Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS berkumpul bersama bakal calon presiden mereka, Anies Baswedan. Sambil makan, mereka berdiskusi panjang lebar tentang situasi politik terkini.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·4 menit baca
Elite-elite dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan kembali berkumpul bersama. Pertemuan berlangsung secara tertutup selama hampir empat jam di Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (25/8/2023) malam. Di hadapan meja persegi panjang, pembahasan mereka memanjang dari bertukar kabar hingga proyeksi elektoral.
Tim Delapan, kelompok pemikir Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), hadir secara lengkap. Kelompok kecil itu terdiri dari Partai Nasdem, Demokrat, PKS, dan utusan Anies Baswedan, sang bakal calon presiden dari KPP.
Para personel tim kecil duduk berjejer pada bagian sisi panjang meja. Posisi duduk mereka terlihat acak karena tidak bersebelahan dengan kader sesama partai. Senyuman tampak merekah di bibir mereka saat berfoto bersama.
Sementara itu, bagian sisi pendek meja tampak diduduki oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Anies Baswedan. Dua tokoh itu duduk saling berhadapan tetapi terpisah oleh hamparan gelas, cangkir, dan piring.
Dialog panjang internal KPP berlangsung sambil makan. Hal itu terlihat dari foto yang beredar, terdapat kain putih menghiasi paha elite-elite partai tersebut. Benar saja, diskusi politik tak bisa fokus dalam kondisi lapar, apalagi dengan agenda pembahasan Pemilihan Umum 2024.
Setelah hampir empat jam berdiskusi, pada pukul 23.11 WIB, dua anggota Tim Delapan, yakni Sudirman Said dan Sugeng Suparwoto, mulai menuruni eskalator. Tak selang beberapa lama, Anies, Surya, dan anggota tim kecil lainnya juga melakukan hal yang sama.
Anies menyampaikan, diskusi berlangsung lama karena anggota tim saling menyampaikan perkembangan masing-masing. Baik Nasdem, Demokrat, maupun PKS progresnya dianggap menggembirakan.
”Jadi tadi diskusi adalah bagaimana kami mendorong gerakan ini lebih jauh agar ikhtiar perubahan semakin luas jangkauannya sehingga kian besar pula simpati dan dukungan dari masyarakat,” ujar Anies.
Selain informasi yang bersifat informatif, ada juga paparan analisis, evaluasi, dan proyeksi. Dalam konteks tersebut, salah satu pembahasan adalah hasil survei yang kerap menempatkan Anies di posisi ketiga setelah bakal capres lainnya, yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Hasil survei Litbang Kompas terbaru, misalnya, elektabilitas Anies terus bertahan di angka belasan persen, sedangkan Ganjar dan Prabowo bersaing ketat di puncak. Perolehan suara untuk Prabowo dalam skema head to head, dua calon berhadapan, juga menunjukkan Anies berada dalam posisi kalah.
Menurut Anies, survei internal KPP menunjukkan hal berbeda. Ia unggul. ”Bedanya jauh sekali. Tak usah kami disclose (angkanya). Kan masing-masing bikin (survei), saling cross-check dan biarkan sejarah yang menjawabnya,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan Surya Paloh. Ia mengaku, hasil-hasil survei juga masuk dalam pembahasan selama empat jam itu. Diskusi itu berlangsung menarik karena lembaga survei yang menempatkan Anies di posisi ketiga berbeda daripada apa yang dipahami oleh KPP.
Paloh menuding masih ada lembaga survei yang tidak tepat. Sementara itu, hasil survei internal KPP memberikan pencerahan dan optimisme bagi para pendukung Anies.
Tarik-menarik
Pertemuan yang berlangsung guyub dan akrab itu bukanlah tanpa gejolak. Sebab, Demokrat berulang kali mendesak agar KPP segera mengumumkan bakal cawapres pendamping Anies.
Desakan itu muncul dalam pandangan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief. Ia menilai salah satu penyebab penurunan elektabilitas Partai Demokrat adalah akibat ketidakpastian, yakni tak kunjung diumumkannya Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY sebagai bakal cawapres.
Dalam barisan Tim Delapan, juga ada Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya dan Iftitah Sulaiman Suryanegara. Di hadapan mereka, Surya Paloh menjelaskan bahwa tidak ada desakan dari Partai Demokrat.
”Kepada saya, tidak ada (desakan dari Demokrat agar AHY maju sebagai bakal cawapres). Kalau ke kawan-kawan yang lain, misalnya PKS, saya kurang paham,” katanya.
Saat ditanya lebih spesifik mengenai ”ultimatum” dari Partai Demokrat, Surya Paloh menyebut, ”Masa saya diultimatum? Tidak mungkinlah.” Dari balik kerumunan Tim Delapan terdengar seorang anggota mengatakan, ”Gimana Pak Sekjen (Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya).” Hal itu sontak disambut gelak tawa elite-elite KPP.
Saat tawa mereda, Surya Paloh melanjutkan, perbedaan pemahaman terkait bakal cawapres tidak hanya sekadar nama, tetapi juga waktu pengumuman. Waktu yang tepat untuk mengumumkan bakal cawapres butuh kesiapan yang optimal.
Bagi dia, tidak ada salahnya apabila menunggu bakal capres lainnya untuk mengumumkan bakal cawapresnya terlebih dahulu. Pada saat bersamaan, Anies dapat menentukan pendampingnya yang tepat.
Menurut Paloh, penentuan bakal cawapres Anies dinilai alot bukan karena penolakan Nasdem terhadap AHY. ”Bukan, itu pasti bukan. Saya enggak mungkin sampai berpikiran seperti itu,” tegasnya.
Setelah mayoritas anggota Tim Delapan, Anies, dan Paloh pulang, wartawan menemui Teuku Riefky Harsya. Ia menyebut masukan masyarakat, kepastian Anies maju, dan waktu pengumuman bakal cawapres turut menjadi pembahasan.
Desakan yang muncul dari Demokrat adalah untuk kebaikan dan pemenangan Anies. Hal itu juga diklaim tidak memicu keretakan di KPP. ”Insya Allah, insya Allah (tidak ada keretakan),” ujarnya.
Selanjutnya, Tim Delapan dan Anies akan menemui Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (25/8/2023). Agenda pertemuan dengan petinggi PKS juga tengah disusun.
Pertemuan dan perjamuan demi pencalonan Anies Baswedan masih akan terus berlangsung. Strategi koalisi juga ikut dievaluasi dalam menghadapi dinamika yang terjadi.