”Jokowi Effect” Picu Jagoan PDI-P Terpuruk di Kandang Banteng
Sikap pemilih di Bali berubah dalam Pemilu 2024. Capres dan cawapres yang diusung PDI-P terancam kalah suara di Bali.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
Hasil quick count atau hitung cepat Litbang Kompas ataupun hasil hitung cepat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2024 dari Komisi Pemilihan Umum sementara ini mengindikasikan pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, unggul dari dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden lainnya. Perolehan suara pasangan Prabowo dan Gibran terpaut cukup jauh dengan dua paslon lainnya.
Perolehan suara yang cukup besar bagi pasangan Prabowo dan Gibran dalam Pemilu Presiden 2024 juga diraup di Bali. Hasil hitung cepat KPU hingga Kamis (15/2/2024) menunjukkan, duet Prabowo dan Gibran meraup lebih dari 52,4 persen suara pemilih Pemilu Presiden 2024 di Bali.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Adapun pasangan calon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, baru mengumpulkan sekitar 3,6 persen suara pemilih di Bali. Sementara pasangan calon nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mohammad Mahfud MD, mengumpulkan sekitar 44,37 persen suara pemilih di Bali.
Hasil hitung cepat dari KPU yang dipublikasikan melalui pemilu2024.kpu.go.id itu masih sementara dan hingga Kamis (15/2/2024), hasilnya baru mencerminkan sekitar 37 persen dari hasil penghitungan suara di Bali.
Dari publikasi hasil hitung cepat KPU itu, perolehan suara paslon nomor urut 2 mengalahkan paslon nomor urut 3 di Kota Denpasar dan enam kabupaten lainnya di Bali. Paslon Ganjar dan Mahfud, yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) bersama koalisinya, mengungguli paslon Prabowo dan Gibran di Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Tabanan. Namun, paslon nomor urut 3 itu kalah suara di tujuh daerah, termasuk di Denpasar.
Sementara itu, paslon Anies dan Muhaimin memperoleh suara di seluruh kabupaten dan kota di Bali, tetapi perolehan suara paslon nomor urut 1 itu terpaut jauh dengan perolehan suara dari paslon nomor urut 2 ataupun paslon nomor urut 3.
Apa pun hasil perolehan suara sementara itu, hasil hitung cepat Pemilu 2024 tersebut menunjukkan fenomena menarik di Bali. Selama ini, dalam beberapa kali pemilihan umum, paslon presiden dan wakil presiden yang diusung PDI-P memperoleh kemenangan mutlak daripada paslon lainnya.
Dalam kontestasi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, misalnya, pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto meraup 60 persen suara pemilih di Bali meskipun secara nasional Megawati dan Prabowo kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Kondisi itu memunculkan pandangan Bali termasuk daerah basis PDI-P alias kandang banteng di Indonesia dalam kontestasi pemilu.
Begitu pula dalam Pemilu Presiden 2014 dan Pemilu Presiden 2019, calon presiden Joko Widodo, yang juga diusung PDI-P, menang telak dalam dua pemilu tersebut. Pada Pemilu Presiden 2014, Joko Widodo dan pasangannya, Jusuf Kalla, memperoleh 71,42 persen suara pemilih di Bali dan mengalahkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, yang memperoleh 28,58 persen suara pemilih di Bali.
Bahkan, dalam Pemilu Presiden 2019, pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin menang mutlak dari pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno dengan perolehan suara mencapai 91,7 persen di Bali.
”Karena itu, melihat hasil pemilu presiden di Bali tahun ini menjadi hal yang menarik,” kata I Nyoman Wiratmaja, pengamat politik dan dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Warmadewa, Kota Denpasar, Bali, Kamis (15/2/2024).
Menurut Wiratmaja, situasi politik dalam momen Pemilu 2024 mencerminkan ketidaklinieran pemilu presiden dan pemilu legislatif yang digelar serentak pada Rabu (14/2/2024).
Apabila dalam hasil hitung cepat KPU hingga Rabu, Ganjar dan Mahfud sementara tertinggal dari Prabowo dan Gibran, dalam Pemilu Legislatif 2024 PDI-P terpantau merajai perolehan suara di seluruh wilayah di Bali untuk sementara ini. Perolehan suara sementara untuk PDI-P di Bali itu lebih besar dibandingkan perolehan suara sementara untuk Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Golongan Karya (Golkar) di Bali.
Situasi itu, menurut Wiratmaja, dapat mencerminkan pandangan dan sikap pemilih di Bali, khususnya pada pemilih pemula dari kalangan generasi muda yang tidak terpaku pada partai politik. Pergeseran sikap pemilih juga muncul di kalangan pemilih berpendidikan cukup bagus karena mereka mengamati perilaku dan pernyataan tokoh-tokoh partai politik, terutama di kalangan anggota legislatif dan petinggi parpol.
Secara terpisah, pengamat politik dan dosen FISIP Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), Kota Denpasar, I Nyoman Subanda, menyebutkan, perbedaan hasil Pemilu Presiden 2024 dengan hasil Pemilu Legislatif 2024, khususnya untuk Bali, dipengaruhi beberapa faktor, antara lain, penilaian terhadap figur capres dan cawapres, sentimen terhadap pimpinan atau tokoh parpol tertentu, dan efek Jokowi (Jokowi effect).
”Faktor Jokowi effect ini cukup besar pengaruhnya dalam pemilu presiden ini,” kata Subanda, Kamis.
Adapun peneliti sosial dan dosen ilmu politik FISIP Universitas Udayana, Kota Denpasar, Ni Kadek Dwita Apriani, menyatakan, hasil hitung cepat masih dini dijadikan indikator kalah atau menang dalam Pemilu 2024. Terlebih hasil hitung cepat itu masih di kisaran 37 persen. Akan tetapi, menurut Dwita, terjadi pergeseran sikap politik di Bali dalam Pemilu 2024.
Faktor Jokowi effect ini cukup besar pengaruhnya dalam pemilu presiden ini.
Pergeseran sikap politik itu banyak dipengaruhi kelompok muda yang semakin berjarak dengan ideologi parpol, tetapi semakin dekat dengan informasi berbasis media baru (new media). ”Jumlah pemilih tradisional secara persentase mengalami penurunan cukup signifikan. Ini diekspresikan pada pilihan saat pemilu,” kata Dwita.
Sementara itu, Luh Riniti Rahayu, pengamat politik dan kebijakan publik dari Universitas Ngurah Rai, Kota Denpasar, menyatakan, penghitungan suara masih berlangsung sehingga kemenangan berdasarkan hitung cepat bukanlah kemenangan yang sah karena kemenangan harus juga dibuktikan hasil hitung yang sah.
”Bagaimanapun, pemilu sudah berjalan baik. Harus dihargai kerja keras penyelenggara pemilu,” kata Riniti.
Selain dipengaruhi faktor Jokowi effect, yang kuat di Bali, besarnya perolehan suara paslon nomor urut 2 di Bali juga ikut dipengaruhi banyaknya parpol yang berkoalisi mengusung paslon Prabowo dan Gibran dalam Pemilu Presiden 2024. Selain itu, Riniti juga menyatakan pandangan bahwa pemilih dari kalangan generasi muda berbeda dengan pemilih dari generasi lebih tua dalam melihat kontestasi pemilu. Pemilih generasi muda lebih tertarik terhadap populisme dan hal-hal yang ringan dan tidak rumit.
”Ke depan, pendidikan politik yang masif harus dilakukan sejak dini dan secara terus-menerus sehingga masyarakat memahami demokrasi dan masalah-masalah yang akan dihadapi bangsa ini,” ujar Riniti.