Kepatuhan Memakai Masker di Sultra Terendah Kedua di Indonesia
Wilayah Sulawesi Tenggara menjadi daerah terendah kedua dalam kepatuhan memakai masker secara nasional.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Tingkat kepatuhan masyarakat memakai masker di wilayah Sulawesi Tenggara menempati urutan kedua terendah secara nasional. Tingkat kepatuhan yang rendah ini menjadi penyumbang lonjakan kasus. Meski begitu, selain masyarakat yang abai, ketidakpatuhan masyarakat dianggap buah dari inkonsistensi pemerintah daerah.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tingkat kepatuhan memakai masker di Sultra 40,74 persen. Wilayah ini berada di urutan kedua kepatuhan paling rendah memakai masker setelah Maluku Utara yang memiliki angka 50 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Sultra Usnia menyampaikan, kepatuhan masyarakat memakai masker memang rendah, baik di Kendari maupun daerah lainnya. Hal tersebut bisa terlihat di jalan, rumah ibadah, dan di pasar-pasar.
”Pemerintah terus melakukan sosialisasi dan penyuluhan terkait protokol kesehatan. Namun, memang harus diakui, kepatuhan masyarakat rendah untuk menjalankan protokol ini. Akibatnya, kasus terus terjadi meski beberapa bulan lalu sempat turun,” ucapnya, Jumat (9/7/2021).
Meski begitu, ia mengakui penegakan sanksi juga lemah terhadap pelanggar protokol. Sebab, penegakan sanksi memberatkan masyarakat yang telah kesusahan selama pandemi. ”Jadi, memang serba salah. Namun, sekarang dengan protokol baru, pengawasan akan ditingkatkan,” ujar Usnia.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, menyampaikan, kepatuhan masyarakat yang rendah merupakan buah dari inkonsistensi pemerintah, mulai dari program penanganan Covid-19 yang tidak tepat sasaran hingga pemberian izin sejumlah kegiatan di wilayah ini.
”Ini merupakan hal yang sebab akibat. Dari pemerintah yang tidak konsisten, melahirkan ketidakpercayaan di masyarakat. Akibatnya, masyarakat acuh tak acuh dengan pandemi karena merasa pemerintah tidak serius dalam penanganan,” kata Ramadhan.
Lonjakan kasus yang terjadi saat ini, terang Ramadhan, juga akibat pemerintah tetap membuka ruang mudik antardaerah saat Lebaran lalu tanpa dibarengi upaya pemeriksaan dan pengawasan yang ketat. Masyarakat menumpuk di pelabuhan tanpa protokol kesehatan ketat. Dua pekan setelahnya, kasus melonjak.
Terakhir, pemerintah daerah juga menyetujui diselenggarakannya Musyawarah Nasional VIII Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang berlangsung selama dua hari di Kendari pada Rabu-Kamis, pekan lalu. Kegiatan yang dibuka oleh Presiden Joko Widodo itu dihadiri ratusan peserta dan melibatkan ribuan orang dari seluruh wilayah Indonesia. Setelah kegiatan berlangsung, belasan peserta diketahui positif Covid-19, bahkan seorang peserta meninggal di Kendari.
”Kalau saya bilang, ini sudah ada kluster Munas karena beberapa peserta positif, baik di Kendari maupun setelah pulang ke daerah masing-masing. Yang lebih mengkhawatirkan, masuknya varian virus baru di wilayah ini,” tutur Ramadhan.
Ia berharap, pemerintah betul-betul menerapkan pengawasan ketat dan konsisten dalam pelaksanaan aturan. Sebab, dengan lonjakan kasus, fasilitas kesehatan bisa kolaps yang menambah deret korban jiwa ke depannya.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kendari, pada Jumat ini, ada 48 kasus baru sehingga menambah total kasus menjadi 5.487 kasus. Sebanyak 724 orang dalam perawatan dan 72 orang meninggal.
Jumlah kasus aktif di ”Kota Lulo” melonjak ratusan kali lipat dalam satu bulan terakhir. Pada awal Juni lalu, jumlah kasus yang dalam perawatan hanya empat orang.
Di sisi lain, tingkat keterisian tempat tidur sejumlah rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 di Kendari 65 persen hingga Kamis (8/7/2021). Sebanyak tujuh rumah sakit disiapkan untuk menangani pasien di wilayah ini.
”Sementara itu, untuk fasilitas isolasi terpusat mencapai 87 persen hingga kemarin. Hari ini, di fasilitas eks-SMA Angkasa yang menampung hingga 108 orang, bahkan telah sampai 96 persen,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum, Jumat (9/7/2021).
Penyebarannya memang masih tinggi. Kami tidak tahu ini jenis varian apa karena datanya sedang diambil dan dilakukan tes.
Tingkat keterisian tempat tidur di fasilitas kesehatan ini, tambah Rahminingrum, terus meningkat dari hari ke hari. Meski begitu, antisipasi terus dilakukan, termasuk dengan penyiapan ruangan tambahan di sejumlah rumah sakit khusus Covid-19.
Lonjakan kasus, ia melanjutkan, salah satunya dipengaruhi juga dengan meningkatnya angka penelusuran kasus. Sejauh ini angka positivity rate di Kendari mencapai 35 persen. Artinya, dari 100 orang yang dites, terdapat 35 orang yang positif Covid-19.
”Penyebarannya memang masih tinggi. Kami tidak tahu ini jenis varian apa karena datanya sedang diambil dan dilakukan tes. Kami berupaya melakukan pengawasan ketat dengan program PPKM Mikro yang sedang berjalan di Kendari,” tambahnya.
Direktur RSUD Kendari dr Sukirman menyampaikan, jumlah kamar yang tersisa saat ini bisa menampung 20 pasien. Aebelumnya telah ditambah 80 kamar dari awalnya hanya 40 kamar.
”Kami hanya merawat yang bergejala. Jika tidak ada gejala, diarahkan ke fasilitas isolasi atau melakukan isolasi mandiri di tempat masing-masing. Sejauh ini masih cukup, tetapi kami juga lakukan antisipasi,” katanya.
Satu ruangan baru, tambah Sukirman, telah disiapkan dengan kapasitas 20 pasien. Hal ini untuk antisipasi jika lonjakan pasien terus terjadi. ”Oksigen yang tersedia juga masih cukup dan mesin ventilator ada lima unit,” lanjutnya.