Patung untuk Prabowo dan Keris untuk Hendropriyono
Hendropriyono mengungkapkan adanya ancaman eksternal yang menggerus kebudayaan Indonesia.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
Saling menukar buah tangan bukan hal baru bagi pejabat nasional. Di sela-sela peresmian Replika Keraton Majapahit di Jakarta, Selasa (7/5/2024) malam, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) AM Hendropriyono memberikan patung Pangeran Diponegoro untuk Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Calon presiden terpilih itu pun membalasnya dengan keris Gadjah Mada.
Patung Diponegoro yang mengenakan jubah dan sorban di atas kuda itu dipilih Hendropriyono menjadi buah tangan bukanlah tanpa alasan. Menurut dia, Prabowo sudah sejak lama kagum dengan sosok Diponegoro. ”Rupanya beliau nge-fans dengan Pangeran Diponegoro. Jadi saya buatkan patung Pangeran Diponegoro,” kata Hendropriyono.
Tak berselang lama, Prabowo menyampaikan ucapan terima kasih sembari menyentuh bagian kaki dan perut depan kuda yang dinaiki Diponegoro. Ia pun membalas pemberian Hendropriyono dengan keris Gadjah Mada berwarna keemasan.
Selain keduanya, agenda yang bertepatan dengan hari ulang tahun Hendropriyono itu dihadiri oleh banyak pejabat atau mantan prajurit seperti Jenderal (Purn) Try Sutrisno, Jenderal (Purn) Wiranto, Jenderal (Purn) Agum Gumelar, Kepala Staf TNI AL Laksamana M Ali, Marsekal (Purn) Djoko Suyanto, dan Jenderal (Purn) Andika Perkasa.
Unsur sipil juga hadir, seperti Ketua MPR Bambang Soesatyo, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie, pengusaha Chairul Tanjung, dan senator Jimly Asshiddiqie.
Di sisi lain, Prabowo melihat bangunan Replika Keraton Majapahit Jakarta sebagai gagasan dan inisiatif bagus dari Hendropriyono. Sebab, nilai-nilai sejarah, khususnya dari aspek kebudayaan, perlu terus dijaga dan dilestarikan.
Rupanya beliau nge-fans dengan Pangeran Diponegoro. Jadi saya buatkan Patung Pangeran Diponegoro.
”Kalau bukan kita yang menghormati dan menghargai budaya kita sendiri, siapa lagi? Dan inilah cara-cara kita untuk selalu melestarikan dan menghormati budaya kita,” kata Prabowo.
Adapun replika Keraton Majapahit ini berada di Jalan Raya Mabes Hankam Nomor 45, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Meski replika, istana dibangun seperti aslinya sesuai gambaran masa lalu tetapi dengan skala yang lebih kecil. Sejumlah fasilitas, seperti Taman Madakaripura, Pendopo Maharaja Hayam Wuruk, Balairung Mahapatih Gajah Mada, dan Alun-Alun Wilwatikta, juga menghiasi replika tersebut.
Biro Humas Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan melansir, dalam peresmian tersebut Menhan Prabowo juga menandatangani prasasti yang bertuliskan, "Replika Keraton Majapahit Jakarta ini merupakan gelombang kebangkitan bangsa Indonesia di bidang kebudayaan demi membangun kepribadian bangsa yang berdaulat di bidang politik dan mandiri di bidang ekonomi nasional."
Ancaman eksternal
Bagi Hendropriyono, replika Keraton Majapahit Jakarta berfungsi untuk menjaga nilai-nilai asli bangsa Indonesia. Ia melihat adanya ancaman eksternal secara tidak langsung yang terus menggerus kebudayaan asli Indonesia.
”Sejak 2018, ada kebijakan Wali Kota Baubau bahwa seluruh murid SD, SMP, SMA harus mampu menulis dan berbahasa Korea (Selatan). Tiap tahun, orang-orang yang pintar masuk 10 besar dikirim ke Seoul agar anak-anak antusias. Ini bentuk penjajahan baru,” katanya.
Bentuk penjajahan, lanjut dia, tak lagi sebatas militer dan ekonomi saja, melainkan juga kebudayaan. Dalam 200 tahun mendatang, Indonesia bisa saja tidak ada lagi peninggalannya. Sebab, banyak negara maju yang memiliki huruf-huruf tradisional dan terus dilestarikan.
Hendropriyono pun menyinggung idenya yang sempat disampaikan dalam forum bahwa Indonesia harus punya aksaranya sendiri. Hal itu pun direspons oleh perwakilan salah satu daerah yang mengungkapkan sudah menerapkan mata pelajaran ”Arab Gundul” dalam kurikulum.
”Arab gundul. Saya bilang, prof, Arab gundul itu (punya) Arab. Kita ini Indonesia. Kita harus punya aksara sendiri. Kalau kita sekarang susah belajar karena sudah tua, seperti saya,” kata Hendropriyono.
Sementara itu, Prabowo menyebut perkembangan teknologi yang pesat sangat memengaruhi kehidupan anak muda Indonesia. Mereka menjadi lebih mudah terpapar dengan nilai-nilai budaya asing. Penegasan Prabowo bahwa budaya Indonesia harus dijaga dan dipertahankan pun menemukan relevansinya.