Empat pahlawan nasional Angkatan Udara RI diabadikan dalam prangko. Prangko yang menampilkan wajah para pahlawan nasional itu diharapkan bisa membangkitkan semangat prajurit TNI AU.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
Ada banyak cara mengenang dan menghidupkan kembali memori-memori tentang pahlawan nasional. TNI Angkatan Udara memilih prangko sebagai cara untuk mengabadikannya. Kini, empat pahlawan nasional dari Angkatan Udara RI bisa terbang abadi, baik lewat surat maupun koleksi.
Dalam prangko berukuran 25,31 milimeter x 41,6 milimeter, wajah para perintis TNI AU itu mendominasi. Bagian bawah prangko diisi gambar pesawat yang pernah mereka gunakan. Pada saat itu, TNI AU hanya bermodalkan pesawat-pesawat bekas hasil rampasan tentara Jepang, seperti pesawat jenis Cureng, Nishikoreng, Guntei, dan Hayabusha. Dalam prangko Adisutjipto, misalnya, terdapat foto pesawat Yokosuka K5Y Willow atau Cureng.
Merujuk catatan sejarah, Adisutjipto merupakan penerbang yang berhasil menerbangkan pesawat Cureng dengan logo merah putih di langit Yogyakarta pada 27 Oktober 1945. Upayanya bukan tanpa alasan. Semangat rakyat Indonesia untuk melawan penjajah kembali berkobar.
Tidak hanya itu, pada 15 November 1945, ia mendirikan Sekolah Penerbang Maguwo sekaligus menjadi instrukturnya. Melalui Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD Tahun 1946 tentang Pembentukan Tentara Republik Indonesia (sekarang TNI) AU, ia diangkat menjadi Wakil Kepala Staf II merangkap Kepala Sekolah Penerbang Maguwo dan Kepala Bidang Pendidikan TRI AU.
Pada 29 Juli 1947, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh gugur saat pesawat Dakota VT-CLA yang mereka tumpangi ditembak jatuh oleh Kittyhawk Belanda. Mereka, pada Agresi Militer Belanda I, tengah dalam misi kemanusiaan.
Prangko pahlawan nasional dari TNI AU adalah salah satu bukti konkret penghargaan kepada para pendahulu Angkatan Udara. Menjadi refleksi perjuangan dan keteladanan para pahlawan serta menjadi tolok ukur perjuangan dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebelum gugur, Abdulrachman Saleh merupakan pelopor pendirian pemancar ilegal untuk menyiarkan pidato proklamator sekaligus Presiden ke-1 Soekarno. Ia juga mendirikan Sekolah Radio Udara saat menjadi Komandan Lanud Maospati dan Sekolah Teknik Udara ketika menjabat Danlanud Bugis.
Sementara itu, Halim Perdanakusuma merupakan aktor penyusun operasi serangan udara pertama terhadap pendudukan Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa pada Juli 1947. Ia gugur bersama Iswahjudi dalam misi ke luar negeri untuk penjajakan pembelian pesawat dan senjata. Pesawat mereka terjebak cuaca buruk dan jatuh di Labuhan Bilik Besar antara Tanjung Hantu dan Teluk Senangin di Pantai Lumut, Malaysia.
”Perangko pahlawan nasional dari TNI AU adalah salah satu bukti konkret penghargaan kepada para pendahulu Angkatan Udara. Menjadi refleksi perjuangan dan keteladanan para pahlawan serta menjadi tolok ukur perjuangan dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Kepala Staf TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo saat peluncuran prangko pahlawan nasional di Markas Besar TNI AU, Jakarta, Senin (4/12/2023).
Acara itu turut dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi, Executive Vice President (EVP) PT Pos Indonesia Regional 5 Jawa Timur Dino Ariyadi, dan perwakilan keluarga pahlawan nasional yang dimuat dalam prangko. Dalam sambutannya, Fadjar berharap perjuangan para pahlawan bisa menginspirasi generasi muda Indonesia.
Selain itu, prangko-prangko yang menampilkan wajah para pahlawan nasional juga diharapkan bisa membangkitkan semangat prajurit TNI AU. Tekad dan semangat mereka harus terus diwarisi dan terekam abadi.
Budi Arie menuturkan, prangko itu sudah diterbitkan sejak 10 November 2023. Prangko dikembangkan dengan teknologi digital yang memungkinkan publik memindai dan mengakses informasi lebih lanjut mengenai para tokoh.
”Ketika kita memindai prangko itu secara digital, nanti bisa melihat latar belakang dan sejarah tokoh-tokoh pahlawan dari TNI Angkatan Udara,” katanya.
Setiap keping prangko memiliki kopur seharga Rp 3.500. Satu set terdiri atas 16 prangko dan bisa didapatkan dengan harga Rp 56.000, sedangkan set berisi empat prangko dijual seharga Rp 26.000. Prangko seri pahlawan nasional Angkatan Udara bisa didapatkan di Pos Indonesia kantor cabang utama dan kantor cabang ataupun dipesan secara daring melalui Filateli.co.id. Selain untuk koleksi, prangko edisi pahlawan juga bisa digunakan dalam kepentingan surat-menyurat.