PPP Bantah Sinyal Sandiaga Soal Bakal Gabung Pemerintahan Mendatang
Keputusan PPP untuk bergabung dengan pemerintah atau oposisi bakal diputuskan dalam rapat pengurus harian PPP.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Persatuan Pembangunan atau PPP membantah pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Sandiaga Uno yang memberikan sinyal bahwa PPP akan bergabung bersama kabinet pemerintahan selanjutnya setelah Pemilu 2024. Hingga saat ini di PPP belum ada keputusan resmi mengenai hal tersebut. Keputusan resmi selalu diputuskan melalui rapat pengurus harian.
Wakil Ketua Umum PPP Amir Uskara saat dihubungi di Jakarta, Selasa (27/2/2024), mengatakan, tidak benar jika ada pihak yang menyatakan bahwa PPP sudah memutuskan untuk bergabung dengan pemerintahan setelah Presiden Joko Widodo sebagaimana pernyataan Sandiaga di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/2/2024).
Sebelumnya, Sandiaga di Istana Kepresidenan memberikan sinyal bakal bergabung bersama kabinet pemerintahan selanjutnya setelah Pemilu 2024. Ia menyatakan, partainya sedari awal merupakan parpol yang berada di koalisi pemerintah dan mendukung program pemerintah.
”PPP ini, kan, partai pendukung pemerintah. Jadi posisi kami ada di pemerintahan. Ada dua menteri, ada satu wamen (wakil menteri), ada stafsus (staf khusus) presiden,” ujar Sandiaga.
Jabatan yang dimaksud Sandiaga merujuk pada dirinya selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf); Suharso Monoarfa sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Saiful Rahmat Dasuki selaku Wakil Menteri Agama; serta Mardiono sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan.
PPP ini, kan, partai pendukung pemerintah. Jadi posisi kami ada di pemerintahan.
Meski demikian, Sandiaga menyebut sejumlah proses dan tahapan akan dilalui PPP terlebih dahulu untuk menentukan arah parpol dalam pemerintahan, salah satunya melalui rapat pimpinan nasional (rapimnas). Dalam rapat tersebut akan dibahas keputusan PPP untuk menjadi bagian pemerintah atau oposisi.
Amir menuturkan, tidak benar pula jika PPP disebut sudah memberikan sinyal akan pisah jalan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) setelah pernyataan Ketua Majelis Kehormatan PPP yang menolak usulan hak angket DPR untuk mengusut dugaan kecurangan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
”Ada mekanisme partai yang selalu kami lakukan sebelum mengambil keputusan. Jadi, kalau misalnya ada Pak Sandi atau siapa pun yang ngomong, itu tentu bukan sesuatu keputusan yang resmi sebelum kami mengambil keputusan di internal partai,” ujar Amir.
Di Pilpres 2024 ini PPP telah berkoalisi dengan PDI-P, Partai Perindo, dan Partai Hanura untuk mengusung pasangan calon presiden-wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Belakangan Ganjar menggulirkan wacana hak angket untuk mengungkap dugaan kecurangan pada Pilpres 2024. Ia mengklaim PDI-P serius mengajukan hak angket tersebut.
Namun, Ketua Majelis Kehormatan PPP Zarkasih Nur justru menolak usulan tersebut. Bahkan, mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah era Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid itu meminta kepada seluruh jajaran Dewan Pimpinan Pusat PPP agar lebih bijaksana dalam menyikapi wacana tersebut karena dikhawatirkan akan memicu perpecahan di masyarakat.
Amir mengungkapkan, setiap kebijakan partai, termasuk arah parpol seusai penetapan hasil Pemilu 2024, akan diputuskan dalam rapat pengurus harian. Hingga saat ini forum tersebut belum dilaksanakan. Sebab, para pengurus juga masih sibuk mengawal penghitungan suara PPP.
”Tetapi, kalau PPP, gampang sih rapatnya. Setiap saat kami bisa rapat, kalau misalnya sudah sangat urgen,” ucap Amir.
Amir tidak ingin berandai-andai bakal seperti apa keputusan partainya nanti, bergabung dengan pemerintahan baru atau oposisi, begitu pula soal hak angket. Sebab, sebagai wakil ketua umum partai, ia harus melihat mekanisme partai terlebih dahulu sebelum memberikan tanggapan terkait isu-isu tersebut.
Menurut Amir, PPP akan menempuh mekanisme dengan segenap pertimbangan. ”Kami tidak ingin gegabah. Kami akan melalui mekanisme itu dengan segala pertimbangannya. Itu kalau kami di internal begitu, terutama kami yang ada di strukturlah (pasti akan menunggu keputusan rapat pengurus harian). Kalau Pak Sandi, kan, kebetulan belum masuk dalam struktur pengurus harian,” papar Amir.
Saat ditanya apakah ada upaya melobi dari partai pengusung capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, ke PPP, Amir tak menampiknya. Sebagai Ketua Fraksi PPP DPR, menurut Amir, komunikasi antarfraksi partai di DPR biasa dilakukan.
”Kalau komunikasi kami dengan teman-teman, kan, terutama di fraksilah, saya sebagai ketua fraksi, dekat dengan semua pimpinan fraksi di sana. Jadi, kalau komunikasi, sih, kami jalin. Tetapi, sekali lagi kalau terkait dengan keputusan, ya, itu ada mekanisme,” tutur Amir.