Membaca Peluang Alternatif Bursa Capres
Menguatnya sejumlah nama sebagai calon potensial yang maju dalam pemilihan presiden menjadikan nuansa kontestasi begitu kental sekalipun hajatan demokrasi itu digelar pada 2024.
Menguatnya sejumlah nama sebagai calon pentonesial yang maju dalam Pemilihan Presiden menjadikan nuansa kontestasi begitu kental sekalipun hajatan demokrasi itu digelar pada 2024.
Dinamika bursa pencalonan tersebut akan membuka banyak kemungkinan, tak hanya pengerucutan sosok potensial, tetapi juga memantik terbentuknya poros-poros kekuatan partai pengusung.
Sederatan nama-nama elite masuk dalam daftar sosok calon presiden 2024 yang memiliki tingkat elektabilitas tinggi. Kini, kemunculan bursa calon presiden dari hasil berbagai survei tersebut membuat peta politik bergerak begitu dinamis dengan berbagai manuver dan strategi yang tengah dimainkan. Beberapa di antaranya bahkan melibatkan sejumlah tokoh penting yang membuat nuansa persaingan menghangat lebih awal.
Hasil survei Kompas yang dilakukan pada periode April 2021 menempatkan sejumlah sosok calon presiden dengan tingkat elektabilitas tinggi, yaitu Prabowo Subianto (16,4 persen), disusul berurutan oleh Anies Baswedan (10,0 persen), Ganjar Pranowo (7,3 persen), Sandiaga Uno (3,7 persen), dan Ridwan Kamil (3,4 persen).
Hal tersebut pula yang membuat publik sulit untuk tidak mengaitkan berbagai wacana yang berkembang seputar pencalonan presiden dengan berbagai peristiwa politik yang terjadi di beberapa waktu lalu.
Pertemuan antarelite partai ataupun dengan sejumlah tokoh yang dinilai layak maju sebagai calon presiden dan wakil presiden, ataupun perkembangan pergerakan sejumlah partai yang mengarah pada kepentingan konsolidasi, hingga hiruk-pikuk di dalam internal partai cukup banyak menyedot perhatian khalayak.
Bagi partai politik, barangkali saat ini menjadi momentum untuk persiapan awal dalam tahap pemunculan nama calon yang dinilai layak untuk diusung dalam pemilihan presiden mendatang.
Baca juga: Ganjar Pranowo Warisi Efek ”Jokowi”?
Upaya ini tentunya memang memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat menyaring dan mempertimbangkan, hingga muncul kesepakatan untuk mengusung satu pasangan calon yang dianggap layak.
Dalam beberapa waktu terakhir, berbarengan dengan banyaknya hasil rilis survei yang dilakukan, ada banyak pula peristiwa penting yang berkembang dan dimaknai sebagai langkah politik untuk memunculkan nama-nama calon presiden.
Salah satu yang cukup menjadi perhatian terkait PDI-P yang belakangan justru getol menggaungkan nama Puan Maharani sebagai calon presiden. Meskipun belum final, tetapi rangkaian dinamika yang beriringan dengan pemunculan nama calon presiden di internal partai banteng itu cukup memberikan banyak kejutan.
Sebagai pemegang trah Soekarno, Puan memang digadang akan mendapatkan karpet merah untuk mengantongi rekomendasi dari sang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
Kemunculan nama Puan tentu membuat pembacaan pada sikap partai ini berubah seiring terus membaiknya tingkat elektabilitas Ganjar Pranowo dalam sejumlah survei.
Belakangan polemik terkait hal tersebut mengemuka berkepanjangan. Dimulai saat Puan yang tidak mengundang Ganjar Pranowo saat konsolidasi PDI-P di Jawa Tengah dan menyinggung kehadiran pemimpin rakyat yang tidak hanya di dunia maya, hingga bocornya rekaman suara off the record dari Ketua DPD PDI-P Jawa Tengah, Bambang Wuryanto, yang menyebut sosok Puan pantas mendapat rekomendasi dan bahkan siapa pun yang menjadi calon presiden, Puan layak menjadi wakilnya.
Tak hanya PDI-P, pemunculan nama-nama yang dinilai layak untuk diusung sebagai calon presiden juga dilakukan partai-partai lain. Tak sedikit pula partai yang telah mempromosikan sosok sang ketua umum sebagai calon presiden andalannya, termasuk Gerindra.
Wacana yang berkembang dari partai berlambang kepala Garuda itu pun hingga saat ini masih meruncing kuat pada sosok Ketua Umum Prabowo Subianto untuk dimajukan sebagai calon presiden.
Hasil survei dari sejumlah lembaga yang menempatkan Prabowo sebagai sosok dengan elektabilitas yang masih tinggi tampaknya cukup menjadi dasar bagi Gerindra untuk tak berpaling mencari kader lain untuk dimunculkan sebagai calon presiden.
Peluang alternatif
Sebagai partai jawara, menguatnya sosok yang sangat mungkin dicalonkan dari PDI-P ataupun Gerindra itu membuka banyak kemungkinan lain dalam bursa pencalonan presiden.
Jika keputusan tersebut benar adanya, tertutupnya pencalonan bagi kader-kader internal lainnya justru akan membuka peluang baru untuk maju diusung oleh poros koalisi lainnya.
Sekalipun modal elektabilitas yang dimiliki Ganjar Pranowo yang cukup melejit dalam beberapa waktu terakhir, tampaknya juga tak menjamin akan mulus mengantongi rekomendasi dari PDI-P untuk dicalonkan sebagai presiden.
Jalan Ganjar untuk maju sebagai calon presiden melalui naungan PDI-P pun memang akan berat saat pilihan dihadapkan pula pada sosok Puan. Terlebih seluruh keputusan rekomendasi tersebut pada akhirnya ditentukan oleh Ketua Umum Megawati.
Baca juga: Kalkulasi Faktor ”Jokowi” dalam Pilpres 2024
Demikian pula di Gerindra, menguatnya sosok Prabowo juga akan menutup rapat kemungkinan untuk memajukan sosok kader lain dalam pilpres mendatang. Sejumlah hasil survei menempatkan nama Sandiaga Uno, yang tidak lain menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Gerindra, sebagai calon presiden dengan elektabilitas cukup tinggi.
Bila dihadapkan pada kondisi demikian, baik bagi Ganjar maupun Sandiaga, sangat memungkinkan untuk membuka peluang lain dengan melepaskan diri dari naungan PDI-P dan Gerindra.
Dengan modal popularitas dan keterpilihan yang sangat tinggi, dua sosok ini, Ganjar maupun Sandiaga, tentu akan laris diminati banyak partai politik yang bersedia mengusung sebagai calon presiden unggulan.
Langkah alternatif tersebut akan menempatkan Ganjar dan Sandiaga sebagai sebagai sosok nonkader partai yang kian memanaskan perebutan dukungan dari partai pengusung.
Ganjar dan Sandiaga akan turut meramaikan bursa bebas sosok nonpartai, selayaknya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Peluang Koalisi
Kemunculan nama-nama nonkader partai politik dalam bursa calon presiden ini tentu akan membuat peta penggalangan kekuatan yang dilakukan partai-partai menjadi sangat berdenyut.
Berdasarkan hasil Pemilu 2019, setidaknya ada tiga hingga empat poros koalisi partai yang dapat terbentuk untuk mengusung setiap calon presiden dan wakil presiden di Pilpres 2024.
Persyaratan ambang batas partai politik untuk mengusung calon presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen kursi legilatif atau 25 persen penguasaan suara sah nasional di Pemilu sebelumnya (UU No 7/2017 tentang Pemilu), tentu membentuk rasionalitas bagi partai untuk sedapat mungkin mengusung pasangan calon paling tepat, meskipun bukan berasal dari kader internal.
Merujuk pada data hasil Pemilu 2019 lalu, partai pemenang PDIP berhasil memperoleh 128 kursi dari 575 kursi anggota DPR. Capaian penguasaan 22,6 persen kursi legislatif itu menjadikan partai itu sebagai satu-satunya partai yang dapat secara tunggal mengusung calon presiden dan wakil presiden.
Partai-partai papan atas lainnya dengan penguasaan lebih dari 10 persen, seperti Gerindra (13,57 persen), Golkar (14,78 persen), Nasdem (10,26 persen), PKB (10,09 persen), dengan perolehan kursi tersebut, hanya diperlukan dua partai yang dapat saling berkoalisi partai untuk memenuhi syarat ambang batas pencalonan. Dengan begitu kemungkinan ada dua hingga tiga poros koalisi yang dapat terbentuk.
Baca juga: Peluang Anak Presiden Menjadi Presiden
Kemungkinan poros lain yang terbentuk juga dapat dilakukan antarpartai yang memiliki penguasaan kurang dari 10 persen kursi di DPR. Partai-partai seperti Demokrat (9,39 persen), PKS (8,70 persen) hingga PAN (7,65 persen) dapat juga dapat menggawangi poros koalisi lainnya bersama partai-partai kecil lainnya untuk dapat memenuhi persyaratan presidential threshold. Tentunya pilihan itu di luar untuk kembali masuk dalam koalisi raksasa bersama partai-partai besar lain.
Puncak penentuan pemunculan sosok calon presiden yang layak berlaga dalam arena Pilpres 2024 tentu masih akan melalui perjalanan panjang. Poros-poros kekuatan yang terbentuk dari koalisi partai nantinya tentu akan sangat menentukan dan membuka banyak kemungkinan peluang. (LITBANG KOMPAS)