Dukungan Jokowi Saat Pilpres di Balik Usulan Erina Gudono Jadi Bupati Sleman
Efek Jokowi dinilai masih akan mewarnai Pilkada 2024 meski hanya akan berpengaruh di daerah tertentu.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usulan kader Partai Gerindra untuk mencalonkan Erina Gudono sebagai calon bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, muncul sebagai inisiatif untuk membalas jasa keluarga Presiden Joko Widodo dalam pemenangan pasangan calon presiden-wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Presiden 2024.
Presiden Jokowi, yang tidak lain ayah dari calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka, dan keluarganya, dinilai telah memberikan dukungan penuh untuk memenangkan pasangan tersebut. Adapun Erina merupakan istri Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep yang adalah putra bungsu Presiden Jokowi. Erina juga merupakan adik ipar Gibran Rakabuming Raka, pendamping Prabowo Subianto.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengakui adanya aspirasi dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Yogyakarta untuk mencalonkan Erina Gudono menjadi bupati Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan informasi yang didapatkannya, usulan tersebut muncul atas pertimbangan sosok Erina sebagai kaum muda yang cerdas dan peduli pada persoalan kerakyatan.
Tidak hanya itu, sebagai tokoh potensial perempuan, keberadaan Erina juga sejalan dengan kebijakan politik Gerindra. Kebijakan dimaksud adalah mendorong kaum perempuan untuk mengisi jabatan-jabatan publik.
Habiburokhman mengatakan, terlepas dari sosok Erina, usulan tersebut juga tidak bisa dilepaskan dari peran keluarga Presiden Jokowi dalam pemenangan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. “(Hal) Yang juga penting, kader menganggap keluarga beliau juga all out menangkan Pak Prabowo pada pilpres kemarin,” ujar Habiburokhman saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (12/3/2024).
Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga, termasuk Litbang Kompas, perolehan suara Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 unggul atas dua pasangan kandidat lawan. Diprediksi, Prabowo-Gibran bisa memenangi Pilpres 2024 dalam satu putaran.
Kendati demikian, Habiburokhman mengungkapkan, ia belum memeriksa apakah pencalonan Erina sudah diajukan secara resmi. Di Gerindra, mekanisme pengusulan calon bupati diajukan ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) melalui Dewan Pimpinan Daerah (DPD). Setelah mendapatkan usulan dari DPD, DPD baru akan membahasnya.
“Keputusan terakhir ada di tangan Pak Prabowo selaku Ketum (Ketua Umum Partai Gerindra) sekaligus Ketua Dewan Pembina,” kata Habiburokhman.
Efek Jokowi
Sebelumnya, dukungan Presiden Jokowi untuk pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo-Gibran, ramai dispekulasikan masyarakat. Meski tidak pernah menyampaikannya secara resmi, Jokowi kerap tampil bersama dengan Prabowo.
Presiden Jokowi pernah menyebut Prabowo, yang saat ini masih menjabat Menteri Pertahanan, sebagai sosok yang layak untuk menjadi presiden berikutnya. Tak hanya itu, saat sedang bertugas bersama Prabowo di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, akhir Januari 2024, Jokowi juga menegaskan bahwa presiden boleh memihak, berkampanye, asalkan tidak menggunakan fasilitas negara.
Sejumlah elite Gerindra yang diwawancarai Kompas sebelum pemungutan suara pada 14 Februari lalu juga mengakui, dukungan Jokowi berpengaruh kuat terhadap peningkatan elektabilitas Prabowo. Berbekal dukungan Jokowi, Prabowo bisa memperluas basis dukungan dari para pemilih Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 yang masih loyal hingga saat ini.
Hal ini ditambah lagi tingkat kepuasan publik yang tinggi terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi. Hal tersebut juga turut meningkatkan elektabilitas Prabowo sebagai bagian dari Kabinet Indonesia Maju.
Tak hanya Gerindra, elite Partai Golkar juga mengakui adanya efek Jokowi pada raihan suara partainya pada Pemilu 2024. Adapun Partai Golkar merupakan bagian dari pemerintahan sekaligus salah satu partai pengusung Prabowo-Gibran yang dispekulasikan didukung Jokowi.
Berdasarkan hasil hitung cepat Litbang Kompas terhadap perolehan suara Pemilu 2024, raihan suara Golkar mencapai 14,64 persen atau berada di posisi kedua setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang meraih 16,31 persen suara. Perolehan tersebut naik jika dibandingkan Pemilu 2019 ketika Golkar meraih suara sebesar 12,31 persen. “Suka tidak suka, pilpres itu juga berefek ke pileg (pemilihan anggota legislatif),” kata Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung (Kompas, 11/3/2024).
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Golkar Erwin Aksa tidak memungkiri bahwa dukungan Jokowi mewarnai Pilkada 2024. Dampak elektoralnya juga diprediksi masih akan ada, meski hanya berlaku di daerah tertentu. Hal itu, meski bukan satu-satunya atau menjadi faktor penentu, dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan calon kepala daerah dari Golkar.
”Endorsement (dukungan) tentunya perlu, kalau dibutuhkan, dari tokoh nasional. Tetapi, kami percaya endorsement dari tokoh lokal juga penting,” kata Erwin.
Lebih dari soal dukungan tokoh tertentu, Erwin menuturkan, Golkar menggunakan pendekatan saintifik untuk menentukan calon kepala daerah yang bakal diusung. Menggunakan data yang valid, Golkar meneliti berbagai aspek mulai popularitas, kompetensi kepemimpinan, dan tingkat elektabilitas para tokoh potensial.
Selain itu, menurut Erwin, Golkar juga menilai kemampuan calon berkomunikasi dengan pemilih serta respons pemilih terhadap mereka. Seluruh faktor tersebut harus terukur agar partai nantinya tidak sekadar menempatkan tokoh tetapi juga memenangi pilkada di mayoritas daerah.
”Pada 2020 kami menangi di 60 persen daerah. Jadi, harapan kami tahun ini minimal sama dengan tahun 2020. Kami ingin menempatkan kader Golkar sebanyak mungkin karena platform kami adalah pembangunan,” ujar Erwin.