Pekerjaan Rumah Vaksinasi di Ujung Barat dan Timur Indonesia
Aceh dan Papua masih mengalami perlambatan laju vaksinasi. Percepatan vaksinasi di kedua wilayah ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
Oleh
Dedy Afrianto
·5 menit baca
Di balik capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia, pekerjaan rumah mempercepat vaksinasi masih tersisa, khususnya di daerah Aceh dan Papua. Kedua provinsi ini mengalami perlambatan laju vaksinasi dan menjadi daerah dengan capaian vaksinasi terendah di Indonesia.
Indonesia menjadi satu dari lima negara dengan capaian vaksinasi dosis lengkap tertinggi di dunia. Merujuk data pada laman Our World in Data, hingga 9 Desember 2021 Indonesia menjadi negara kelima dengan jumlah penduduk penerima vaksin dosis lengkap tertinggi dibandingkan negara lainnya di dunia, yakni sebanyak 101,2 juta penduduk.
Banyaknya jumlah penduduk yang menerima vaksin merupakan capaian di tengah pesimisme yang sempat menghinggapi di awal periode vaksinasi. Saat itu terdapat penolakan dari sebagian masyarakat pada program vaksinasi. Hasil survei Litbang Kompas pada Januari 2021 pun merekam sebagian responden menolak vaksinasi dengan ragam alasan.
Namun, jika dibandingkan dengan total populasi, capaian Indonesia dalam program vaksinasi masih tertinggal dibandingkan negara berpenduduk besar lainnya, seperti China (77,9 persen), Brasil (64,92 persen), dan Amerika Serikat (59,99 persen). Sementara Indonesia baru memberikan vaksinasi dosis lengkap pada 36,6 persen penduduk.
Rendahnya persentase ini mengindikasikan masih adanya pekerjaan rumah di balik tingginya jumlah penerima vaksin di Indonesia. Salah satu pekerjaan rumah yang perlu memperoleh perhatian pada tahun 2022 adalah pemerataan vaksinasi, khususnya di daerah di ujung barat dan timur Indonesia.
Pasalnya, jika dibandingkan dengan provinsi lainnya, kedua provinsi di ujung barat dan timur Indonesia menjadi daerah dengan capaian vaksinasi terendah saat ini.
Di ujung timur Indonesia, perhatian perlu ditujukan pada Provinsi Papua. Hingga 6 Desember 2021, Papua adalah daerah dengan persentase penerima vaksin terendah di Indonesia. Hanya 11,6 persen atau 1 dari 10 orang di Papua yang telah menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap.
Kondisi ini amat berbeda jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Dibandingkan dengan Bali, misalnya, dengan jumlah penduduk yang sama dengan Papua, sekitar 4,3 juta jiwa, capaian vaksinasi di Bali telah mencapai 70,7 persen. Bali memang menjadi salah satu daerah prioritas pelaksanaan vaksinasi untuk membangkitkan geliat pariwisata.
Dibandingkan dengan daerah Indonesia timur lainnya dengan jumlah penduduk lebih besar, persentase vaksinasi di Papua juga jauh lebih rendah. Jika dibandingkan dengan Sulawesi Selatan, misalnya, dengan jumlah penduduk 9,1 juta jiwa, sebanyak 1 dari 4 penduduk di wilayah ini telah menerima vaksinasi dosis lengkap.
Rendahnya capaian vaksinasi di Papua juga diikuti oleh laju vaksinasi yang rendah. Secara rata-rata dalam lima pekan terakhir hanya 0,2 persen penduduk per pekan yang menerima vaksin dosis lengkap di Papua. Capaian ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju vaksinasi nasional pada periode yang sama sebesar 1,8 persen per pekan.
Selain rendah, Papua juga dihadapi oleh laju vaksinasi yang kian melambat. Sepanjang bulan Oktober 2021, secara rata-rata sebanyak 0,4 persen penduduk di Papua telah menerima vaksin, sementara pada bulan November jumlahnya turun menjadi 0,2 persen per pekan. Artinya, vaksinasi di Papua menjadi problematik karena selain berhadapan dengan rendahnya capaian, saat ini juga mengalami perlambatan.
Ada beberapa faktor penghambat yang menyebabkan rendahnya cakupan vaksinasi di Papua. Salah satunya adalah faktor keamanan. Beberapa daerah rawan seperti Nduga, Puncak, dan Intan Jaya membutuhkan upaya khusus untuk menyelenggarakan percepatan vaksinasi.
Hingga saat ini, daerah-daerah rawan tersebut masih mencatatkan capaian vaksinasi yang amat rendah. Kabupaten Nduga, misalnya, hanya 1,74 persen penduduk dari total target yang telah menerima vaksin dosis lengkap.
Capaian yang sangat rendah juga dicatatkan oleh daerah rawan keamanan lainnya, seperti Kabupaten Puncak (2,2 persen), Intan Jaya (2,12 persen), dan Yalimo (1,17 persen).
Jika menengok peta capaian vaksinasi dosis lengkap per kabupaten/kota di Papua, daerah-daerah yang memiliki persoalan keamanan dan sulit diakses masih mencatatkan capaian vaksinasi yang sangat rendah.
Kondisi ini sangat berbeda dibandingkan dengan daerah lainnya di Papua, seperti Kota Jayapura yang telah memberikan vaksin Covid-19 pada 53 persen dari total target atau daerah Merauke (61,72 persen).
Selain faktor keamanan, hal lain yang juga perlu menjadi perhatian adalah sosialisasi dan penyebaran informasi secara merata kepada masyarakat di Papua. Menurut catatan Kompas, maraknya hoaks di Papua terkait vaksinasi sempat dikeluhkan oleh dinas kesehatan setempat sehingga menyebabkan enggannya masyarakat untuk divaksinasi (Kompas, 27/8/2021).
Jika menengok peta ketersediaan vaksin, sosialisasi dan penyebaran informasi adalah hal penting yang perlu segera dilakukan. Pasalnya, sebagian besar daerah di Papua kini telah memiliki stok vaksin yang mencukupi.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan hingga 11 Desember lalu, sebanyak 86 persen daerah di Papua memiliki stok vaksin untuk penggunaan lebih dari 14 hari. Artinya, banyaknya ketersediaan vaksin belum diiringi oleh kesediaan masyarakat atau pelaksanaan vaksinasi yang masif.
Selain Papua di ujung timur Indonesia, persoalan rendahnya capaian vaksinasi juga dialami oleh Provinsi Aceh di ujung barat Indonesia. Hingga 6 Desember 2021, Aceh adalah daerah kedua dengan capaian program vaksin Covid-19 terendah di Indonesia, yakni sebesar 16,8 persen dari total penduduk.
Selain capaian vaksinasi yang rendah, Aceh juga dihadapi oleh persoalan konsistensi dalam pelaksanaan vaksinasi. Persentase penduduk yang menerima vaksin dosis lengkap per pekan cenderung tidak stabil.
Pada 1 November 2021, misalnya, sebanyak 1 persen penduduk di Aceh menerima vaksin Covid-19 dalam sepekan. Namun, capaian ini cenderung menurun hingga mencapai 0,7 persen per pekan pada 6 Desember lalu. Artinya, mulai terjadi perlambatan laju vaksinasi di Aceh jelang akhir tahun.
Kondisi stok vaksin di Aceh tidak jauh berbeda dengan Papua. Sebanyak 85 persen daerah di Aceh memiliki kecukupan stok vaksin hingga lebih dari 14 hari. Artinya, percepatan vaksinasi bisa dilakukan jika diikuti oleh kemauan masyarakat dan penyelenggaraan vaksinasi yang masif.
Menurut catatan Kementerian Kesehatan, berdasarkan survei yang dilakukan pada Januari-Maret 2021, sebanyak 41,6 persen masyarakat di Aceh masih ragu untuk mengikuti program vaksinasi. Artinya, sosialisasi dengan pendekatan personal dibutuhkan jika ingin mempercepat program vaksinasi di Aceh.
Jika menengok rapor pencapaian vaksinasi di Aceh dan Papua, intervensi kebijakan dibutuhkan mengingat kedua daerah ini sudah cukup jauh tertinggal dalam pelaksanaan vaksinasi dosis lengkap dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Jika tidak, Aceh dan Papua berpotensi menjadi daerah terakhir di Indonesia yang mencapai target vaksinasi. (LITBANG KOMPAS)