Ahli Sebut Kemenangan Prabowo-Gibran Bukan karena Bansos dan Faktor Jokowi
Hasil kajian berbagai riset menunjukkan bantuan sosial berpengaruh sangat kecil terhadap keterpilihan Prabowo-Gibran.
Oleh
IQBAL BASYARI, SUSANA RITA KUMALASANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ahli dari Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka membantah keterangan Hamdi Muluk, ahli dari pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, yang menyebut bantuan sosial atau bansos memengaruhi 29 persen pemilih. Hasil kajian berbagai riset, Litbang Kompas, dan Indikator Politik menunjukkan bahwa pengaruh bansos sangat kecil terhadap keterpilihan Prabowo-Gibran.
Pendiri Lembaga Survei Cyrus Network, Hasan Nasbi, membantah keterangan yang disampaikan oleh ahli dari Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Hamdi Muluk. Dari 10 hasil riset yang digunakan Hamdi untuk melihat korelasi antara bantuan sosial (bansos) dan keterpilihan petahana, korelasinya hanya 0,29.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Jika diibaratkan petahana membagi bansos kepada 100 pemilih, ada kenaikan 29 pemilih yang akan memilih petahana. Namun, pilihan itu bukan hanya didasarkan pada bansos, melainkan ada berbagai faktor lain.
”Jadi, kira-kira angka pengaruhnya berdasar hitungan saya adalah 0,0841. Jadi, dari 100 bansos, pengaruhnya adalah 8 persen. Kalau nyebar bansos, kira-kira pengaruhnya 8 orang, kalau berdasarkan angka riset dari laboratorium psikologi politik UI dan tidak bisa dibaca yang lain,” ujarnya dalam sidang sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Kamis (4/4/2024).
Menurut dia, ada banyak kejadian pilkada di provinsi dan kabupaten/kota yang bansosnya naik signifikan menjelang pencoblosan. Namun, tidak semua petahana bisa kembali menang. Petahana biasanya menang bukan karena bansos, melainkan calon lawannya dianggap tidak lebih baik. Dengan demikian, meski menyebar bansos berapa pun, petahana akan kalah jika lawannya lebih baik.
Lebih jauh, hasil exit-pool Litbang Kompas di Pemilu 2024 juga menunjukkan bansos tidak punya hubungan kuat terhadap keterpilihan kandidat. Dari hasil kajian, penerima bansos merata di ketiga kandidat. Sebagian besar pemilih juga menyebut bansos berasal dari pemerintah, bukan dari Presiden Joko Widodo.
Hasil exit-pool Litbang Kompas menunjukkan, Ganjar-Mahfud menjadi kandidat yang paling diuntungkan dari bansos dibandingkan dengan kandidat lain. ”Dari dua riset ini, bukti bahwa studi yang mengatakan bansos punya pengaruh terhadap keterpilihan petahana tidak ada,” tutur Hasan.
Di sisi lain, riset Indikator Politik pada April 2023 hingga Februari 2024 menunjukkan tingkat penerimaan Presiden Jokowi yang tinggi tidak berpengaruh terhadap keterpilihan Prabowo-Gibran. Approval rating Presiden Jokowi dengan elektabilitas Prabowo-Gibran, koefisien korelasi hubungannya 0,024 atau mendekati 0.
Sementara itu, biasanya batas yang digunakan untuk mengatakan hubungan kuat adalah 0,5. ”Artinya, tidak ada hubungan antara pemilih Prabowo Gibran dan approval rating Pak Jokowi,” kata Hasan.
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan, pemberian perlindungan sosial (perlinsos) dan bansos tidak berpengaruh pada pilihan pemilih. Hal ini terlihat dari pilihan pemilih di luar negeri yang tidak menerima bansos, tetapi juga memenangkan pasangan calon nomor urut 2.
Begitu pula dengan pemilih di Sumatera Barat dan Aceh, meskipun juga mendapatkan kucuran bansos, perolehan suara capres-cawapres nomor urut 2 tidak unggul.
”(Hal ini) Karena rakyat sesungguhnya melihat perlinsos berbeda dengan money politic atau serangan fajar. Bansos, perlinsos dari pemerintah dikonstruksi atau dipersepsi oleh masyarakat sebagai hak mereka,” ucap Qodari.
Ia kemudian menjelaskan perbedaan perlinsos dengan politik uang yang dilakukan oleh para politisi. Para pemilih tidak memiliki rasa utang kepada pemberi bansos atau perlinsos.
Kondisi ini berbeda dengan pemberian politik uang yang menimbulkan rasa utang kepada pemilih. Meskipun demikian, ia mengungkapkan bahwa tidak ada jaminan bahwa politik uang atau serangan fajar akan bisa memenangkan suara pemilih.
Rakyat sesungguhnya melihat perlinsos berbeda dengan’money politic‘atau serangan fajar. Bansos, perlinsos dari pemerintah dikonstruksi atau dipersepsi oleh masyarakat sebagai hak mereka.
Berkenaan pengaruh pemberian bansos terhadap perilaku pemilih, Qodari menggunakan beberapa riset ilmiah Pilpres 2024. Misalnya, exit poll Litbang Kompas menunjukkan bansos tidak menjadi faktor pengubah elektabilitas capres-cawapres.
Survei Indikator Politik menunjukkan, penerima bansos yang memilih Prabowo Gibran 59 persen dan bukan penerima bansos yang memilih Prabowo Gibran 58 persen. ”Sama saja, terima bansos atau tidak terima bansos, memilih Prabowo Gibran,” kata Qodari.