Siapkan Konsolidasi Internal, Demokrat Segera Putuskan Langkah Politik
Pada Senin (4/9/2023), Demokrat akan mengadakan konsolidasi internal untuk menyerap aspirasi guna memutuskan langkah partai ke depan. Pengamat politik memandang, tampaknya sulit bagi Demokrat untuk membentuk poros baru.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·2 menit baca
Partai Demokrat fokus melakukan konsolidasi internal
Partai Demokrat akan menyerap aspirasi yang muncul sebagai dasar untuk memutuskan langkah partai ke depan
Pengamat politik menilai tidak mudah bagi Partai Demokrat untuk membentuk poros baru dengan partai lain atau poros keempat
JAKARTA, KOMPAS — Partai Demokrat segera melakukan konsolidasi internal untuk menentukan langkah ke depan. Langkah itu diambil pascapencabutan dukungan Demokrat terhadap bakal calon presiden Anies Rasyid Baswedan dan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Meski demikian, terbentuknya poros baru dinilai sulit terjadi.
Kepala Badan Komunikasi Strategis sekaligus Juru Bicara Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, pada Minggu (3/9/2023), menyampaikan, setelah Partai Demokrat resmi keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), kini Partai Demokrat fokus melakukan konsolidasi internal. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY akan mengadakan pertemuan mulai dari tingkat pusat sampai ke daerah untuk menyerap aspirasi masyarakat.
Setelah Partai Demokrat resmi keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), kini Partai Demokrat fokus melakukan konsolidasi internal.
”Karena itu, akan ada pertemuan-pertemuan. Pertama, pertemuan dengan pengurus di tingkat pusat, rencananya diadakan Senin besok, 4 September. Lalu akan disusul dengan commander call dengan para pimpinan Demokrat dari berbagai daerah dari seluruh pelosok Indonesia,” tutur Herzaky.
Dari pertemuan tersebut, lanjut Herzaky, Partai Demokrat akan menyerap aspirasi yang muncul sebagai dasar untuk memutuskan langkah partai ke depan. Herzaky memastikan, langkah yang akan diambil Partai Demokrat tidak akan jauh dari data, fakta, dan harapan rakyat.
Demokrat tetap menjunjung etika politik
Menurut Herzaky, pengalaman ditinggalkan bakal capres Anies merupakan pengalaman pahit yang menjadi pelajaran berharga bagi Partai Demokrat untuk melangkah ke depan. Herzaky pun memastikan Partai Demokrat tetap bersemangat dan menjunjung tinggi etika politik, memiliki prinsip dan standar moral yang tinggi.
”Bagi kami, ini pelajaran berharga, kami ambil hikmahnya saja. Bagaimanapun, ternyata tidak semua pihak punya keadaban yang baik,” ujar Herzaky.
Sebelumnya, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Alfian Mallarangeng, di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, mengatakan, posisi Partai Demokrat sudah bebas untuk membangun komunikasi dengan partai-partai lain. Ia pun memastikan Ketum Partai Demokrat akan segera berkomunikasi dengan partai-partai lain dalam rangka membangun koalisi.
Terkait komunikasi dengan partai lain yang sudah membuka kemungkinan berkoalisi dengan partai lain, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), menurut Andi, hal itu sangat mungkin dilakukan. Pertemuan antara Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani beberapa waktu lalu disebut sudah menjadi awal untuk berkomunikasi lebih lanjut.
Demikian pula komunikasi Partai Demokrat dengan Partai Gerindra juga tetap terbuka. Hal itu terlihat dari kunjungan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ke Pacitan beberapa waktu lalu dan bertemu dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
Ditanya tentang syarat yang diajukan Partai Demokrat ketika akan berkoalisi dengan partai lain, Andi memastikan tidak ada syarat selain membangun komunikasi dan kesepahaman. ”Yang pasti, Demokrat akan membangun komunikasi dengan partai-partai lain dalam waktu dekat,” ujar Andi.
Tidak mudah bagi Partai Demokrat untuk membentuk poros baru dengan partai lain atau poros keempat bersama Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Persatuan Pembangunan.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno berpandangan, meskipun Partai Demokrat keluar dari KPP, tidak mudah bagi Partai Demokrat untuk membentuk poros baru dengan partai lain atau poros keempat bersama Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hal ini mengingat PPP masih menjadi bagian dari koalisi bersama dengan PDI-P meskipun kadernya, Sandiaga Uno, tidak menjadi pendamping Ganjar Pranowo sebagai bakal calon wakil presiden.
Adi juga mengingatkan, PKS telah menyatakan tidak keluar dari barisan pendukung Anies meskipun bakal cawapres Anies adalah Muhaimin Iskandar. ”Itu artinya hanya tinggal Demokrat yang saat ini menjomblo dan tidak punya koalisi politik. Maka sulit membayangkan (terbentuknya poros baru),” tutur Adi.
Meski tetap ada kemungkinan terbentuknya poros baru yang menduetkan AHY dengan Sandiaga, Adi meyakini, Demokrat tidak terlalu tertarik karena elektabilitasnya tidak terlalu kompetitif jika dihadapkan dengan bakal capres lain, yakni Ganjar, Anies, dan Prabowo. Jika poros itu terbentuk, tampaknya sulit untuk bisa bersaing dan memenangi Pemilihan Presiden 2024. Berdasarkan hal itu, menurut Adi, pilihan yang bisa diambil Partai Demokrat adalah merapat ke salah satu koalisi yang ada, yakni ke PDI-P atau Partai Gerindra.