Pergerakan Laju Vaksinasi Mulai Berubah
Ada kecenderungan kesenjangan laju vaksinasi antardaerah. Ada yang mengalami percepatan, tetapi ada pula yang mengalami perlambatan. Mengapa demikian?
Di tengah upaya pengendalian pandemi yang terus dilakukan, laju vaksinasi mulai mengalami pergerakan dalam beberapa pekan terakhir. Sejumlah daerah berhasil mencatatkan percepatan vaksinasi, tetapi ada pula daerah yang justru mengalami perlambatan.
Pergerakan laju vaksinasi ini terekam dalam indikator Indeks Pengendalian Pandemi Covid-19 (IPC-19) dari Kompas. Dari 14 pekan periode pengukuran, percepatan laju vaksinasi secara nasional mulai terlihat dalam tiga pekan terakhir.
Sebelumnya, sejak Juli 2021, atau saat Indonesia mulai memasuki fase puncak gelombang kedua pandemi, laju vaksinasi secara nasional masih terbilang lambat. Bahkan, pada 19 Juli hanya terdapat tambahan 0,4 persen penduduk di Indonesia dalam sepekan yang menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap.
Secara bertahap, laju pertambahan jumlah penduduk yang menerima vaksin kian meningkat sejak Agustus lalu. Namun, pertambahan ini tidak pernah beranjak dari angka 1,5 persen penduduk per pekan. Penerima vaksin dosis lengkap dalam sepekan hanya berkisar 1 persen hingga 1,5 persen.
Kondisi ini berlangsung selama dua bulan sejak awal Agustus hingga akhir September lalu. Pada saat yang sama, sejumlah daerah juga mengeluhkan kekurangan stok vaksin, seperti Lampung dan Sumatera Barat.
Percepatan laju vaksinasi mulai tampak sepanjang Oktober. Bahkan, untuk pertama kalinya dalam 14 pekan terakhir, pertambahan jumlah penduduk yang menerima vaksin dosis lengkap secara nasional menyentuh angka 2 persen dalam sepekan pada 18 Oktober lalu.
Inilah rekor tertinggi yang dicapai oleh Indonesia dalam pelaksanaan vaksinasi selama tiga bulan terakhir. Hal ini menyiratkan mulai terjadinya perbaikan distribusi vaksin di Indonesia sehingga mulai banyak daerah yang dapat mempercepat laju vaksinasi.
Baca juga: Vaksinasi Akan Mengurangi Potensi Gelombang Ketiga
Perbaikan
Percepatan laju vaksinasi mulai tampak pada gugus wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ketiga pulau ini mencatatkan perbaikan laju vaksinasi dalam tiga pekan terakhir dibandingkan dengan pekan-pekan sebelumnya sejak Juli 2021.
Pulau Sumatera, misalnya, sejak pertengahan Juli hingga September, secara rata-rata pertambahan jumlah penduduk yang menerima vaksin dosis lengkap hanya mencapai 0,8 persen per pekan. Namun, sejak awal Oktober lalu, laju pertambahan jumlah penduduk yang berhasil divaksinasi dosis lengkap per pekan mencapai di atas 1 persen.
Kondisi yang sama tampak di Pulau Jawa. Untuk pertama kalinya sejak pertengahan Juli 2021, pertambahan penerima vaksinasi dosis lengkap di Jawa dalam sepekan menyentuh angka 2 persen dari total penduduk pada 18 Oktober lalu.
Rekor baru juga tercipta di Pulau Kalimantan. Pada 18 Oktober lalu, untuk pertama kalinya, 1,7 persen penduduk di gugus wilayah ini menerima vaksinasi dosis lengkap dalam sepekan. Sebelumnya, Kalimantan sering kali mencatatkan laju pertambahan penduduk yang menerima vaksin per pekan di bawah 1 persen.
Pada tingkat daerah, 28 dari 34 provinsi di Indonesia juga mencatatkan laju percepatan vaksinasi. Percepatan ini terlihat secara rata-rata dalam tujuh pekan terakhir saat Indonesia mulai berangsur pulih dibandingkan dengan tujuh pekan sebelumnya saat Indonesia berada pada fase puncak pandemi.
Daerah yang mengalami percepatan laju vaksinasi tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Saat fase puncak pandemi pada pertengahan Juli hingga akhir Agustus, secara rata-rata hanya 1,2 persen penduduk di daerah ini yang menerima vaksinasi dosis lengkap per pekan.
Namun, sejak awal September hingga pertengahan Oktober, vaksin dosis lengkap diberikan pada 4,6 persen penduduk per pekan. Capaian ini sekaligus menempatkan DIY sebagai daerah dengan laju percepatan vaksinasi terbaik dibandingkan dengan daerah lain.
Tingginya laju vaksinasi di DIY tidak terlepas dari kebijakan pemerintah setempat untuk menerapkan strategi jemput bola. Blusukan hingga tingkat RT dilakukan guna menjangkau masyarakat yang menjadi target vaksinasi.
Pada gugus wilayah Sumatera, Bangka Belitung menjadi daerah dengan percepatan vaksinasi yang lebih baik dibandingkan dengan daerah lain. Jika pada pertengahan Juli hingga akhir Agustus rata-rata hanya 0,9 persen penduduk yang menerima vaksin dosis lengkap per pekan, jumlahnya meningkat menjadi 2 persen penduduk per pekan pada periode awal September hingga pertengahan Oktober.
Bangka Belitung juga mencatatkan rekor tertinggi dalam pelaksanaan vaksinasi di wilayah itu. Pada 11 dan 18 Oktober, untuk pertama kalinya vaksinasi dosis lengkap berhasil diberikan kepada 3,6 persen penduduk setiap pekannya.
Padahal, pada minggu-minggu sebelumnya, jumlah masyarakat yang menerima vaksinasi hanya di bawah 2 persen per pekan, bahkan beberapa kali di bawah 1 persen.
Percepatan yang berhasil dilakukan oleh Bangka Belitung juga tidak terlepas dari kebijakan pemerintah setempat untuk memperluas cakupan vaksinasi pada tingkat sekolah, pasar, hingga tempat wisata.
Pemerintah daerah setempat juga turut aktif meminta secara langsung pada pemerintah pusat untuk mempercepat distribusi vaksin ke daerah Bangka Belitung.
Baca juga: Vaksin Ketiga sebagai Pelengkap Setelah Cakupan Terpenuhi
Evaluasi
Meski sebagian besar daerah di Indonesia berhasil melakukan percepatan vaksinasi, perbaikan yang terjadi di sebagian daerah masih belum terlalu optimal.
Artinya, dibandingkan dengan wilayah lain, perbaikan yang dilakukan tidak begitu berdampak pada pertambahan jumlah penduduk yang divaksinasi secara signifikan.
Kondisi ini salah satunya dialami oleh Sulawesi Selatan. Jika dibandingkan antara periode fase puncak pandemi pada Juli-Agustus dan periode pemulihan pada September-Oktober, pertambahan jumlah penduduk yang divaksin secara rata-rata hanya mencapai 0,1 persen per pekan.
Selain Sulawesi Selatan, ada empat provinsi lain yang mengalami kondisi serupa, yakni Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Meski membaik, upaya percepatan laju vaksinasi pada daerah-daerah ini belum optimal.
Selain itu, juga terdapat enam daerah yang mengalami perlambatan laju vaksinasi pada periode yang sama. Keenam wilayah itu adalah DKI Jakarta, Papua Barat, Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat, dan Papua.
DKI Jakarta menjadi daerah dengan perlambatan laju vaksinasi yang paling dalam dibandingkan dengan daerah lain. Jika menengok capaian secara mingguan, pada 11 Oktober lalu hanya 1,4 persen penduduk yang menerima vaksin dosis lengkap dalam satu pekan.
Padahal, sejak Agustus lalu, Jakarta menjadi daerah dengan laju pertambahan penduduk penerima vaksin dosis lengkap tertinggi di Indonesia dengan pertambahan kisaran 5-7 persen penduduk per pekan.
Melambatnya laju vaksinasi di DKI Jakarta boleh jadi tidak terlepas dari upaya distribusi vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah. Pasalnya, DKI Jakarta adalah daerah dengan capaian vaksinasi tertinggi di Indonesia.
Hingga 18 Oktober lalu, 79 persen penduduk di daerah ini telah menerima vaksinasi dosis lengkap. Dengan capaian ini, wajar jika stok vaksin diarahkan pada daerah-daerah yang masih mencatatkan capaian yang rendah dalam program vaksinasi daripada DKI Jakarta.
Evaluasi dan percepatan justru perlu ditujukan pada daerah Sumatera Barat, Papua, dan Aceh yang mengalami perlambatan laju vaksinasi. Pasalnya, di tengah perlambatan, ketiga provinsi ini adalah bagian dari lima daerah dengan capaian vaksinasi terendah di Indonesia.
Artinya, ketiga daerah ini mengalami dua persoalan, yakni rendahnya capaian vaksinasi dan perlambatan laju pertambahan penduduk yang menerima vaksin dosis lengkap.
Perubahan laju vaksinasi yang mulai terjadi tentu perlu dibarengi dengan pemantauan dan evaluasi mingguan pada setiap provinsi. Evaluasi rutin sangat dibutuhkan, mengingat hanya DKI Jakarta yang baru berhasil melakukan vaksinasi dosis lengkap pada lebih dari 70 persen penduduk hingga 18 Oktober lalu. Sementara 33 provinsi lainnya masih mencatatkan capaian vaksinasi dosis lengkap di bawah 70 persen dari total populasi.
Bagi daerah yang telah mencatatkan percepatan, distribusi vaksin menjadi hal yang amat penting untuk selalu diperhatikan guna mempertahankan atau bahkan meningkatkan capaian vaksinasi.
Sementara bagi daerah yang mengalami perlambatan, dibutuhkan langkah evaluatif agar dapat kembali mengatasi ketertinggalan dibandingkan dengan daerah lainnya. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Capaian Target Vaksinasi Semakin Berat