Nahdlatul Ulama sebagai organisasi besar juga memiliki tanggung jawab besar. Karenanya, kapasitas sumber daya manusia NU harus kuat untuk memenuhi tanggung jawab itu.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Nahdlatul Ulama sebagai organisasi besar juga memiliki tanggung jawab besar. Selain tanggung jawab keumatan, ada juga tanggung jawab kemanusiaan, tanggung jawab pada bangsa dan negara, serta dunia. Karena itu, kapasitas sumber daya manusia NU harus kuat untuk memenuhi tanggung jawab itu.
Hal ini disampaikan Wapres Ma’ruf Amin pada pelantikan dan Musyawarah Kerja Wilayah I Pimpinan Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur 2023-2028 di kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Surabaya, Sabtu (23/12/2023). Hadir pula dalam acara ini Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Anas, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Rois Syuriyah PWNU Jatim Muhammad Nuh, dan Ketua Umum Pengurus Pusat ISNU Ali Masykur Musa.
”Tanggung jawab NU tidak hanya untuk bangsa, tetapi juga dunia,” ujar Wapres Amin.
NU perlu menjaga umat dari bahaya paham-paham yang menyimpang. Dalam tanggung jawab menjaga umat, Wapres juga menyebut hal ini termasuk pemberdayaan umat baik dari aspek pendidikan dan ekonominya. Dengan demikian, umat bisa menjadi subyek dan kuat.
Dalam tanggung jawab kenegaraan, hal ini tecermin dari prinsip hubbul wathan minal iman (cinta Tanah Air sebagai bagian dari iman) yang sudah ada sejak NU berdiri. Karena itu, warga NU selalu siap berkorban jiwa demi Tanah Airnya.
Dalam konteks kekinian, Indonesia sedang menuju Indonesia Emas tahun 2045 atau harapan menjadi negara yang maju dan sejahtera. Oleh karenanya, NU juga perlu mengambil peran dan berkontribusi optimal.
Apabila NU ingin berperan besar dan menunaikan tanggung jawabnya, lanjut Wapres, kuncinya pada sumber daya manusia (SDM).
Dengan tantangan global saat ini, menurut Wapres Amin, ada empat hal. Pertama, peperangan yang menimbulkan penderitaan bagi rakyat, memicu krisis pangan dan energi, serta menyebabkan persoalan pengungsi. Kedua, perubahan iklim yang kian hari kian terasa dampaknya. Ketiga, pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih dan akhir-akhir ini, kasus Covid-19 mulai meningkat sehingga pemerintah pun harus berhati-hati dalam menyusun kebijakan dan menjaga kesehatan masyarakat. Keempat, pesatnya teknologi dan kecerdasan buatan yang mesti diimbangi dengan kebijaksanaan supaya fenomena ini membawa maslahat.
Dengan semua tanggung jawab itu, apabila NU ingin berperan besar dan menunaikan tanggung jawabnya, lanjut Wapres, kuncinya pada sumber daya manusia (SDM). "”Yang punya ilmu, harus punya jiwa bersih,” katanya.
Oleh karena itu, NU menyeimbangkan akal sehat dan hati yang bersih tersebut. Ikatan Sarjana NU pun diharap mampu menjadi ujung tombak dalam membawa perbaikan berkelanjutan. ”Jihad kita di sini adalah membangun umat bangsa dan kemaslahatan secara global,” katanya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah ISNU Jatim Mas’ud Said mengakui, untuk membangun ISNU yang kuat diperlukan cendekiawan yang hebat. Karenanya, selain merangkul semua sarjana NU dari berbagai kampus, pengembangan organisasi diteruskan.