Pasca-Pandemi, Kembali Kerja 9 to 5?
Pandemi telah memaksa perubahan pola kerja karyawan dari datang ke kantor pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore (office hours) menjadi kerja dari rumah. Setelah pandemi, kerja dengan waktu fleksibel lebih banyak diharapkan.
Pandemi telah memaksa perubahan pola kerja karyawan dari datang ke kantor pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore (office hours) menjadi kerja dari rumah (work from home).
Kini, dengan semakin meluasnya vaksinasi Covid-19, dunia mulai mampu mengendalikan pandemi. Setelah pandemi usai, akankah karyawan kembali bekerja di kantor untuk 9 to 5?
Pandemi Covid-19 telah berlangsung lebih dari 1,5 tahun. Pelaksanaan vaksinasi untuk membendung infeksi akibat virus SARS CoV-2 ini pun sudah berjalan lebih dari 6 bulan.
Data dari Our World in Data per 25 Juli 2021 menyebutkan 27,3 persen penduduk dunia sudah menerima setidaknya vaksin Covid-19 satu dosis. Sedangkan yang sudah menerima vaksin lengkap sebanyak 13,8 persen. Sebanyak 3,89 miliar dosis vaksin telah didistribusikan secara global. Dalam sehari, didistribusikan sebanyak 31,84 juta dosis.
Survei Ipsos yang dilansir World Economic Forum (WEF) menyebutkan, mayoritas responden pekerja menginginkan pola bekerja fleksibel dari rumah sebagai suatu kenormalan baru
Dua negara, yaitu Singapura dan Kanada, memiliki capaian vaksinasi Covid-19 terbanyak di dunia. Singapura sudah memvaksin 72,31 persen penduduknya. Sedangkan Kanada mencapai angka 70,9 persen.
Amerika Serikat, yang menjadi salah satu produsen vaksin Covid-19, baru mencapai angka vaksinasi sebesar 56,35 persen. Sedangkan Indonesia berdasarkan data tersebut baru mencapai 16,26 persen.
Dilihat per kawasan, wilayah Uni Eropa mencapai angka vaksinasi tertinggi, yaitu 57,53 persen. Sedangkan kawasan Asia baru mencapai 27,28 persen. Di kawasan Afrika vaksinasi Covid-19 masih di bawah 5 persen.
Meski secara global vaksinasi Covid-19 belum menjangkau separuh penduduk dunia, optimisme pemulihan memberi kekuatan bahwa dunia sebentar lagi mampu mengendalikan infeksi. Pelonggaran mobilitas sudah dijalankan banyak negara. Situasi kembali normal sudah membayang di depan mata.
Jika pandemi usai, kehidupan kembali normal dengan kesadaran menjalankan protokol kesehatan tetap tinggi, akankah dunia kerja akan kembali seperti dulu dalam rutinitas 9 to 5?
Baca juga : Menimbang Ulang Bekerja di Kantor
Bekerja fleksibel
Survei terbaru dari Ipsos yang dilansir World Economic Forum (WEF) menyebutkan, mayoritas responden pekerja menginginkan pola bekerja fleksibel dari rumah sebagai suatu kenormalan baru.
Keinginan itu sangat kuat, sehingga hampir sepertiga responden (30 persen) akan mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru alias berhenti bekerja jika mereka dipaksa untuk kembali ke model kerja purna waktu di kantor. Survei ini dilakukan terhadap 12.500 pekerja di 29 negara pada periode 21 Mei 2021 hingga 4 Juni 2021.
Bekerja fleksibel yang artinya pekerjaan bisa dilakukan dari jarak jauh (remote working), tidak mesti di kantor, dikhawatirkan memiliki sejumlah efek. Hal itu antara lain dapat menurunkan produktivitas, kehilangan kontak dengan rekan kerja, bahkan menimbulkan kelelahan yang tinggi. Namun, survei WEF tersebut mengungkap hanya sedikit responden yang mendukung pendapat tersebut.
Lebih dari separuh responden mengaku mereka merindukan rekan kerja seperti saat bekerja di kantor, namun sebanyak 64 persen mengatakan mereka justru lebih produktif dengan jadwal kerja yang fleksibel.
Dan, hanya sepertiga yang mengeluh kelelahan. Hanya satu dari tiga responden yang mengaku merasa tidak memiliki ikatan dengan pekerjaan ketika melakukan pekerjaan tidak di kantor.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat mengenai Why Working from Home Will Stiick (Jose Maria Barrero, Nicholas Bloom, and Steven J. Davis) menyebutkan, bekerja fleksibel dari rumah –disebut juga dunia kerja hybrid- akan meningkatkan produktivitas ekonomi pasca-pandemi sebesar 4,6 persen.
Hal itu karena berkurangnya waktu perjalanan pekerja (dari rumah ke kantor dan sebaliknya) yang bisa dimanfaatkan untuk bekerja.
Pekerja juga lebih menginginkan WFH untuk menghindari keramaian di transportasi umum dan ruang publik lainnya. Penurunan jumlah komuter ini tidak akan menyebabkan berkurangnya kegiatan konsumsi secara umum. Hanya terjadi pergeseran dari semula berbelanja di tempat-tempat makan di pusat kota menjadi lebih dekat ke rumah para pekerja.
Mayoritas responden mengatakan sebaiknya pimpinan perusahaan atau pemilik usaha menerapkan sistem kerja fleksibel dari rumah bagi karyawannya di masa depan
Mayoritas responden mengatakan sebaiknya pimpinan perusahaan atau pemilik usaha menerapkan sistem kerja fleksibel dari rumah bagi karyawannya di masa depan.
Bekerja fleksibel ini cocok untuk pekerja perempuan, orang tua dengan anak usia sekolah, orang dewasa di bawah usia 35 tahun, dan orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan dan penghasilan yang lebih tinggi.
Tuntutan pekerjaan yang lebih fleksibel ini datang dari responden yang memiliki anak di bawah usia 17 tahun (68 persen) dan mereka yang tidak memiliki anak (63 persen). Namun, tidak ada juga responden yang menginginkan bekerja dari rumah terus-terusan.
Hasil survei memperlihatkan perubahan dari bekerja penuh di kantor menjadi bekerja jauh dari kantor dengan jadwal yang fleksibel memang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Sebelum pandemi, sebanyak 53 persen responden menyebutkan mereka selalu datang ke kantor dengan jadwal 9 to 5. Pada saat survei dilakukan, jumlah yang tetap bekerja di kantor dengan jadwal rutin tersebut turun menjadi 39 persen.
Sebelum pandemi, secara global hanya sedikit yang sudah menerapkan kerja dari rumah (24 persen). Saat ini jumlahnya naik menjadi 39 persen, sementara 22 persen menyatakan bekerja tidak dari rumah, tapi juga tidak di kantor.
Baca juga : Keseimbangan Bekerja dan Berwisata Saat Pandemi
Bervariasi antarnegara
Secara global, hanya 25 persen responden yang menginginkan kembali bekerja di kantor selama lima hari dalam seminggu segera setelah pandemi berhasil diatasi.
Persentase yang lebih besar, yaitu 40 persen disuarakan oleh responden di Meksiko. Lebih dari sepertiga responden di negara-negara lain, seperti Afrika Selatan, Arab Saudi, Peru, India, bahkan Amerika Serikat yang juga menginginkan kembali bekerja penuh lima hari.
Dengan pola kerja fleksibel, pekerja mengkombinasikan jadwal antara datang bekerja ke kantor dengan bekerja dari tempat lain, terutama di rumah. Di antara responden yang menginginkan bekerja lebih fleksibel, rata-rata jumlah hari per minggu yang diinginkan untuk bekerja dari rumah adalah 2,5 hari.
Jumlah yang lebih sedikit, yaitu 1,9 hari diinginkan oleh responden dari China, Belgia, dan Perancis. Sementara responden dari India lebih antusias menginginkan 3,4 hari WFH per minggu.
Meskipun mayoritas responden menginginkan tetap bekerja fleksibel pasca-pandemi, kebanyakan berpendapat kembali ke rutinitas kantor bisa jadi tak terhindarkan. Hal itu bisa saja terjadi dalam waktu enam bulan atau satu tahun ke depan.
Hampir separuh dari pekerja fleksibel di Perancis, Arab Saudi, Belanda, dan Hungaria mengharapkan bisa kembali bekerja di kantor dalam enam bulan ke depan. Sedangkan sepertiga responden di Australia, Afrika Selatan, dan Inggris tidak mengharapkan kembali ke sistem kerja seperti sebelum pandemi.
Pada saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat pada 3-20 Juli 2021, bagi pekerja di sektor-sektor non-esensial bahkan diharuskan untuk bekerja dari rumah seratus persen demi menahan laju infeksi. Sedangkan di sektor esensial dan kritikal dibatasi kerja di kantor dengan kapasitas maksimal 50 persen karyawan.
Kapan pekerja Indonesia bisa kembali normal bekerja di kantor 9 to 5 diprediksi masih dalam waktu yang lama. Hal itu oleh karena penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia masih tinggi, sementara pencapaian vaksinasi untuk mendapatkan kekebalan komunal berjalan lambat. (LITBANG KOMPAS).
Baca juga : Bekerja dari Rumah