Survei "Kompas": Ganjar Teratas, Prabowo dan Anies Masih Fluktuatif
Survei Litbang ”Kompas” pada Januari 2023 masih menempatkan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan sebagai sosok bakal calon presiden dengan elektabilitas teratas.

- Survei Kompas menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo 25,3 persen, diikuti Prabowo Subianto 18,1 persen dan Anies Baswedan 13,1 persen.
- Ganjar mengaku sejauh ini masih fokus menjalankan tugasnya sebagai gubernur untuk mengurus Jawa Tengah.
- Prabowo disebut akan fokus menjalankan tugas sebagai Menhan, sedangkan Anies akan terus menyapa masyarakat.
JAKARTA, KOMPAS — Setahun menjelang pemungutan suara Pemilihan Presiden 2024, tiga figur tetap konsisten berada di papan atas dari sisi elektabilitas. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meraih elektabilitas teratas, sedangkan elektabilitas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan masih relatif ketat.
Di tengah fenomena ini, ada sejumlah faktor yang bisa mengubah konstelasi elektabilitas, yakni kepastian tiket pencalonan, sosok calon wakil presiden yang digandeng, dan adu gagasan di antara bakal calon.
Hasil survei Litbang Kompas pada Januari 2023 menunjukkan, elektabilitas ketiga figur itu berfluktuasi. Ganjar masih berada di urutan pertama dengan elektabilitas 25,3 persen, diikuti Prabowo 18,1 persen, dan Anies 13,1 persen.
Elektabilitas Ganjar yang merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) cenderung naik dalam setahun terakhir yang terekam dalam survei periodik Kompas. Pada Januari 2022, elektabilitas Ganjar 20,5 persen, naik menjadi 22 persen pada survei Juni, dan kembali naik menjadi 23,2 persen pada survei Oktober 2022.
Sementara itu, Prabowo dan Anies mengalami fluktuasi elektabilitas dalam setahun terakhir. Prabowo sempat memiliki selisih elektabilitas cukup jauh dari Anies, kemudian mendekat, lalu sedikit menjauh.
Prabowo, yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra, mendapat elektabilitas 26,5 persen pada Januari 2022, turun pada Juni 2022 (25,3 persen), lalu menjadi 17,6 persen pada Oktober 2022. Adapun elektabilitas Anies mencapai 16,5 persen pada Oktober 2022 atau tertinggi dalam setahun terakhir. Sebelumnya, pada survei Januari 2022, elektabilitas Anies 14,2 persen dan 12,6 persen pada Juni 2022.
Rakyat cerdas
Saat dimintai tanggapan terkait tren peningkatan elektabilitas selama setahun terakhir, Ganjar enggan berkomentar banyak. Ia memilih fokus mengerjakan tugasnya sebagai kepala daerah. ”Saya konsentrasi urus inflasi, minyak goreng, dan beras dulu karena ini perlu perhatian,” ujarnya saat dihubungi, akhir pekan lalu.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang hadir untuk melantik Hevearita Gunaryanti Rahayu sebagai Wali Kota Semarang di Gedung Gradhika Bakti Praja, Kompleks Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kota Semarang, Senin (30/1/2023).
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, pada dasarnya PDI-P percaya rakyat sudah cerdas bahwa Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tidak segera memutuskan bakal capres untuk Pemilihan Presiden 2024. Hal itu disebabkan ada skala prioritas yang lebih penting, yakni membantu rakyat dalam mengatasi dampak pandemi dan krisis geopolitik global.
Hasto menilai kenaikan elektabilitas kader partainya ditempatkan sebagai buah kaderisasi kepemimpinan partai. Namun, terkait pemimpin nasional, keputusan diambil sebagai perpaduan kualitas pemimpin, rekam jejak, prestasi, keberanian mengambil risiko, kemampuan profesional, dan visi bagi masa depan.
”Survei hanyalah potret persepsi dalam kurun waktu tertentu sehingga bersifat dinamis dan tak bisa jadi patokan. Apakah elektoral itu akan menjadi pertimbangan? Ibu Megawati yang menimbang secara mendalam karena diberikan mandat dalam kongres untuk mengambil keputusan,” ucapnya.
Juru bicara Anies Baswedan, Hendri Satrio, menilai fluktuasi elektabilitas Anies merupakan hal yang wajar. Sebab, tren elektabilitas biasanya turun naik hingga ada penetapan calon presiden oleh Komisi Pemilihan Umum. ”Kalau kemudian saat ini (survei) Kompas memiliki angka fluktuatif, tidak masalah, toh, di survei internal kami menggambarkan hal yang justru lebih positif,” ujarnya.
Dalam sisa waktu setahun menjelang pemungutan suara, lanjutnya, Anies akan terus menyapa masyarakat dan mengomunikasikan keberhasilan-keberhasilan yang pernah dilakukannya sebagai Gubernur DKI Jakarta ataupun jabatan lain. Gagasan yang dibawa, antara lain, keadilan sosial, kesetaraan pembangunan, dan Indonesia yang lebih guyub agar masyarakat sejahtera.

Anies Baswedan dan Tim Kecil Koalisi Perubahan mengunjungi Agus Harimurti Yudhoyono di kantor DPP Partai Demokrat, di Jakarta, Kamis (2/2/2023) sore.
Ketua DPP Partai Nasdem Effendy Choirie mengatakan, penurunan elektabilitas Anies kemungkinan disebabkan mereka yang sejak awal anti terhadap Anies. Seakan-akan, kata Choirie, beribu kebaikan Anies tertutup hanya dengan satu hal. Namun, Nasdem tak mempersoalkan itu. Nasdem meyakini ke depan hati rakyat akan terketuk dengan melihat rekam jejak dan gagasan Anies untuk memberi perubahan bagi negeri ini.
”Mas Anies punya gagasan besar, sudah berkomitmen melanjutkan pemerintahan Presiden Jokowi, lalu mau apa lagi? Kan, ada kekhawatiran ibu kota negara baru tidak dilanjutkan. Mas Anies sudah beri statement akan melanjutkan karena itu sudah menjadi undang-undang,” kata Choirie.
Baca juga: Besok Surya Paloh Temui AHY, Demokrat Berharap Deklarasi Sebelum Ramadhan
Sementara itu, Ketua DPP Partai Gerindra Prasetyo Hadi mengapresiasi hasil survei Kompas yang telah menangkap peningkatan elektabilitas Prabowo. Menurut dia, peningkatan itu terjadi karena publik melihat kerja nyata Prabowo sebagai Menteri Pertahanan. Namun, lanjut Prasetyo, capaian itu tidak akan membuat Gerindra lengah.
Prabowo, katanya, akan terus fokus dengan tugas yang diberikan Presiden. Begitu pula, secara simultan, kader Gerindra akan terus turun ke rakyat. Menurut Prasetyo, untuk menjadi seorang pemimpin tidak cukup hanya mengandalkan popularitas. Pemimpin harus mampu menunjukkan kerja nyata dan memahami masalah yang akan dibenahi ke depan.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa para kader yang hadir secara daring di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Senin (6/2/2023). Partai Gerindra merayakan hari ulang tahun ke-15 dengan mengumpulkan para kader di seluruh Indonesia secara luring dan daring.
Faktor pengubah
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, bertahannya tiga figur teratas dalam survei setahun terakhir tidak lepas dari framing besar Pemilu 2024 merupakan kelanjutan dari pertarungan pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Akhirnya yang mendapat elektabilitas tinggi mengerucut pada sosok yang dianggap paling memiliki kesamaan dengan Jokowi serta dianggap punya visi, misi, dan fokus pada keberlanjutan. Di sisi lain, ada kecenderungan mencari antitesis Jokowi yang berbicara perubahan.
”Karena terbentuknya framing itulah sosok Ganjar dan Anies selalu masuk tiga besar. Sementara kemunculan Prabowo sebagai calon kuat lebih disebabkan investasi elektoral dalam dua pemilu,” ujarnya.
Menurut dia, variabel yang bisa mengubah konstelasi elektabilitas, antara lain, adu politik gagasan yang didasarkan pada visi dan misi. Dengan demikian, pemilih Ganjar bisa mengetahui pandangan Anies ataupun Prabowo tentang gagasannya dalam memimpin negeri. Jika pertarungan gagasan mulai dimunculkan para figur, pemilih mendapatkan preferensi lain dalam menentukan pilihannya.
Jika adu gagasan terjadi, lanjutnya, pemilih bisa menguji rekam jejak para kandidat. Pendukung akan saling melontarkan kampanye negatif sehingga bisa membuka rekam jejak ketika menjabat, kehidupan sosial, dan kampanye pemilu sebelumnya.

Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya
Di sisi lain, menurut Yunarto, kepastian Ganjar untuk maju di Pilpres 2024 bisa menjadi variabel penting untuk mengubah kontestasi. Sebab, sampai saat ini hanya Ganjar yang belum menyatakan akan maju dan memiliki kendaraan meskipun PDI-P bisa mengajukan tanpa perlu koalisi. Sebab, Ganjar merupakan kader partai pemenang pemilu dan memiliki elektabilitas tertinggi.
”Figur cawapres ikut menjadi variabel yang sangat menentukan karena setiap figur capres membutuhkan wakil yang komplementer, yang bisa menutupi kelemahan di daerah-daerah tertentu,” tuturnya.