Ragam Terobosan Parpol untuk Bersiap Hadapi Kampanye Pemilu
Alat peraga kampanye merupakan media bertarung antarpartai dalam pemilihan umum. Sejumlah terobosan dilahirkan partai untuk memenangkan kontestasi.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
Wajah dan nama para calon peserta Pemilihan Umum 2024 kian ramai terpampang di tepi jalan. Beberapa di antaranya bahkan bertumpukan satu sama lain. Di dunia maya pun, sosok-sosok calon peserta pemilu yang dipoles sedemikian rupa menyeruak untuk menyapa warganet, sekaligus untuk menarik simpati.
Permukaan mobil juga tak luput menjadi medium para calon peserta pemilu memperkenalkan diri. Wajah mereka tergambar di badan kendaraan. Karena harus berhadapan dengan fungsionalitas mobil, sebagian wajah mereka ada yang hilang saat kaca mobil diturunkan.
Di tahun politik, partai peserta pemilu kian gencar menyiapkan alat-alat peraga yang bisa digunakan pada masa kampanye. Hal itu juga yang diterapkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Mereka mencoba melahirkan terobosan baru dalam dunia kampanye.
”Terobosan baru ini lahir dari ide, ditransformasi menjadi imajinasi, kemudian diwujudkan melalui spirit. Ini yang dilakukan Ibu Megawati (Ketua Umum PDI-P). Waktu itu, Ibu membaca koran untuk mencari persoalan masyarakat,” ujar Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto dalam sambutan pembukaan Rapat Kerja Daerah PDI-P Provinsi Banten, di Serang, Banten, Minggu (10/9/2023).
Megawati kemudian juga menemukan bahwa layar tancap masih relevan bagi kalangan masyarakat daerah. Berangkat dari ide layar tancap itu, kemudian dalam konteks kekinian dan pertimbangan efektivitas, terwujud dalam konsep mobil bioskop keliling yang bisa dimanfaatkan untuk sosialisasi ide dan gagasan partai.
Mobil bioskop perjuangan milik PDI-P itu berbentuk truk kargo dengan warna bernuansa merah. Pada sisi kanan dan kirinya termuat wajah sejumlah tokoh, seperti Presiden ke-1 RI Soekarno, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, dan bakal calon presiden dari PDI-P, Ganjar Pranowo. Tak ketinggalan logo banteng serta nomor urut tiga.
Kader-kader yang akan bertarung dalam pemilu sudah dibekali ilmu dan strategi dari Golkar Institute. Mereka kini menerapkan ilmu itu untuk sosialisasi di masyarakat.
Pada bagian dalam mobil terdapat layar, pengeras suara, dan fasilitas pendukung lainnya. PDI-P akan memproduksi 38 mobil bioskop perjuangan yang akan dibagikan ke setiap provinsi. Adapun harga per unit Rp 1,2 miliar.
Meski begitu, mobil bioskop perjuangan baru akan diluncurkan ke publik pada Oktober 2023, bertepatan dengan momentum pendaftaran pasangan bakal calon presiden-wakil presiden. Mobil itu akan dimanfaatkan sebagai salah satu alat peraga kampanye dengan kemampuan berpindah yang tinggi.
Saat di luar kampanye, mobil itu juga bisa beroperasi untuk menyebarkan nilai-nilai dan laporan publik terkait kinerja partai. Pada intinya, mobil bioskop perjuangan merupakan alat yang serbaguna.
Di sisi lain, Partai Amanat Nasional masih akan melanjutkan euforia kesuksesan peluncuran lagu ”PAN…PAN…PAN…”. Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno berpandangan, lagu itu berperan besar dalam membangun persepsi positif publik terhadap PAN.
”Momentum baik ini akan ditindaklanjuti melalui berbagai sarana kampanye lainnya. Kombinasi alat peraga tradisional seperti spanduk dan baliho juga dilakukan dengan desain yang lebih muda serta cocok bagi kalangan milenial,” katanya.
Selain itu, PAN akan bergerak lebih giat melalui alat peraga kampanye digital, seperti televisi dan media sosial. Strateginya seperti digital marketing untuk memperkuat kepercayaan dan terus mengingatkan masyarakat tentang PAN.
Secara spesifik, nilai-nilai PAN yang nasionalis, religius, Islam moderat, dan beraliran tengah diharapkan bisa sampai ke masyarakat. ”Berbagai sarana yang kami manfaatkan semoga terus mengingatkan masyarakat terhadap PAN hingga Februari 2024,” kata Eddy.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Dave Laksono menyampaikan, kader-kader yang akan bertarung dalam pemilu sudah dibekali ilmu dan strategi dari Golkar Institute. Mereka kini menerapkan ilmu itu untuk sosialisasi di masyarakat.
Adapun sejumlah ilmu yang didapat kader diyakini mampu memacu mereka untuk berkreasi dalam proses sosialisasi dan kampanye. Saat ditanya lebih lanjut mengenai alat kampanye para kader dan terobosan terbaru, ia meminta untuk melihat saja pada waktunya nanti.
”Ya, kita lihat saja nanti. Kader-kader didorong untuk memanfaatkan media sosial dalam menyebarkan kegiatan di daerah pemilihan,” ujar Dave.
Menurut peneliti Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, metode tradisional dalam sosialisasi atau kampanye, seperti pemasangan baliho, spanduk, dan penempelan stiker di kendaraan, tak selamanya buruk bagi publik. Sebab, hal itu merupakan ungkapan ”permisi” dan permohonan restu dari para peserta pemilu.
Dengan pernah terlihat oleh publik, peserta pemilu akan lebih percaya diri dalam komunikasi ke masyarakat. Meski begitu, masih ada kelompok masyarakat yang menilai metode kampanye tradisional cenderung merusak pemandangan.
Selain itu, menggenjot kampanye digital melalui sosial media tak selamanya baik. Sebagian wilayah Indonesia, misalnya di perdesaan, tergolong masyarakat dengan tingkat sosial yang tinggi. Mereka lebih mudah diyakinkan dengan bertukar gagasan secara langsung.
Sementara metode kampanye digital lebih cocok dengan generasi muda dan masyarakat perkotaan yang hidup individualis. ”Jadi, para peserta pemilu perlu menerapkan segala strategi sosialisasi dan kampanye, tetapi tetap disesuaikan dengan segmentasi pemilih,” tutur Wasisto.