Prabowo-Yenny Bertemu, Bahas Hubungan Hati hingga Kesamaan Visi
Putri Gus Dur, Yenny Wahid, bersama ibundanya, Sinta Nuriyah, berkunjung ke kediaman Prabowo Subianto. Dinamika politik nasional menjadi salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan itu.
Oleh
HIDAYAT SALAM
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bakal calon presiden dari Partai GerindraPrabowo Subianto menerima kunjungan dari keluarga Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta, Rabu (6/9/2023). Pertemuan itu menegaskan keakraban dan persahabatan Prabowo dengan keluarga Gus Dur serta berkomitmen untuk meneruskan nilai-nilai yang dipegang Gus Dur.
Putri Gus Dur, Zannuba Ariffah Chafsoh yang disapa Yenny Wahid, tiba di kediaman Prabowo sekitar pukul 17.00. Satu jam berikutnya, istri Gus Dur, Nyonya Sinta Nuriyah, menyusul tiba di kediaman Prabowo.
Seusai pertemuan sekitar 1,5 jam, Prabowo menyampaikan terima kasih atas kedatangan Yenny bersama ibundanya. Menteri Pertahanan itu merasa mendapat kehormatan atas kehadiran Sinta Nuriyah yang tidak direncanakan sebelumnya.
Prabowo mengungkapkan, ia memiliki hubungan yang cukup dekat dan sudah terjalin lama dengan keluarga Gus Dur. ”Saya dapat kehormatan kunjungan Yenny Wahid, yang ternyata dadakan ibunya juga hadir. Saya cukup lama dekat dengan keluarga Gus Dur. Puluhan tahun,” ujarnya.
Menurut Prabowo, Gus Dur merupakan sosok ulama dan pemimpin yang menjaga toleransi dan kerukunan umat beragama, ras, dan kelompok etnis. Gus Dur, meski menjabat presiden dalam waktu pendek, berhasil menjalin komunikasi dengan semua pihak.
”Saya setiap pergi keluar negeri, maka beliau dikenal dunia dengan toleransinya. Beliau membangun semua pihak dan berani berkomunikasi dengan siapa pun dan ini menarik. Saya terkesan dan mencontoh sosok beliau,” ujar Prabowo.
Pada kesempatan yang sama, Yenny menegaskan, hubungannya dengan Prabowo tak hanya sekadar politik. Keluarga Gus Dur dan Prabowo sudah dekat sejak lama. Kakek Prabowo, Margono Djojohadikoesoemo. dan kakeknya, Wahid Hasyim, tinggal bertetangga di wilayah Matraman, Jakarta Pusat.
Tukar pikiran tentang masalah-masalah bangsa, negara, dan umat. Hari ini kita sepakat untuk terus komunikasi menghadapi dinamika kehidupan politik bangsa kita yang saya kira cukup dinamis.
Yenny juga mengaku bertemu suaminya saat berkampanye untuk Prabowo pada Pilpres 2019. ”Jadi, hubungannya ini hubungan hati, bukan hanya sekadar politik, tapi melampaui ajang politik lima tahunan,” ujarnya.
Punya kesamaan visi
Menurut Prabowo, sejumlah hal dibahas dalam pertemuan itu. Tak hanya persoalan bangsa, tetapi juga dinamika politik jelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Pertemuan ini sekaligus menegaskan untuk bersepakat membangun komunikasi yang intens di antara keduanya.
”Tukar pikiran tentang masalah-masalah bangsa, negara, dan umat. Hari ini kita sepakat untuk terus komunikasi menghadapi dinamika kehidupan politik bangsa kita yang saya kira cukup dinamis,” kata Prabowo.
Yenny menambahkan, Prabowo menjadi bakal capres prioritas yang akan mendapat dukungan dari Gusdurian. Figur Prabowo dinilai memiliki kesamaan visi serta punya kemampuan untuk melanjutkan program presiden-presiden sebelumnya. Oleh karena itu, Indonesia butuh sosok seperti Prabowo Subianto.
”Wajib bagi saya sebagai representasi dari kelompok Gus Dur untuk berkomunikasi intens dengan Pak Prabowo untuk mendengarkan kebijakan-kebijakan beliau dan kita memberikan aspirasi juga tentang bentuk negara ke depan harus seperti apa gitu kira-kira,” ujarnya.
Meski begitu, dukungan secara resmi belum diberikan. Sebab, Yenny akan terlebih dahulu menjalani pertimbangan spiritual dengan berziarah ke makam ayahnya.
”Secara rasional, berkomunikasi dengan Pak Prabowo ada visi yang sangat luar biasa pada beliau. Bagi kami, Pak Prabowo ini top list. Mungkin kita sudah bisa punya kesamaan-kesamaan, tinggal menapaki mekanisme spiritual dulu,” ujar Yenny.
Ketika ditanya peluang menjadi calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo, Yenny mengatakan, Prabowo butuh sosok pendamping yang mewakili kalangan muda. Namun, keputusan itu diserahkan kepada Prabowo untuk menentukan pendampingnya.
Sementara itu, Prabowo menjelaskan, penentuan cawapres masih akan dibahas dengan partai Koalisi Indonesia Maju yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Gelora, dan Partai Bulan Bintang. Walakin, Ia juga menilai ada banyak sosok anak muda yang bisa jadi cawapres dirinya.
”Jadi, saya katakan di mana-mana, adat kita, budaya kita adalah musyawarah. Jadi, saya sebetulnya dengan kawan-kawan dari tim saya, koalisi saya, saya akan terus musyawarah untuk memutuskan terbaik. Ya Erick muda, Gibran juga muda. Banyak yang muda. Ridwan Kamil oke,” ujar Prabowo.
Banyak dukungan
Secara terpisah, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo bertemu dengan sejumlah aktivis dan sukarelawan yang menyatakan dukungan terhadap Prabowo Subianto di Rumah Pemenangan Prabowo 08, Jakarta. Mereka seperti aktivis 98 yang juga mantan politisi PDI-P, Budiman Sudjatmiko, aktivis Forum Kota (Forkot) UIN dan Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta Husni Mubarok Amir, serta aktivis Forkot UKI Ketua PBHI 2011-2014 Poltak Agustinus Sinaga.
Menurut Hashim, saat ini banyak barisan aktivis yang mendukung Prabowo sebagai capres. Fenomena semacam ini mustahil terjadi pada beberapa tahun lalu, yakni pada Pilpres 2014 dan 2019.
Hashim memastikan bahwa berbagai tudingan terkait bergabungnya aktivis menjadi pendukung Prabowo karena uang tidaklah benar. Prabowo dan Gerindra tidak ada memberikan mahar apa pun kepada para aktivis yang bergabung menjadi pendukung Prabowo.
”Kalau saudara bertanya kepada saya apalah acara ini, bisa jadi saya katakan beberapa tahun lalu ini mustahil. Tapi, bagi saya sebagai orang beriman, saya melihat ini adalah tangan Tuhan karena setiap sukarelawan semua bersatu mendukung Prabowo,” kata Hashim.
Menurut Budiman, Indonesia butuh sosok kepemimpinan yang strategis, yang punya visi menyejahterakan rakyat Indonesia. Bukan sosok yang ingin terjun ke dunia politik karena kekuasaan. Oleh karena itu, sosok Prabowo dinilai dapat memajukan kesejahteraan Indonesia, salah satunya dengan cara mengembangkan badan usaha milik desa.