Ada tiga nama berpeluang menjadi bakal cawapres Prabowo, yakni Gibran Rakabuming, Erick Thohir, dan Yusril Ihza Mahendra.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·4 menit baca
Memasuki hari pertama pendaftaran calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres), Kamis (19/10/2023), bakal capres Prabowo Subianto beserta partai-partai politik pengusungnya belum juga menetapkan kandidat cawapres. Padahal, dua pasangan calon rivalnya, yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum. Silang pendapat di internal Koalisi Indonesia Maju masih terjadi karena setiap partai masih bersikukuh dengan calon masing-masing.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan, finalisasi bakal cawapres masih menunggu keberadaan ketua umum partai politik (parpol) anggota koalisi yang terdiri dari Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, dan Partai Garuda itu lengkap.
Saat ini Ketua Umum PAN yang juga menjabat Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, masih bertugas di luar negeri mendampingi Presiden Joko Widodo.
Sekembalinya Zulkifli ke Jakarta, tambah Andre, para ketua umum parpol anggota KIM akan langsung melaksanakan musyawarah untuk mufakat menentukan nama bakal cawapres. Kesepakatan yang dicapai juga akan segera diumumkan setelahnya. ”Cawapres Pak Prabowo akan diumumkan setelah Pak Zulhas (Zulkifli Hasan) pulang,” kata Andre dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Ketua Dewan Pakar PAN Dradjad Wibowo membenarkan, rapat antarketua umum itu memang telah direncanakan saat Zulkifli tiba. Kendati demikian, pihaknya tak ingin mengambil keputusan secara tergesa-gesa hanya karena dua pasangan bakal capres dan cawapres dari poros koalisi lain sudah mendaftar pada hari pertama. Menurut dia, masih ada waktu yang cukup hingga batas akhir pendaftaran, yakni 25 Oktober 2023, untuk mengambil keputusan terbaik.
Selama keputusan final belum ada, PAN masih konsisten mengusulkan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk mendampingi Prabowo.
Menurut Dradjad, saat ini kandidat yang dipertimbangkan pun telah mengerucut menjadi dua, yakni Erick Thohir dan Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah, Gibran Rakabuming Raka. Posisi putra sulung Presiden Joko Widodo itu menguat setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres dan cawapres.
”Kami mengusulkan Erick terus. Sampai janur kuning melengkung, kami akan tetap mengusulkan Erick,” kata Dradjad. Meski begitu, PAN tetap akan mendukung jika pada akhirnya Prabowo memilih Gibran.
Selain Erick dan Gibran, belakangan nama Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra juga mengemuka. Bahkan, Yusril juga telah menyiapkan seluruh berkas terkait dengan syarat pendaftaran sebagai cawapres Prabowo.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu PBB Solihin Pure mengklaim posisi Yusril sebagai kandidat yang dipertimbangkan menguat seiring dengan dipilihnya Mahfud MD sebagai cawapres pendamping Ganjar Pranowo yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Perindo, dan Partai Hanura. Sama dengan Mahfud, Yusril juga merupakan profesor hukum. Ia memprediksi akan terjadi pertarungan yang setara jika kedua tokoh itu sama-sama berkontestasi.
”Untuk melawan Ganjar-Mahfud, maka Pak Prabowo idealnya memilih Yusril sebagai cawapres,” katanya.
Sekretaris Jenderal PBB Afriansyah Noor menambahkan, hingga sat ini pihaknya masih berupaya untuk meyakinkan Prabowo untuk memilih Yusril. Jika Yusril tidak dipilih, PBB telah sepakat mendukung Gibran. ”Kami konsisten mendukung Pak Prabowo. Kami juga masih berusaha meyakinkan Pak Prabowo untuk memilih Yusril atau memilih Mas Gibran sebagai wakilnya kalau mau menang,” kata Afriansyah.
Menunggu Golkar
Menurut Dradjad, faktor penentu bakal cawapres Prabowo saat ini bisa lebih sederhana. Pertama, perhitungan elektabilitas jika dihadapkan dengan dua pasangan lain yang sudah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Selain itu, dukungan dari Partai Golkar sebagai parpol terbesar kedua di koalisi setelah Gerindra.
”Tinggal hitungan elektabilitas dan janur kuning melengkung. Yang punya warna kuning ini kita tunggu saja,” kata Dradjad.
Hingga saat ini Partai Golkar memang belum menyatakan arah dukungan terhadap sosok bakal cawapres. Sebelumnya, Golkar mengusulkan ketua umumnya yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, untuk mendampingi Prabowo. Namun, keputusan akhir akan ditentukan melalui rapat pimpinan nasional (rapimnas) yang akan diselenggarakan pada 22 Oktober 2023.
”Terkait cawapres, tentu forum rapimnas akan membahas nama-nama yang muncul. Kami akan mendengarkan pandangan daerah terkait nama cawapres yang akan dibahas dalam forum itu,” kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar Ace Hasan Syadzily dalam jumpa pers di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Kamis sore.
Terlepas dari itu, lanjut Ace, Golkar telah menyerahkan mandat kepada Airlangga Hartarto untuk melakukan komunikasi politik dengan parpol koalisi. Airlangga akan menyampaikan dinamika politik yang terjadi hingga saat ini di rapimnas sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan nama bakal cawapres yang didukung Golkar.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Gibran yang merupakan kader PDI-P akan berpindah ke Golkar. Ketua Dewan Pakar Golkar Agung Laksono pun sempat menyatakan bahwa pihaknya mempersilakan jika Gibran ingin masuk ke Golkar untuk menjadikan parpol tersebut sebagai kendaraan politiknya dalam berkontestasi di Pilpres 2024. Kesempatan Gibran menjadi cawapres pun bisa lebih kuat karena dirinya mendengar bahwa bakal calon pendamping Prabowo bakal diambil dari partai berlambang beringin tersebut.
Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati melihat penentuan bakal cawapres Prabowo memang tidak mudah. Sebagai tokoh yang sudah pernah berkontestasi di pemilihan presiden (pilpres), ia tentu akan memperhitungkannya secara matang untuk mengantisipasi kekalahan di tiga pilpres sebelumnya.
”Tentu mereka mempertimbangkan kompetensi dan kapabilitas cawapres yang diusung nanti diharapkan bisa berkontribusi besar terhadap upaya merengkuh kemenangan di 2024. Tidak sekadar faktor sumber daya sebagai motor tunggal, juga ada faktor-faktor lain yang dipertimbangkan betul-betul,” ujar Wasisto.
Ia pun mengingatkan agar Prabowo nantinya bisa mengambil keputusan yang mengakomodasi kepentingan tujuh parpol anggota KIM. Sebab, sosok cawapres yang tidak bisa memenuhi ekspektasi parpol-parpol itu bisa berdampak pada soliditas koalisi.
”(Soliditas koalisi) bergantung pada kapabilitas Prabowo Subianto dalam membuat keputusan yang win-win solution di internal koalisi,” kata Wasisto.