K-pop Populer, Bahasa Korea Jadi Banyak Dipelajari Orang Asing
Budaya pop memengaruhi pilihan orang mempelajari bahasa asing dari tempat budaya pop itu berasal. Bahasa Korea salah satunya.
Oleh
AGNES RITA SULISTYAWATY
·3 menit baca
HO CHI MINH, KOMPAS — Pengaruh budaya memengaruhi keinginan orang untuk mempelajari bahasa suatu negara. Penetrasi budaya ini membuat bahasa Jepang, Korea, dan China mulai banyak dipelajari orang di luar penutur asli. Selain itu, akses ke luar negeri juga semakin mudah sehingga memunculkan kebutuhan untuk bisa bertutur dengan bahasa setempat.
Haina Xiang, Asia Pacific Regional Marketing Director Duolingo, dalam konferensi pers, Kamis (12/10/2023), memaparkan, bahasa Jepang, Korea, dan China menjadi tiga bahasa terbanyak yang dipelajari pengguna aplikasi Duolingo, di luar bahasa Inggris.
Pilihan mempelajari bahasa itu tidak lepas dari pengaruh budaya. Jepang, misalnya, terkenal dengan anime dan manga di banyak negara. Kegemaran mempelajari budaya ini membuat orang tertarik untuk mengenal bahasa Jepang. Duolingo mencatat, di Asia Tenggara, kenaikan pengakses materi pembelajaran bahasa Jepang mencapai 120 persen dalam tiga tahun terakhir.
Begitu pula dengan Korea yang populer di mancanegara. Salah satu pemicu orang belajar bahasa Korea adalah kemunculan drama seri Squid Game. Ketenaran ini menjadikan peminat pelajaran bahasa Korea melonjak 195 persen dari tiga tahun terakhir di Asia Tenggara.
Tak jauh berbeda adalah bahasa China yang kini banyak dipelajari pengguna.
”Penetrasi budaya ini membuat orang ingin mempelajari bahasa setempat, antara lain agar bisa memahami secara langsung pesan yang disampaikan oleh idola mereka, tanpa menunggu terjemahannya. Selain itu, berwisata ke negara-negara tersebut juga semakin jamak dan orang ingin agar bisa memahami bahasa setempat secara langsung,” kata Haina.
Ia menambahkan, Duolingo juga memanfaatkan ketenaran budaya setempat sebagai bagian dari materi ajar di aplikasi. Tujuannya agar menarik pengguna untuk mendalami bahasa tersebut di aplikasi yang tersedia secara gratis ini.
Adapun mayoritas pembelajar bahasa asing di Duolingo masih memilih bahasa Inggris. Jumlahnya bisa mencapai 57 persen.
Haina menambahkan, jumlah pengguna di Indonesia naik enam kali lipat dalam waktu tiga tahun ini. Minat orang mempelajari bahasa asing lewat aplikasi ini berawal saat pandemi Covid-19. Saat itu, banyak tempat kursus bahasa asing yang tutup.
”Saat itu, orang mencari cara lain untuk tetap mengasah kemampuan berbahasa asing, salah satunya dengan memakai aplikasi belajar bahasa asing. Karena itu, ada lonjakan pengguna di Indonesia. Namun, setelah pandemi berakhir, antusiasme orang belajar bahasa di aplikasi juga tidak turun, bahkan masih terus bertambah,” kata Haina.
Ia menambahkan, pengguna Duolingo di Indonesia didominasi generasi Z dan milenial.
Danchen Yang, Learning and Curriculum Manager Duolingo, mengatakan, sebagian besar, yakni 30 persen pengguna, memakai aplikasi ini untuk menunjang pelajaran sekolah atau kuliah. Sebagian lainnya beralasan memakai Duolingo untuk kebutuhan pekerjaan.
Ada juga sebagian kecil pengguna Duolingo yang merupakan penduduk senior. Kebutuhan mereka belajar bahasa asing, kata Haina, didominasi keinginan untuk mengasah otak setelah tidak lagi bekerja.
Secara keseluruhan di Asia Pasifik, tercatat 1 juta pengguna aktif Duolingo.
Lam Kim Ngan, salah satu pengguna Duolingo yang bermukim di Vietnam, mengatakan, ia mempelajari bahasa China lewat aplikasi ini. Mahasiswa ilmu Asia Pasifik ini bahkan mendapatkan sertifikat kemahiran berbahasa China, HSK Level III, yang digunakannya untuk menunjang pendidikan.
Pakai AI
Dengan 40 ragam bahasa yang bisa dipelajari di aplikasi Duolingo, pengelola memakai kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) untuk menyusun materi pembelajaran.
Lewat rekaman video, Head of AI Duolingo Klinton Bicknell mengatakan, AI bermanfaat untuk mengumpulkan data kebiasaan para pengguna aplikasi ini. Data itu kemudian diolah kembali menjadi materi pembelajaran yang digunakan bersama-sama. Dengan begitu, model pembelajaran yang ditawarkan Duolingo bisa lebih luwes dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
”Materi yang kami berikan diprediksi 80 persen bisa diselesaikan pengguna. Ini untuk memotivasi mereka agar terus meningkatkan kemampuan berbahasanya,” kata Klinton.
Model pembelajaran yang menyerupai permainanjuga dirancang dengan bantuan AI. Harapannya, pengguna tidak bosan saat mengasah keterampilan berbahasa.