Gibran Tak Tampak Saat Diumumkan Jadi Cawapres Prabowo
Tak seperti dua bakal capres lainnya, bakal capres Prabowo Subianto mengumumkan pendampingnya di Pilpres 2024, Gibran Rakabuming Raka, tanpa kehadiran Gibran. Ada di mana Gibran?
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Koalisi Indonesia Maju yang mengusung bakal calon presiden Prabowo Subianto memutuskan putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai bakal calon wakil presiden dari Prabowo. Meski demikian, Gibran tak tampak saat namanya diumumkan.
”Kami (para ketua umum partai politik dalam Koalisi Indonesia Maju) telah berembuk secara final, secara konsensus, seluruhnya sepakat mengusung Prabowo Subianto sebagai capres (calon presiden) dan Saudara Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres (calon wakil presiden),” ujar Prabowo di kediamannya di Jakarta, Minggu (22/10/2023).
Saat mengumumkan nama Gibran, Prabowo didampingi para ketua umum anggota Koalisi Indonesia Maju, seperti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta, Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra, dan Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabana.
Menurut rencana, pasangan Prabowo dan Gibran akan mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai peserta Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 pada 25 Oktober mendatang atau pada hari terakhir pendaftaran bakal capres-cawapres.
Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad menyampaikan, pertemuan para ketua umum hanya berlangsung 10 menit sampai 15 menit dan kemudian langsung diputuskan untuk mengumumkan pendamping Prabowo secepatnya.
Sementara itu, ketidakhadiran Gibran, kata Dasco, karena pertemuan secara spesifik hanya untuk ketua umum dan elite dalam Koalisi Indonesia Maju.
Meskipun tidak hadir, Gibran sebelumnya sudah melakukan safari ke para ketua umum partai anggota Koalisi Indonesia Maju. Pemilihan Gibran juga disebut telah mempertimbangkan kritik publik, misalnya terkait putusan Mahkamah Konstitusi, waktu yang mendadak, dan potensi politik dinasti.
”Semua sudah dipikirkan dan dihitung. Seperti yang tadi disampaikan, itulah yang diumumkan,” kata Dasco.
Seusai silaturahmi Gibran ke Agus Harimurti Yudhoyono, Minggu pagi, Kepala Badan Pembinaan Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (BPOKK) Partai Demokrat Herman Khaeron mengatakan, setelah bertemu dengan Agus, Gibran akan kembali ke Surakarta.
Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor juga mengatakan Gibran kembali ke Surakarta seusai silaturahmi ke Demokrat. ”Mas Gibran istirahat dulu, menenangkan diri,” ungkapnya.
Terkait Gibran yang masih berstatus sebagai kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), sejumlah elite koalisi enggan berkomentar. ”Mengenai kader partai (lain), saya pikir saya tidak akan berpolemik di situ, tetapi seperti yang kita tahu telah diputuskan begitu,” ujar Dasco.
Begitu pula dengan Airlangga Hartarto yang tidak menjawab. Ia hanya menyebut bahwa Gibran berstatus sebagai bakal cawapres untuk mendampingi Prabowo. Selain Airlangga dan Dasco, Agus Harimurti Yudhoyono juga tidak ingin berkomentar mengenai status Gibran yang masih menjadi kader partai lain.
Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, melihat penobatan Gibran sebagai bakal cawapres prosesnya terlalu cepat dan elitis. Kesan itu membuat publik merasa tak dilibatkan dalam penentuannya.
”Prosesnya serba cepat dan mendadak, mulai dari putusan MK hingga diusulkan oleh Partai Golkar. Apalagi, nama Gibran sebelumnya jarang muncul dalam survei-survei bakal cawapres,” tuturnya.
Selain itu, kritik terkait putusan MK dan politik dinasti diprediksi akan terus membayangi perjalanan Gibran dalam mengarungi Pilpres 2024.
Oleh karena itu, Prabowo, Gibran, dan Koalisi Indonesia Maju harus bekerja keras untuk menjawab kritik itu. Mereka juga harus bisa membangun persepsi bahwa Gibran bersaing secara adil tanpa adanya hak istimewa sebagai anak Presiden.