PAN juga terus menjalin komunikasi dengan PDI-P. PAN berharap agar Ganjar Pranowo, bakal capres PDI-P, dapat berpasangan dengan Erick Thohir, Menteri BUMN yang belakangan ini didukung PAN sebagai bakal cawapres.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Amanat Nasional atau PAN belum menetapkan pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden yang akan didukung pada Pemilihan Presiden 2024. Pengumuman resmi akan disampaikan dalam beberapa pekan ke depan. Sejauh ini, PAN berharap agar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir dapat berpasangan.
PAN tidak mau mengalami kekalahan untuk ketiga kalinya. Karena itu, calon yang akan didukung PAN adalah calon yang akan diprediksi dapat memenangi pilpres.
PAN juga terus menjalin komunikasi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sudah memutuskan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres untuk Pilpres 2024.
PAN meyakini Jika Ganjar dan Erick berpasangan, maka akan terbangun ikatan nasionalis, agamis, dan kemodernan.
Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi saat dihubungi di Jakarta, Kamis (6/7/2023), mengatakan, PAN saat ini belum menetapkan secara resmi pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sesuai dengan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PAN tahun 2020, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan diberikan mandat oleh partai untuk menentukan langkah strategis dalam penetapan pasangan calon tersebut.
”Nanti pada waktu yang tepat, Bang Zulkifli Hasan akan mengumumkan secara resmi. Ditunggu ya, pengumuman resmi dari Bang Zulkifli Hasan dalam beberapa pekan ke depan,” ujar Viva.
Bagi PAN, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Partai Gerindra dekat dengan PAN. PAN dan Gerindra juga pernah berkoalisi dua kali di Pilpres 2014 dan 2019, tetapi tidak berhasil.
Menurut Viva, ada beberapa pertimbangan PAN dalam menentukan kerja sama politik atau koalisi di Pilpres 2024. Pertama, PAN akan berkoalisi dengan partai pemerintah dalam rangka melanjutkan program pembangunan nasional saat ini.
PAN tidak mau mengalami kekalahan untuk ketiga kalinya. Karena itu, calon yang akan didukung PAN adalah calon yang akan diprediksi dapat memenangi pilpres.
Kedua, PAN tidak mau mengalami kekalahan untuk ketiga kalinya. Karena itu, calon yang akan didukung PAN adalah calon yang akan diprediksi dapat memenangi pilpres. ”Meskipun prediksi dari lembaga survei hasilnya bervariasi, PAN juga memotret realitas sosial tentang preferensi pemilih di pilpres sehingga dapat menganalisis lebih akurat lagi,” ujarnya.
Ketiga, PAN akan berdiskusi dengan Partai Golkar yang belum juga menetapkan secara resmi pasangan bakal capres-cawapres. PAN berkeinginan agar satu pilihan dan satu perjuangan dengan Golkar di Pilpres 2024 ini.
Di sisi lain, PAN tidak akan mencederai hubungan perkawanan dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebagaimana diketahui, PKB telah menjalin kerja sama politik dengan Gerindra. ”PAN yang membiru dan PKB yang menghijau adalah perpaduan kekuatan politik yang sinergis dan saling menguatkan untuk rancang bangun kebangsaan. Soal siapa yang akan dipilih oleh Pak Prabowo menjadi pendampingnya, ya, kami serahkan kepada keputusan Pak Prabowo,” ucap Viva.
Sementara itu, PAN juga terus menjalin komunikasi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang sudah memutuskan mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres untuk Pilpres 2024. Viva mengungkapkan, sewaktu PAN silaturahmi ke kantor PDI-P, awal Juni 2023 lalu, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri sempat mengatakan bahwa bakal cawapres dari Ganjar akan didiskusikan secara musyawarah dan gotong royong.
”Artinya bahwa semua partai politik yang melakukan kerja sama atau koalisi pendukung Mas Ganjar akan membicarakan secara kolektif,” ujar Viva.
Meskipun sampai saat ini PAN belum menetapkan pasangan bakal capres-cawapres yang didukung secara resmi, PAN berharap agar Ganjar dapat berpasangan dengan Erick Thohir. ”Dengan komposisi ini, akan terbangun pasangan ideal untuk dapat memenangkan Pilpres 2024,” kata Viva.
Viva meyakini, jika Ganjar dan Erick berpasangan, maka akan terbangun ikatan nasionalis, agamis, dan kemodernan. Ikatan ini sebagai perwujudan dari kondisi sosio-kultural masyarakat Indonesia yang majemuk dan beragam, serta religius.
Ia juga menyebut, pasangan ini memiliki visi, kapasitas, kompetensi, dan pengalaman sebagai seorang birokrat dan teknokrat. Dengan demikian, dalam bekerja nantinya, mereka tidak akan memulai semuanya dari nol pengalaman.
Viva meyakini, jika Ganjar dan Erick berpasangan, akan terbangun ikatan nasionalis, agamis, dan kemodernan.
Selain itu, ikatan kerja sama politik ini akan memperbesar basis konstituen yang telah memiliki preferensi pilihan terhadap figur di pilpres. Penggabungan basis sosial ini akan memberi peluang besar dalam menambah suara. ”Nanti akan kita ikuti bagaimana proses politik para calon presiden dalam mencari pasangannya. Karena saat ini semuanya belum ada yang berpasang-pasangan. Masih ada waktu karena pintu KPU (Komisi Pemilihan Umum) akan dibuka nanti 19 Oktober 2023,” ucap Viva.
Dalam kunjungan ke Menara Kompas, Rabu (5/7) kemarin, Erick menyampaikan, hubungan dirinya dengan PAN dan Zulkifli Hasan memang bukan sekedar hubungan politik, tetapi hubungan kekeluargaan yang sangat panjang. Secara khusus, Erick mengenal Zulkifli bukan sebagai ketua umum partai, tetapi keduanya berasal dari Lampung.
”Jadi, kami sudah kenal lama. Ketika PAN mendorong saya untuk menjadi salah satu cawapres, ya, saya harus apresiasi. Tetapi, PAN juga mengerti bahwa tidak mungkin komposisinya tercapai kalau tidak 20 persen,” ujar Erick.
Erick tak ingin berspekulasi akan ke arah mana PAN akan berlabuh. Menurut dia, di sisa waktu jelang Pilpres 2024, konstelasi politik sangat mungkin terus berubah, entah Golkar dan PAN akan bergabung ke PDI-P, atau bisa juga kedua partai tersebut akan merapat ke Gerindra.
Erick pun menyambut baik atas hasil sejumlah lembaga survei yang menempatkan dirinya sebagai bakal cawapres potensial. Menurut dia, hasil survei tersebut merupakan apresiasi publik atas kinerjanya selama ini sebagai Menteri BUMN dan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
”Yang namanya cawapres itu harus juga cocok dengan presidennya. Lalu harus ada 20 persen disetujui oleh elite partai dan itu, ya, saya terlalu dini, dan saya punya prinsip kalaupun menjadi bagian yang prioritaskan, apa pun itu rahasia Allah,” kata Erick.
Tak ada sekat
Yang terpenting, lanjut Erick, dirinya tidak ada sekat dengan tiga bakal capres yang muncul ke publik, baik Ganjar, Prabowo, maupun bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Rasyid Baswedan. Terhadap ketiga bakal capres tersebut, dirinya pernah menjalin kerja sama secara profesional.
Erick pun mengaku, sejauh ini Presiden Joko Widodo belum pernah menginstruksikan apa pun terkait dengan pencapresan nanti. Yang pasti, komunikasinya dengan Presiden Jokowi baru sebatas kerja profesional terkait BUMN dan PSSI.
Ketika ditanya apakah pergerakan PAN selama ini yang membawa namanya untuk berpasangan dengan Prabowo atau Ganjar merupakan instruksi Presiden Jokowi, menurut Erick, hal itu mungkin saja. ”Bisa juga mungkin. Silakan, ditanya ke Pak Zulkifli. Saya enggak tahu,” katanya.