Tiga Kader PSI Gabung PAN, Langsung Maju di Pileg DPRD DKI
Pindahnya tiga kader PSI ke PAN diklaim PAN bukti bahwa PAN adalah partainya anak muda. PSI menilai pindahnya kader ke partai lain itu hal biasa. Sebelumnya ada Wakil Sekretaris Jenderal PAN Faldo Maldini ke PSI.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·3 menit baca
PAN menyebut bergabungnya kader PSI ke PAN kian menegaskan posisi PAN sebagai partai anak muda.
Melihat kadernya pindah partai, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menyebut itu fenomena biasa.
Pengamat menilai kader yang berpindah partai umumnya disebabkan kepentingan personal, friksi antarfaksi dalam partai, dan kesempatan karir politik. Bukan didasarkan ideologi.
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak tiga kader muda Partai Solidaritas Indonesia bergabung ke Partai Amanat Nasional. Perpindahan ketiganya karena komitmen PAN untuk memberi ruang bagi kaum muda berkarya di DPRD, pemerintahan, dan sektor publik. Kendati begitu, pemicu utama kader untuk pindah partai adalah kesempatan karier dan faktor personal.
Adapun tiga kader itu adalah Ketua Fraksi PSI di DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo (Ara); anggota DPRD DKI Jakarta, Idris Ahmad; dan politisi PSI, Jovin Kurniawan. Ketiganya akan ikut berkompetisi dalam Pemilu Legislatif 2024 untuk DPRD DKI Jakarta dari partai barunya, PAN. Secara berurutan, Ara mencalonkan diri di daerah pemilihan VII, Idris di dapil 7, dan Jovin dari dapil 10.
Menurut Idris, alasan kepindahannya adalah transformasi PAN menjadi partai yang memperhatikan anak muda. Tidak sekadar memberi ruang, tetapi juga memperjuangkan isu, hak, harapan, dan gagasan dari kaum muda. Hal itu juga sempat didiskusikannya bersama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
”Saya juga mengobrol dengan Pak Zulkifli Hasan dan Pak Erick Thohir. Melihat rekam jejak dua tokoh itu, anak muda tidak hanya sebagai etalase atau di depan, tetapi memberikan kesempatan untuk mengabdi di DPRD, pemerintahan, dan sektor publik lainnya,” ujarnya saat jumpa pers di kantor Dewan Pimpinan Pusat PAN, Jakarta, Selasa (12/9/2023).
Sementara itu, Jovin berpandangan, tubuh PAN menerapkan prinsip egaliter dan meritokrasi. Artinya, partai berlogo matahari itu tidak sekadar ”menjual” anak muda, tetapi juga melibatkan mereka dalam diskusi dan menempatkan sesuai kompetensi.
Ketua DPP PAN Zita Anjani menyambut baik tiga kader PSI yang baru bergabung. PAN selalu terbuka untuk menerima kader baru yang siap bekerja dan membawa semangat baru. ”Apalagi, tiga teman ini bukan orang baru dalam dunia politik,” katanya.
Bergabungnya eks kader PSI kian menegaskan posisi PAN sebagai partai anak muda. Jumlah kader muda yang semakin banyak juga menunjukkan banyak kaum muda nyaman berkarya dan berekspresi di PAN.
Sebagai informasi, Zita merupakan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Hubungan komunikasinya dengan Idris, Ara, dan Jovin juga telah dibangun saat menjadi anggota DPRD di provinsi yang sama. Bahkan, Zita dan Idris sama-sama berada di Komisi E DPRD DKI Jakarta.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN DKI Jakarta Eko Hendro Purnomo, bergabungnya mantan kader PSI kian menegaskan posisi PAN sebagai partai anak muda. Jumlah kader muda yang semakin banyak juga menunjukkan banyak kaum muda nyaman berkarya dan berekspresi di PAN.
Selain itu, Tsamara Amany Alatas, mantan kader PSI lainnya, turut hadir dalam pengukuhan kader baru PAN. Ia duduk bersebelahan dengan Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi. Kendati begitu, Tsamara hanya ikut untuk menemani tiga rekannya, ia tidak bergabung dengan PAN.
Melihat kadernya yang berpindah, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie, saat dikonfirmasi berpendapat, fenomena itu sebagai hal yang biasa. Hal ini seperti perpindahan mantan Wakil Sekretaris Jenderal PAN Faldo Maldini ke PSI.
”Dinamika biasa saja, ada yang datang dan pergi. Semoga di tempat baru mereka (tiga kader eks PSI) tetap bisa melayani masyarakat,” terangnya.
Kepentingan personal
Peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, menilai, fenomena kader yang berpindah partai umumnya disebabkan kepentingan personal, friksi antarfaksi dalam partai, dan kesempatan karier politik. Elemen ideologi cenderung tidak terlalu menjadi pertimbangan.
”Saya pikir faktor ideologi menjadi faktor yang kesekian. Dampak dari perpindahan kader ini tergantung pada kapasitas masing-masing. Kalau yang ini, saya kira tidak mendegradasi klaim PSI sebagai partai anak muda,” jelasnya.
Dalam partai politik, kata Wasisto, terdapat faksi-faksi. Ketidakseimbangan relasi antarfaksi akan berdampak pada karier politik kader karena berbeda ”gerbong”. Apabila hal itu terjadi, kader partai lebih baik memilih berpindah.
Selain itu, orientasi atau manuver parpol yang tak sesuai dengan kepentingan kader juga bisa menjadi dorongan perpindahan partai. Hal ini seperti arah dukungan suatu parpol terhadap bakal calon presiden tertentu dan kebijakan yang dirasa tidak pas.