Kecakapan berbahasa Inggris menjadi modal penting untuk sukses di masa depan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, kecakapan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih rendah.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kecakapan bahasa Inggris masyarakat Indonesia sampai saat ini dinilai masih dalam kategori rendah. Kemampuan berkomunikasi bahasa Inggris yang semakin dibutuhkan ini belum terbangun dengan baik melalui pendidikan di sekolah. Peningkatan bahasa Inggris justru dipicu saat masuk dunia kerja.
Berdasarkan laporan indeks kecakapan bahasa Inggris yang dilakukan oleh Education First (EF) pada sekitar 2,1 juta orang dengan rata-rata usia 25 tahun dari 111 negara, Indonesia berada di urutan ke-81. Peserta tes dapat mengikuti secara daring lewat laman efet.org secara gratis dan terstandardisasi di dunia.
EF Head of Academic Affairs David Bish, pada acara Peluncuran Laporan Indeks Kecakapan Bahasa Inggris 2022 EF yang digelar EF Indonesia, di Jakarta, Kamis (17/11/2022), mengatakan, indeks kecakapan bahasa Inggris yang dirilis EF tiap tahun ini sudah dipakai untuk penelitian oleh sejumlah perguruan tinggi ternama seperti Cambridge University dan Harvard University. Selain itu, indeks tersebut dipakai oleh lembaga pemerintahan hingga perusahaan pencari kerja.
Kategori kecakapan dibagi menjadi sangat tinggi (very high), tinggi (high), sedang (moderate), rendah (low), dan sangat rendah (very low). Pada urutan pertama Belanda, lalu Singapura, Austria, Norwegia, Denmark, Belgia, Swedia, Finlandia, Portugal, dan Jerman. Di Eropa, indeks rata-rata 558, Asia 500, lalu disusul Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah.
”Indonesia skornya 469 sehingga berada di ranking ke-81 dari 111 negara atau level B1 jika mengacu pada kerangka acuan umum Eropa. Hasil ini menempatkan Indonesia masih di kategori rendah, tetapi sudah hampir menyusul Jepang yang berada di posisi ke-80,” kata David.
Data peringkat kecakapan bahasa Inggris sejumlah negara di Asia, termasuk Indonesia, berdasarkan indeks kecakapan bahasa Inggris EF 2022. Indonesia berada di urutan ke-81 Dari 111 negara.
Kecakapan bahasa Inggris di Indonesia ada kesenjangan generasi. Masyarakat yang berada di usia sekolah dari jenjang SMA hingga kuliah, kecakapan bahasa Inggrisnya kalah jika dibandingkan dengan mereka yang sudah masuk ke dunia kerja. Peningkatan kecakapan berbahasa Inggris ini mulai terjadi di kelompok usia 26-30 tahun dan seterusnya.
Masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan terlihat lebih baik kecakapan bahasa Inggrisnya. Di Indonesia, tingkat kecakapan bahasa Inggris tertinggi di Surabaya, lalu disusul Jakarta. ”Di kota lebih banyak kesempatan kerja sehingga kebutuhan berbahasa Inggris pun meningkat,” kata David.
Namun, di Indonesia terlihat kesenjangan penguasaan bahasa Inggris yang rendah jika dikaitkan dengan jender dibandingkan dengan negara lain. Secara umum, perbedaan kemampuan bahasa Inggris pada perempuan dan laki-laki tidak terlalu mencolok.
Menurut David, penguasaan bahasa Inggris yang baik berdampak signifikan di dunia kerja. Daya saing ekonomi, pembangunan sosial, dan inovasi suatu negara juga tinggi. Demikian juga pendapatan negara.
Di Indonesia di usia sekolah justru rendah karena belum menyadari dampak bahasa asing untuk sukses di masa depan. Kalau di dunia kerja jadi ’dipaksa’ sehingga terdorong untuk belajar.
Spesialis human resources (HR) dan kreator konten HR Junar Asunyi mengatakan, kemahiran bahasa Inggris akan membuka peluang baru pada pencari kerja baru dan yang profesional. Mereka yang cakap berbahasa Inggris terbuka kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan keterampilan dan jejaring yang lebih luas.
”Di Indonesia di usia sekolah justru rendah karena belum menyadari dampak bahasa asing untuk sukses di masa depan. Kalau di dunia kerja jadi ’dipaksa’ sehingga terdorong untuk belajar. Dengan data ini perlu ada perhatian juga untuk perbaikan pendidikan bahasa Inggris di sekolah,” kata Junar.
EF Indonesia Academic Operation Manager Yunita Yanti menuturkan, masyarakat Indonesia tidak perlu berkecil hati karena masih di kategori rendah. Kondisi ini menunjukkan kecakapan penggunaan bahasa Inggris masih terbatas. Karena itu, perlu peningkatan kecakapan agar bisa terlibat berkomunikasi aktif dalam konteks lebih rumit, seperti rapat di dunia kerja.
”Rentang umur kemajuan kemampuan bahasa Inggris paling terlihat jelas pada rentang usia 26-30 tahun. Berarti kemajuan perkembangan paling banyak terjadi pada umur pekerja, bukan dimulai di jenjang sekolah. Karena itu, kami melihat penting untuk memberi pelatihan bahasa Inggris pada pekerja untuk membantu meningkatkan kinerja dalam konteks lebih kompleks,” kata Yunita.
Diajarkan sejak SD
Secara terpisah, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, mengajarkan anak-anak bahasa Inggris menguntungkan di masa depan. Sebab, hal ini dapat menambah prospek ekonomi dan pekerjaan yang lebih baik di depan.
Kesempatan untuk mengajarkan bahasa Inggris bagi anak-anak Indonesia sejak usia sekolah dasar (SD) dibuka di Kurikulum Merdeka sebagai pilihan. Sekolah yang siap bisa mengajarkan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran sejak di SD. Di Kurikulum 2013, pelajaran bahasa Inggris ada yang masuk dalam muatan lokal.
”Secara internal, kami masih membahas. Tantangannya bagaimana meningkatkan kapasitas sumber daya manusia pengajar bahasa Inggris. Untuk memaksa semua SD mengajarkan bahasa Inggris, pengaturannya mudah,” ujarnya.
”Masalahnya apakah ada cukup pengajar? Selain itu, pengajar bahasa Inggris di SMP dan SMA/SMK yang ada pun kompetensinya apa mencukupi untuk mengajarkan bahasa Inggris secara berkualitas? Kita ingin bahasa Inggris jadi fokus lebih kuat,” kata Nadiem.