini terekam dari hasil jajak pendapat Kompas, akhir Desember lalu. Ada harapan besar dari publik yang tertangkap dari jawaban responden soal harapan yang diinginkan bisa terpenuhi di tahun 2022 ini. Dalam bidang ekonomi, misalnya, harapan terbesar ditumpukan pada aspek kebutuhan mendasar yang selama pandemi ini bisa jadi sulit mereka dapatkan.
Kebutuhan dasar tersebut di antaranya terkait pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Hampir separuh responden (45,4 persen) berharap harga kebutuhan pokok lebih terjangkau oleh mereka. Pandemi yang berjalan hampir dua tahun ini tentu berdampak besar pada daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang mengalami penurunan pendapatan, bahkan kehilangan pekerjaan.
Orientasi terkait kebutuhan pokok ini lebih banyak disampaikan oleh kelompok responden dari generasi X (lahir tahun 1965-1981) dan baby boomers (lahir pada 1944-1964). Kedua kelompok responden ini boleh jadi adalah representasi dari rumah tangga yang sehari-hari dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Tentu, ketika di tengah pandemi yang sebagian besar berdampak pada kondisi ekonomi, sedikit banyak menambah beban bagi kelompok rumah tangga ini. Apalagi jika kondisinya dihadapkan pada beban kehilangan pekerjaan akibat pandemi.
Hal ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan, pandemi Covid-19 memang berdampak besar bagi peningkatan angka pengangguran. Dampak paling besar justru dirasakan oleh kelompok anak muda karena peningkatan pengangguran terbesar terjadi pada mereka. Tingkat pengangguran terbuka pada penduduk usia 20-24 tahun sebesar 17,66 persen pada Februari 2021. Data ini meningkat hampir 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat saat itu 14,3 persen.
Tidak heran jika kemudian orientasi dari kelompok responden dari generasi Z (lahir di rentang 1997-2012) terkait harapan di tahun 2022 agak berbeda dengan orientasi dari kelompok responden generasi X dan baby boomers.
Fakta ini juga terkonfirmasi dari hasil jajak pendapat Kompas yang mencatat bahwa kelompok responden dari generasi Z atau mereka yang berusia antara 17 tahun-24 tahun ini lebih banyak yang menyampaikan harapan agar lapangan pekerjaan lebih terbuka luas di 2022. Harapan ini tentu wajar karena kelompok responden ini adalah bagian dari angkatan kerja baru yang berpotensi akan mencari pekerjaan tahun ini.
Kondisi ini pada akhirnya membuat potensi tenaga kerja bertambah, sedangkan lapangan kerja belum mampu menampung kebutuhan pekerjaan. BPS juga merekam kondisi ini berdampak pada beralihnya tenaga kerja ke sektor informal. Berdasarkan data BPS, sepanjang pandemi ini ada penurunan komposisi pekerja formal, dari 43,3 persen menjadi 40,3 persen.
Jaminan sosial
Selain berharap kondisi kehidupan ekonomi lebih baik di 2022, peningkatan jaminan sosial dari pemerintah juga diharapkan oleh responden dalam jajak pendapat ini. Sepertiga lebih responden (42,7 persen) berharap pemerintah lebih meningkatkan perhatian pada jaminan atau bantuan modal untuk memulai usaha.
Harapan bantuan modal usaha ini hampir merata disampaikan oleh kelompok responden dari lintas generasi, mulai generasi Z sampai kelompok responden generasi baby boomers. Tak terkecuali kelompok responden milenial yang berusia di rentang 24-39 tahun. Hampir separuh responden dari kelompok ini menyebutkan pula harapannya akan bantuan modal ini.
Pemerintah dalam program pemulihan ekonomi akibat pandemi sudah menyiapkan skema bantuan modal usaha, khususnya bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Salah satunya melalui penjaminan untuk kredit modal kerja baru UMKM senilai Rp 6 triliun. Bukan itu saja, subsidi pajak dan bunga pinjaman juga dianggarkan untuk menopang kebutuhan UMKM, terutama ketika usahanya terguncang akibat pandemi.
Tingginya animo soal harapan mendapatkan bantuan modal ini sejalan dengan data BPS di atas yang menyebutkan pekerjaan di sektor informal. Sektor nonformal ini lebih banyak menjadi pilihan ketika akses terhadap pekerjaan di sektor formal makin menyempit seiring terbatasnya lapangan pekerjaan akibat pandemi.
Selain bantuan modal untuk usaha, dua jaminan sosial lainnya turut disampaikan oleh sebagian besar responden dalam jajak pendapat ini. Dua hal tersebut adalah jaminan akses pendidikan dan akses kesehatan yang lebih berkualitas. Rata-rata lebih kurang sepertiga responden menyampaikan kedua hal itu sebagai harapan agar bisa ditingkatkan tahun ini.
Dalam dunia pendidikan, misalnya, pelaksanaan kegiatan pembelajaran jarak jauh selama pandemi dinilai banyak pihak akan mengancam kualitas hasil pendidikan. Dalam hal akses internet saja ada ketimpangan antardaerah, bahkan di dalam satu daerah. Tentu, pembelajaran jarak jauh harus mempertimbangkan akses terhadap internet sebagai basis kebutuhan digital dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Jadi, pandemi diakui memang memperparah ketimpangan multidimensi dan memperlebar kesenjangan pendidikan (Kompas, 26/6/2021).
Hal yang sama juga terjadi pada dunia kesehatan. Harapan responden akan terjaminnya akses kesehatan yang berkualitas juga menjadi tantangan bagi pemerintah. Penerapan kelas rawat inap terstandar dari layanan BPJS Kesehatan yang akan dimulai secara bertahap di 2022 ini bisa menjadi pintu awal upaya peningkatan jaminan sosial kesehatan bagi masyarakat. Upaya ini diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi problem akses kamar inap yang kerap menjadi masalah bagi peserta jaminan BPJS Kesehatan.
Babak awal pemulihan
Tak pelak, kondisi ekonomi yang semakin pulih setelah dihantam pandemi serta peningkatan jaminan sosial adalah harapan besar yang tertangkap dalam jajak pendapat ini. Tahun 2022 bisa menjadi babak awal pemulihan kondisi setelah hampir dua tahun bangsa ini dihadapkan pada pandemi.
Apalagi sebagian besar responden dalam jajak pendapat sangat optimistis kondisi sosial ekonomi akan makin lebih baik. Tiga dari empat responden meyakini pemerintah juga mampu bekerja lebih baik dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi di tahun ini. Hal ini menjadi sinyal ada harapan yang besar kualitas hidup lebih baik lagi, terutama setelah melewati guncangan pandemi.
Sinyal itu juga makin kuat dengan meningkatnya Indeks Kebahagiaan Indonesia 2021 yang dirilis BPS akhir Desember lalu. Dari skala 0-100, angka indeks pada 2021 tercatat mencapai 71,79. Angka ini naik 0,8 poin dibandingkan 2017 (saat pertama kali indeks ini diukur) yang mencapai 70,69.
Tentu, makin kuat harapan dan optimisme publik di 2022 ini, bisa menjadi modal sosial bagi pemerintah dan seluruh elemen bangsa ini untuk bersama-sama bangkit dan pulih dari pandemi Covid-19.