Pengaruh Elektoral Barisan Gus Dur Diperebutkan Jelang 2024
Putri sulung Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Zannuba Wahid, mengakui, pengaruh elektoral dari barisan Gus Dur selalu menjadi incaran semua kandidat dalam pemilihan presiden.
Oleh
IQBAL BASYARI, KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah partai politik dan bakal calon presiden terus mendekati keluarga Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur untuk mendapatkan pengaruh elektoral pada Pemilihan Presiden 2024. Pengaruh barisan Gus Dur terhadap pemilih dari kalangan nahdliyin dinilai cukup signifikan.
Pendekatan sejumlah bakal calon presiden kepada keluarga Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur salah satunya ditunjukkan oleh bakal capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Ganjar Pranowo. Ganjar berkunjung ke kediaman istri Gus Dur, Sinta Nuriyah, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Minggu (13/8/2023) malam. Turut hadir dalam pertemuan tersebut putri sulung Gus Dur, Yenny Zannuba Wahid, atau akrab disapa Yenny Wahid.
Selain Ganjar, Partai Nasdem juga diketahui meminta Yenny sebagai salah satu kandidat bakal calon wakil presiden mendampingi bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Rasyid Baswedan. Sebelumnya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendukung Yenny sebagai bakal cawapres berpasangan dengan Ganjar.
”Tadi malam (Minggu) saya silaturahmi ke Bu Sinta, (kemudian) Mbak Yenny menyampaikan kalau (saya) mau jalan beliau siap menemani. Saya bilang, oke, kita nanti jalan,” kata Ganjar seusai menyerahkan penghargaan kepada sejumlah aparatur sipil negara dan organisasi perangkat daerah Jateng di Banyumanik, Kota Semarang, Jateng, Senin (14/8/2023).
Ganjar mengaku, ia berterima kasih atas kesediaan Yenny untuk menemani dirinya saat berkunjung ke makam Gus Dur atau ke Jatim. Ganjar juga menyebut dirinya memiliki hubungan yang cukup dekat dengan keluarga Gus Dur. ”Saya berteman dengan Mbak Yenny sudah lama. Dengan suaminya (berteman sejak) lama, dengan keluarga Gus Dur (sudah kenal) lama,” kata Ganjar.
Namun, ketika ditanya lebih lanjut terkait kemungkinan Yenny menjadi bakal calon wakil presiden yang akan mendampinginya, Ganjar tidak merespons. Ia kemudian berlalu.
Ketika ditemui di kediamannya di Jakarta, Yenny menyatakan, pertemuan dengan Ganjar membahas masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan politik. Namun, dalam pertemuan itu, ia mengungkapkan bahwa Ganjar tidak memintanya menjadi bakal cawapres.
Ia mengakui, pengaruh elektoral dari barisan Gus Dur selalu menjadi incaran semua kandidat dalam pilpres. Oleh karena itu, semua bakal capres selalu mendatangi keluarganya di setiap pemilu. Tidak terkecuali Ganjar yang merupakan bakal capres pertama yang menemui keluarganya.
”Pasti semua kandidat ingin mengajak barisan Gus Dur untuk bergabung mendukung kandidasi mereka, termasuk juga Mas Ganjar pastinya walau secara eksplisit tidak dinyatakan dalam pertemuan kemarin,” kata Yenny.
Ia menuturkan, komunikasi dengan tiga bakal capres berlangsung baik. Sampai hari ini, ajakan untuk menjadi bakal cawapres masih dalam tahap negosiasi. Ia juga menegaskan tetap membuka diri dengan ketiga bakal capres yang saat ini mengemuka. ”Sebagai orang politik, saya siap menduduki jabatan publik, siap juga di luar pemerintahan. Yang penting tetap mengabdi untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya.
Menurut dia, kelompok Gusdurian ataupun kaum nahdliyin memiliki preferensi yang beragam. Namun, kultur warga nahdliyin cenderung mengambil rujukan dari sikap politik tokoh-tokoh. Ia juga tidak bisa memaksakan pilihan kepada warga nahdliyin, tetapi tetap berharap masih ada yang mengikuti pilihan politiknya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, Yenny yang merupakan putri Gus Dur memiliki magnet elektoral cukup signifikan. Meskipun namanya tidak terlalu memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi, kedekatan bakal capres dengan keluarga Gus Dur bisa memberikan dampak elektoral untuk pemenangan. Hanya saja, kata dia, peluang Yenny menjadi bakal cawapres relatif kecil.
”Yenny punya magnet elektoral untuk menarik pemilih NU, tetapi belum signifikan untuk menjadi bakal cawapres,” katanya.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengaku telah menyiapkan sejumlah srategi untuk memenangkan Ganjar di wilayahnya pada Pemilu 2024. ”Sudah menyiapkan strategi. Setiap minggu kami bikin acara terus (di Surakarta),” ucapnya.
Beberapa waktu terakhir, Gibran sering mengunggah foto terkait kegiatannya bersama Ganjar di Surakarta melalui akun media sosial pribadinya. Pada Minggu (13/8/2023) malam, misalnya, Gibran mengunggah foto kegiatan dirinya bersama Ganjar di Twitter saat keduanya menghadiri pemeran UMKM di Mangkunegaran, Sabtu (12/8/2023) malam.
Selain mengunggah foto bersama Ganjar, Gibran juga mengunggah foto dirinya dengan Menteri Pertahanan sekaligus bakal calon presiden dari Koalisi Indonesia Bersatu, Prabowo Subianto. Menurut Gibran, hal itu merupakan hal yang biasa. ”Saya kan juga upload foto dengan Pak Ganjar. Kenapa yang diributkan hanya satu orang?” tuturnya.
Gibran juga enggan berkomentar lebih jauh saat ditanya terkait peluangnya menjadi calon wakil presiden pada Pemilu 2024. Menurut dia, syarat minimal usia cawapres tidak bisa dipenuhi olehnya. ”Umurnya enggak cukup. Aturannya enggak bisa,” katanya.