Soal Dukungan Capres, PSI: Masih Tunggu Tanda-tanda dari Pak Jokowi
PSI masih mencermati perkembangan politik terkini dan masih menunggu arahan Presiden Joko Widodo dalam menentukan arah dukungan calon presiden.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Solidaritas Indonesia atau PSI menegaskan belum memutuskan dukungan kepada bakal calon presiden tertentu dalam Pemilihan Presiden 2024 meski sudah sempat mendeklarasikan dukungan mereka kepada bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ganjar Pranowo. Elite PSI mengaku arah dukungan PSI masih akan menunggu tanda-tanda dari Presiden Joko Widodo.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha saat merayakan Jokowisme di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Selasa (15/8/2023), mengatakan, partainya akan menggelar Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) dalam rangka konsolidasi nasional untuk pemenangan Pemilu 2024. Kopdarnas ini juga bertujuan untuk menerima masukan dari struktur PSI di tingkat dewan pimpinan wilayah (DPW) dan dewan pimpinan daerah (DPD) terkait hasil Rembuk Rakyat sebelumnya.
Giring mengatakan, Kopdarnas yang digelar pada 22 Agustus 2023 juga tidak menutup kemungkinan akan menghasilkan perubahan dukungan terhadap calon presiden. “Kita lihat nanti,” kata Giring.
Adapun, pada Rembuk Rakyat tahun 2022, nama Ganjar paling banyak diusulkan dalam Rembuk Rakyat yang digagas PSI. Rembuk Rakyat merupakan mekanisme demokrasi internal PSI untuk mencari sosok bakal capres penerus Jokowi. PSI kemudian mendeklarasikan Ganjar bersama Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid. Mereka dinilai sebagai pasangan terbaik karena memiliki visi kebangsaan dan kebinekaan yang sama diperjuangkan PSI (Kompas.id, 11/1/2023).
”Apakah melanjutkan Rembuk Rakyat atau membuat sebuah sistem yang baru atau yang lain. Makanya, pasti banyak kejutan nanti di Kopdarnas. Minggu depan persis dan hari ini kita merayakan Jokowisme sekaligus mau bilang tujuh hari lagi kita ada Kopdarnas,” ujar Giring.
Mengenai kemungkinan berpindah mendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden, PSI menyatakan tak mau terburu-buru meski Prabowo sudah menyampaikan rasa kecocokan antara dirinya dan PSI.
Pada awal Agustus 2023, jajaran Dewan Pimpinan Pusat Gerindra menyambut hangat kedatangan Prabowo di Kantor DPP PSI di Jakarta. PSI bahkan memberikan hadiah foto berbingkai yang memperlihatkan kedekatan Prabowo dengan Jokowi. Tulisan ”Indonesia Solid” menjadi latar foto saat Prabowo berpelukan dengan Jokowi. Pada bagian atas terdapat pula logo Partai Gerindra dan PSI.
Wakil Ketua Umum PSI Andy Budiman mengatakan, saat ini PSI masih menunggu tanda-tanda dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait arah dukungan capres. PSI enggan untuk terburu-buru menentukan dukungan capres.
”PSI belum mengambil keputusan akan mendukung siapa, kami masih menunggu tondo-tondo (tanda-tanda) dari Pak Jokowi. Tapi yang jelas, setiap kandidat yang akan kami dukung adalah orang yang akan melanjutkan Jokowisme,” ujarnya.
Andy menjelaskan, gerakan Jokowisme bertujuan untuk merawat nilai-nilai yang dibawa Jokowi. Jokowi sudah meletakkan dasar kemajuan pembangunan bagi Indonesia yang harus dilanjutkan pada periode pemerintahan berikutnya, yakni presiden yang baru.
”Jadi bagi PSI, Pak Jokowi itu bukan soal individu atau kita mengidolakan satu sosok, melainkan gagasannya, idenya, nilainya dari sosok Pak Jokowi,” ujarnya.
Peneliti Pusat Penelitian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Jati, berpandangan, sikap PSI ini berupaya untuk bisa diterima di mana pun, baik itu di kubu Ganjar maupun Prabowo. Namun, ia mengingatkan agar komunikasi internal perlu lebih intensif sehingga agenda partai dan suara para kadernya bisa satu barisan.
Misalnya, pengunduran diri Guntur Romli hanya berselang beberapa hari setelah pertemuan antara PSI dan Prabowo. Pertemuan PSI dan Prabowo dinilai sebagai bentuk ketidakkonsistenan PSI dengan sikap awalnya yang telah mendukung pencapresan Ganjar.
Menurut Wasisto, sejumlah kader yang keluar karena beranggapan ketidakkonsistenan PSI perlu disikapi dengan tegas para elite PSI. Jika dibiarkan, akan menggoyahkan soliditas partai dan menjadi sandungan bagi PSI. Komunikasi intensif diperlukan PSI untuk mempertahankan semangat awal dan visi besar untuk kepentingan partai dan semua kadernya.
”Hal yang membuat PSI bertahan salah satunya adalah kader yang memiliki kapasitas dan kualitas tersendiri. Sosok Presiden Jokowi yang digaungkan PSI itu tak hanya sebagai seorang figur, tetapi juga idealisme sehingga sosok presiden tersebut menjadi penting dalam menentukan arah dukungan PSI,” kata Wasisto.