Pentingnya Tetap Memakai Masker meski Sudah Divaksin
Meski sudah divaksin, penting untuk mencegah terinfeksi virus dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, terutama menggunakan masker. Dunia diliputi ketidakpastian soal ancaman munculnya varian baru.
Penemuan vaksin untuk mencegah penularan Covid-19 yang relatif cepat membuat dunia percaya diri segera pulih dari pandemi. Namun, mutasi virus Corona menjadi varian yang lebih berbahaya juga terjadi dengan cepat.
Meski sudah divaksin, penting untuk mencegah terinfeksi virus dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, terutama menggunakan masker. Dunia diliputi ketidakpastian akankah muncul varian yang lebih berbahaya setelah varian Delta.
Setelah divaksin, risiko seseorang terpapar Covid-19 menjadi rendah. Namun, bukan berarti seseorang bisa kebal dari virus 100 persen. Banyak kasus yang menunjukkan orang yang sudah divaksin masih bisa terkena Covid-19 dengan berbagai tingkat keparahan. Diharapkan tentunya tingkat keparahannya rendah karena sudah memiliki benteng pertahanan.
Perilaku menggunakan masker harus tetap menjadi yang utama untuk melindungi diri dari virus. Hasil penelitian University of Maryland yang memanfaatkan platform jejaring pertemanan Facebook menunjukkan kepatuhan orang Indonesia dalam menggunakan masker sudah lumayan baik. Angka kepatuhannya berkisar 77-92 persen. Bervariasi antardaerah. Jika dirata-rata, angkanya 81,6 persen.
Dibandingkan dengan Malaysia, kepatuhan memakai masker di negeri jiran itu berkisar 77-84 persen. Bahkan dibandingkan dengan India yang menjadi asal mutasi virus korona varian Delta, kepatuhan masyarakatnya memakai masker berkisar pada angka 67-83 persen.
Hasil survei melalui jaringan Facebook ini tentu saja tidak menggambarkan kondisi masyarakat secara keseluruhan. Hanya mewakili kalangan perkotaan yang berpendidikan cukup tinggi dan memiliki kemudahan mengakses internet. Di luar kelompok ini bisa jadi kepatuhan menggunakan makser lebih rendah karena berbagai faktor.
Baca juga: Kepatuhan Memakai Masker di Sultra Terendah Kedua di Indonesia
Alasan menggunakan masker bukan sekadar untuk melindungi diri sendiri. Yang tidak kalah pentingnya adalah juga melindungi orang lain yang berinteraksi atau berpapasan dengan kita.
Risiko terkena virus korona bagi orang yang sudah divaksin memang lebih rendah dan bisa mencegah terjadinya kematian. Namun, orang yang sudah divaksin tetapi terkena Covid-19 biasanya tanpa gejala atau bergejala ringan yang bisa menularkan kepada orang lain yang lebih berisiko. Terutama bagi orang yang belum mendapat vaksin.
Di sekitar kita masih banyak orang yang belum divaksin. Data Kementerian Kesehatan per 2 Agustus 2021 menyebutkan baru 23 persen penduduk Indonesia atau sebanyak 47,8 juta orang yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama. Adapun yang sudah mendapatkan vaksin lengkap jumlahnya 21 juta orang atau baru 10 persen.
Karena itu, mencegah penularan dengan tetap menggunakan masker menjadi utama di saat sulit mendapatkan perawatan di rumah sakit yang penuh oleh pasien Covid-19.
Baca juga: Pelanggaran Protokol Kesehatan Masih Ditemukan
Varian baru
Kewaspadaan dalam menjaga diri dari infeksi meski sudah divaksin ini penting oleh karena vaksin yang kita dapat memiliki keterbatasan. Meskipun efikasi vaksin cukup tinggi, mereka tidak sempurna. Vaksin bekerja secara berbeda tergantung pada konteks apa dia digunakan.
Enam bulan yang lalu dengan vaksin yang beredar sekarang kita cukup percaya diri mampu mengatasi pandemi. Namun, virus terus berkembang dan meningkatkan kemampuan dirinya.
Saat ini sudah muncul virus korona varian Delta yang daya penyebarannya sangat cepat dan masif dibandingkan varian Alpha yang pertama kali dideteksi pada Desember 2020.
Varian Alpha pertama kali dideteksi di Inggris dan disinyalir sudah menyebar di 180 negara. Varian Beta terdeteksi pertama kali di Afrika Selatan yang sudah menginfeksi sekurangnya di 130 negara.
Varian Gamma terdeteksi di Brasil dan sudah menyebar di 78 negara. Adapun varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada Mei 2021 dan saat ini sudah menyebar di 132 negara.
Kehadiran varian Delta ini membuat kasus positif Covid-19 melonjak tinggi di sejumlah negara. Di Indonesia, varian Delta sudah masuk sejak awal Juni 2021. Varian Alpha juga terdeteksi di Indonesia bersamaan dengan varian Delta.
Spesimen yang diambil di Kudus pada 5 Juni 2021 dan diperiksa pada 7 Juni 2021 positif varian Delta. Spesimen dari laboratorium Salatiga yang diperiksa pada 11 Juni 2021 juga positif varian Delta.
Baca juga: Pakai Masker Cara Jitu Lawan Covid-19
Di Jakarta, varian Delta juga dikenali pada awal Juni. Saat ini, menurut Kementerian Kesehatan, varian Delta sudah tersebar merata di wilayah Indonesia.
Lonjakan kasus di Indonesia mulai terjadi pada bulan Juni hingga Juli 2021. Selama dua bulan tersebut terjadi penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 1.587.955 kasus.
Angka tersebut setara dengan jumlah kasus yang terjadi selama 13 bulan, sejak kasus pertama di Indonesia pada awal Maret 2020 ditemukan hingga pertengahan April 2021.
Pada 15 April 2021, total kasus positif Covid-19 di Indonesia tercatat 1.589.359 kasus. Puncak penambahan kasus tertinggi terjadi pada 15 Juli 2021 dengan jumlah 56.757 kasus.
Per 2 Agustus 2021, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia mencapai 3.462.800 kasus. Hampir separuh dari kasus tersebut (47 persen) terjadi dalam dua bulan terakhir setelah varian-varian mutasi Covid-19 masuk ke Indonesia.
Baca juga: Masker Cegah Kemunculan Varian ”Super” yang Resisten Vaksin
Masih dominan
Varian Delta ini diperkirakan masih sangat dominan untuk beberapa bulan ke depan. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkannya dalam variant of concern (VOC) berbahaya karena kemampuan varian ini melawan antibodi manusia. WHO menyebutkan varian Delta menyebar 50 persen lebih cepat dibandingkan versi awal ketika virus ini menginfeksi manusia pada tahun 2019.
Kabar baiknya, menurut ilmuan di WHO, semua jenis vaksin yang terdaftar dalam penggunaan kedaruratan (emergency use) di WHO mampu melawan keparahan penyakit termasuk yang disebabkan oleh varian Delta (World Economic Forum, 7/7/2021). Artinya, vaksin tetap menurunkan risiko seseorang ketika ia terpapar virus varian Delta sekalipun sehingga terhindar dari kematian.
Namun, mutasi dari varian Delta ini menjadi sesuatu yang sekarang sangat dikhawatirkan. WHO pada akhir Juli lalu memperingatkan bahwa penularan virus varian Delta ini harus segera dihentikan sebelum ia bermutasi dan memproduksi varian yang lebih membahayakan.
Sekarang sudah ada empat varian VOC yang muncul. Selanjutnya akan muncul varian lainnya selama virus ini terus menyebar. Menurut WHO, cara paling ampuh untuk membendung penularan tersebut adalah dengan taat protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan menghindari aktivitas di dalam ruangan yang berventilasi buruk.
Tindakan pencegahan lebih baik dilakukan karena jika hal ini kebobolan, fasilitas layanan kesehatan tidak akan mampu menampung semua pasien yang terinfeksi. Lonjakan kasus Covid-19 selama Juli 2021 membuktikan hal tersebut.
Program vaksinasi juga sama pentingnya untuk pencegahan dan mengurangi tingkat fatalitas sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan vaksin harus dipermudah dan diperluas. Kekebalan komunal harus dipercepat. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Pasca-Pandemi, Kembali Kerja 9 to 5?