Para Prajurit TNI AU Itu Kini Terbang dalam Keabadian
Duka terasa setelah empat putra terbaik bangsa gugur saat dua pesawat Super Tucano mengalami kecelakaan di Pasuruan. Salah satu korban baru saja mengemban tugas sebagai pemimpin misi kemanusiaan ke Gaza.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
Indonesia kehilangan empat putra terbaiknya dalam kecelakaan pesawat Super Tucano, Kamis (16/11/2023). Duka mendalam tak hanya tergores di keluarga, namun juga seluruh warga Indonesia.
Suasana duka menyelimuti Taman Makam Pahlawan Suropati di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat. Di bawah bentang Merah Putih, tiga peti jenazah korban kecelakaan pesawat Super Tucano TT 3111 dan TT 3103 yang jatuh di Keduwung, Kecamatan Puspo, Pasuruan, diturunkan ke liang lahad.
Selama upacara pemakaman secara militer berlangsung, pihak keluarga menyaksikan dari jarak beberapa jengkal. Setelah selesai, sejumlah anggota keluarga tak kuasa menahan duka. Sambil menabur bunga dan melafalkan doa-doa, isak tangis pun pecah.
Jenazah Marsekal Pertama (Anumerta) Subhan yang menjabat sebagai Komandan Wing 2 Pangkalan TNI AU (Lanud) Abdulrachman Saleh menempati pusara di sisi utara, bersanding dengan Marsekal Pertama (Anumerta) Widiono Hadiwijaya selaku kepala dinas personel di lanud yang sama.
Di sisi selatan, jenazah Kolonel Pnb (Anumerta) Sandhra Gunawan selaku Komandan Skadron Udara 21 Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh dikebumikan. Adapun satu korban lainnya, Letnan Kolonel Pnb (Anumerta) Yuda Anggara Seta, dimakamkan di taman makam pahlawan di Madiun atas permintaan keluarga.
”Dengan keluarganya sangat baik, Mas Subhan. Sama orangtua, mertua, dan juga sama rekan-rekan. Termasuk kesan stafnya, juga bilang kalau beliau orangnya tidak pernah marah,” ucap Suprianto (46), adik kandung Subhan.
Di mata Suprianto, sosok kakaknya benar-benar jauh dari citra militer yang biasanya keras. Dia tegas, namun halus. Subhan biasa menggunakan pendekatan-pendekatan persuasif, baik terhadap keluarga maupun relasi. Orangnya juga penuh dedikasi, menjalankan tugas dengan serius dan profesional.
Suprianto, yang tinggal di Jakarta, terakhir bertemu dengan almarhum beberapa hari lalu setelah korban pulang dari Gaza. Bahkan, keduanya berjanji untuk bertemu di Yogyakarta pada 27 November. Menurut rencana, anak pertama almarhum hendak wisuda dari Akademi Angkatan Udara. Sementara Subhan bakal naik pangkat menjadi marsekal pertama pada awal Desember.
Menurut Suprianto, tak ada obrolan khusus dengan kakaknya. ”Cuma, kemarin adiknya Bu Subhan dari Lampung ke Malang. Dia dikasih baju putih oleh almarhum. Setelah dengar peristiwa kemarin, apa itu firasat ya? Apa baju putih, setelah dilihat ada tulisannya Super Tucano gitu,” katanya.
Begitu pula ketika berada di Gaza. Lantaran khawatir, pihak keluarga kerap meng-update perkembangannya. ”Dia bilang mendaratnya di Bandara El Arish, Mesir. Kalau di Palestina bisa dirudal sama Israel. Mereka mendaratnya di Mesir,” kenang sang adik.
Subhan ke Gaza dalam rangka menyerahkan bantuan dari rakyat Indonesia untuk warga Palestina yang menjadi korban perang Israel-Hamas, dua pekan silam. Bantuan diserahkan menggunakan pesawat Hercules dan Subhan bertugas sebagai pemimpin misi kemanusiaan (mission commander) itu.
Misi kemanusiaan itu mendapatkan respons positif dari masyarakat Indonesia. Di media sosial, wawancara Subhan dengan salah satu reporter televisi seusai pulang dari Gaza viral kembali. Keberaniannya membawa tim untuk mengirimkan bantuan mendapatkan apresiasi tinggi.
”Saya tak kenal dengan bapak pilot ini, tapi saya tahu dia pemberani dan berhati nurani, dipercaya membawa bantuan di tengah medan perang,” cuit akun bernama Chocobeli di salah satu unggahan media sosial.
Selain Chocobeli, masih banyak pula respons positif tentang Subhan dan ketiga prajurit lainnya di media sosial. "Terbangmu ketinggian Capt...," kata Panda.17 dalam satu unggahan di sosial media. Unggahan itu direspon dengan doa para netizen dalam kolom komentar.
Dia bilang mendaratnya di Bandara El Arish, Mesir. Kalau di Palestina bisa dirudal sama Israel.
Kepergian para prajurit terbaik itu menyayatkan luka pada masyarakat, terutama keluarga. Adik ipar Sandhra, Yeni, mengatakan, pihak keluarga dan teman-temannya juga terpukul atas peristiwa ini. Sandhra meninggalkan anak yang masih duduk di bangku SMP.
Pekan lalu, Yeni bercerita bahwa almarhum sempat bertemu dengan temannya dari Makassar, Sulawesi Selatan. Bahkan, almarhum sempat memberikan empat seragam terbangnya kepada sang kawan. ”Alasannya, saya tidak akan terbang lagi,” ujar Yuni menirukan apa yang disampaikan almarhum kepada temannya itu.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama R Agung Sasongkojati mengatakan bahwa kita semua berduka. Mereka adalah putra-putra terbaik bangsa. ”Kita ingat Kolonel Subhan adalah yang memimpin pengiriman bantuan ke Gaza,” ujarnya.
Agung mengenal sosok Subhan dengan baik karena beberapa tahun lalu dia sempat berada di institusi pendidikan dan Subhan merupakan siswanya. ”Dia siswa yang sangat cemerlang, sangat smart, dan calon pimpinan kita di masa depan,” ucapnya.
Sebagai penghargaan dari negara atas darma bakti para korban kepada nusa dan bangsa, keempatnya mendapat kenaikan pangkat luar biasa.
Terima kasih atas pengabdianmu para prajurit kebanggaan. Terbanglah dengan tenang dalam keabadian.