Survei ”Kompas”: Pemilih PAN dan PDI-P Paling Loyal
Survei Litbang ”Kompas” pada Januari-Februari 2023 merekam, sedikitnya 50 persen pemilih PAN tetap memilih partai berlambang matahari itu pada pemilu mendatang.
Oleh
IQBAL BASYARI, DIAN DEWI PURNAMASARI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persentase pemilih tetap dari Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sekitar 50 persen sehingga menempatkan keduanya sebagai partai politik dengan pemilih paling loyal. Loyalitas pemilih PAN dan PDI-P unggul dibandingkan dua parpol lama, yakni Partai Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan, yang telah berkontestasi sejak Pemilu 1977.
Survei Kepemimpinan Nasional (SKN) Litbang Kompas yang berlangsung pada 25 Januari hingga 4 Februari 2023 merekam, PAN menempati persentase pemilih tetap tertinggi dibandingkan partai-partai politik lain dengan angka 50 persen. Adapun pemilih tidak tetap PAN sebanyak 20 persen dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 30 persen.
Partai dengan loyalitas pemilih tertinggi kedua adalah PDI-P. Sedikitnya 45,7 persen pemilih PDI-P menjawab sebagai pemilih tetap dari partai pemenang Pemilu 2014 dan 2019 tersebut. Sementara pemilih tidak tetap dari PDI-P sebanyak 26,4 persen dan yang tidak tahu sebanyak 27,9 persen.
Sementara dua parpol lain yang telah mengikuti pemilu sejak 1977, yakni Partai Golkar dan PPP, memiliki jumlah pemilih tetap yang lebih rendah daripada kedua parpol tersebut. Pemilih tetap dari PPP sebanyak 35,7 persen dan tidak tetap sebanyak 32,1 persen. Sementara pemilih tetap Golkar sebanyak 28,4 persen dan pemilih tidak tetapnya sebanyak 32,1 persen.
Jika diurutkan, persentase pemilih tetap paling banyak adalah PAN (50 persen), PDI-P (45,7 persen), PPP (35,7 persen), Partai Bulan Bintang (33,3 persen), Partai Nasdem (33 persen), dan Partai Keadilan Sejahtera (32,8 persen). Selanjutnya adalah Golkar (28,4 persen), Partai Kebangkitan Bangsa (27,4 persen), Demokrat (24,8 persen), Perindo (22,4 persen), Gelora (20 persen), dan Gerindra (19,8 persen).
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi, di Jakarta, Selasa (21/2/2023), mengatakan, tingginya loyalitas pemilih PAN disebabkan oleh tiga hal. Pertama, kader PAN di lembaga legislatif dan pengurus partai di daerah selalu merawat basis konstituen melalui proses komunikasi dan program-program yang dibutuhkan masyarakat. ”PAN selalu ada, tidak hanya saat pemilu saja. Dengan demikian, tidak ada jarak antara konstituen dan PAN,” ujarnya.
Kedua, manajemen partai yang modern, inklusif, partisipatif, dan kontributif sebagai faktor yang memengaruhi tingginya loyalitas dan menurunnya nilai volatilitas. Terakhir, pengurus dan kader PAN yang berpikir inklusif, rasional, dan peduli sehingga pemilih merasa nyaman dan aman di PAN.
PAN selalu ada, tidak hanya saat pemilu saja. Dengan demikian, tidak ada jarak antara konstituen dan PAN.
”Segmentasi pemilih PAN yang belum loyal adalah pemilih rasional yang merupakan swing voters, pemilih yang memiliki kesadaran politik, relatif mandiri secara ekonomi, dan independen. Biasanya mereka akan memilih PAN karena sudah merasa yakin bahwa PAN masih tetap menjadi pilihan politiknya karena dapat memperjuangkan aspirasi mereka,” tutur Viva.
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno menambahkan, pemilih-pemilih PAN adalah pemilih rasional sehingga ketika diberikan program-program, gagasan, ide-ide yang rasional, realistis, dan dirasakan langsung oleh masyarakat, pemilih bisa mencerna dan menerimanya. Oleh sebab itu, PAN selalu memberikan gagasan dan ide-ide yang solutif dan aplikatif.
Selain itu, PAN akan terus menguatkan politik gagasan yang sejak awal diusung agar semakin mengena di antara konstituen. PAN juga menggelorakan politik gagasan ini kepada konstituen baru yang diharapkan akan datang dari kalangan milenial yang dinilai kritis dan pemilih yang sangat rasional.
”Kami tujukan politik gagasan berbasis program dan ide kepada konstituen, karena kami tahu konstituen PAN sangat rasional sehingga tidak bisa diberikan sekadar janji-janji dan iming-iming yang jelas-jelas sulit direalisasikan,” ucap Eddy.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily optimistis Golkar akan terus mendapatkan segmen baru pemilih, terutama pemilih yang belum menentukan pilihan. Sebagai parpol yang memiliki tingkat popularitas tertinggi, lebih mudah bagi Golkar untuk mendapatkan elektabilitas yang lebih tinggi.
”Salah satu karakter pemilih kita antara lain masih tingginya swing voters yang belum menentukan pilihan. Para swing voters ini memilih berdasarkan atas preferensi tawaran program. Kami menawarkan program yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui penciptaan lapangan kerja dan mendorong pemberdayaan UMKM sebagai program utama,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Ace, Golkar telah memiliki strategi meraih suara pemilih, terutama pemilih pemula yang jumlahnya cukup besar. Golkar telah memastikan struktur organisasi sampai ke desa/kelurahan. Dari struktur paling bawah tersebut, Golkar membentuk kelompok kader berbasis pada tempat pemungutan suara (TPS) yang ditargetkan minimal 10 kader. Tugas mereka tidak hanya menjadi saksi di TPS, tetapi juga tim penggerak yang bertugas mengampanyekan Golkar.
Kedua, Golkar memilih calon anggota legislatif di setiap tingkatan mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota yang memiliki basis kekuatan massa mengakar. Dengan demikian, Golkar bisa memiliki kader yang teruji dan berpengalaman sehingga banyak pilihan untuk diterjunkan ke daerah-daerah pemilihan.
”Tentu kami juga menawarkan program-program yang dibutuhkan masyarakat. Program yang ditawarkan difokuskan pada pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” katanya.
Selain itu, kata Ace, Golkar terus melakukan rekrutmen kader, terutama generasi muda, untuk berpartisipasi aktif melalui Partai Golkar. Hingga saat ini, Golkar terus bergerak di daerah-daerah untuk melakukan rekrutmen kartu tanda anggota (KTA) Golkar. Pihaknya juga mengintensifkan penggunaan media sosial untuk terus membentuk citra yang positif tentang Golkar.
”Kami juga akan mengoptimalkan tokoh-tokoh publik yang telah bergabung dengan Golkar, seperti figur Kang Emil atau Ridwan Kamil, untuk menyosialisasikan Golkar. Di Jawa Timur, kami juga punya tokoh seperti Pakde Karwo, mantan Gubernur Jawa Timur, yang sudah bergabung dengan Partai Golkar,” tuturnya.
Peneliti di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Jati, mengungkapkan, faktor yang membuat pemilih menjadi konstituen tetap suatu parpol di antaranya daerah pemilihan di mana pemilih itu berada adalah daerah basis. Menurut dia, dapil berpengaruh mendasar pada loyalitas politik di mana pemilih tetap akan berusaha untuk menjaga dominasi suara mayoritas.
Pemilih tetap juga dipengaruhi oleh adanya perasaan keterwakilan dengan parpol atau kandidatnya. Selain itu, juga ada keterikatan emosional, yaitu pemaknaan parpol bukan sekadar entitas politik, melainkan juga identitas harga diri.
”Party ID biasanya menjadi faktor kedua setelah keterikatan identitas dan emosional politik. Karena sebagian besar karakter parpol di Indonesia itu partai massa, jadi faktor party ID itu belum begitu signifikan,” katanya.
Terkait dengan hasil survei Litbang Kompas yang menunjukkan jumlah pemilih tetap Partai Amanat Nasional adalah yang tertinggi, di angka 50 persen, Wasisto menjelaskan, hal itu kemungkinan dipengaruhi para kader kunci, terutama yang berlatar belakang selebritas, yang tidak berpindah ke parpol lain. Selain itu, posisi PAN sebagai partai tengah memungkinkan menjadi tempat bernaung (shelter) bagi para pemilih agamais ataupun nasionalis.
Adapun agar parpol juga bisa memperbesar sektor pemilihnya, cara yang bisa ditempuh antara lain menominasikan calon populer, memperbesar sektor dana sosial untuk kampanye, serta menjalin relasi dengan tokoh atau ormas yang secara informal mempunyai kedekatan dengan masyarakat.