Presiden Meninggalkan Surakarta, Elite PDI-P Berkumpul di Batutulis
Dengan mengenakan kaus merah, Presiden Jokowi meninggalkan Surakarta di tengah momen berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Lebaran. Diduga Presiden akan bergabung di Batutulis bersama elite PDI-P menetapkan capres.
JAKARTA, KOMPAS – Presiden Joko Widodo dikabarkan meninggalkan Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (21/4/2023), di tengah kesempatan berkumpul bersama dengan keluarga untuk merayakan Lebaran. Sementara itu, sejumlah elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan berkumpul di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat.
Belum diketahui secara pasti tujuan Presiden meninggalkan Surakarta. Namun, sejak Kamis malam, sejumlah wartawan memperoleh informasi bahwa Presiden akan bertolak dari Surakarta ke Jakarta pada Jumat.
Berdasarkan pantauan Kompas, Jumat, di Surakarta, rombongan mobil patroli dan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) berbaris di depan kediaman pribadi Presiden sejak pukul 09.00. Petugas keamanan berpakaian bebas beserta awak media turut memantau pergerakan Presiden dari seberang gang. Mereka bergegas berdiri dan mengeluarkan ponsel serta kamera masing-masing.
Pada pukul 09.55, tampak Presiden keluar dari kediamannya dikawal pasukan berbadan tegap. Ia mengenakan kaus merah berlengan panjang. Ia langsung memasuki sedan bernomor polisi B 1197 RFS.
Tak berselang lama, Presiden beserta rombongan pengawalnya bergegas berangkat. Berdasarkan informasi yang diperoleh Kompas, Presiden menuju Pangkalan TNI AU Adi Soemarmo, Boyolali, Jateng, untuk menumpangi pesawat menuju Jakarta.
Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Bey Machmudin membenarkan soal keberangkatan Presiden Joko Widodo yang mendadak ke Jakarta. ”Betul, Presiden ke Jakarta untuk agenda internal. Sore nanti akan kembali ke Solo (Surakarta) untuk shalat Idul Fitri dan berlebaran dengan keluarga pada esok hari,” ucapnya.
Sementara itu, berdasarkan informasi dari kalangan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), saat ini sejumlah elite PDI-P berkumpul di Istana Batutulis, Bogor. Beberapa elite yang dikabarkan berada di Istana Batutulis adalah Pramono Anung yang juga menjabat Sekretaris Kabinet serta Bendahara Umum PDI-P Olly Dondokambey yang juga menjabat Gubernur Sulawesi Utara.
Dari pantauan Kompas, tampak ada pertemuan di Istana Batutulis atau Rumah Batutulis Hing Puri Bima Sakti. Mobil-mobil mulai masuk ke area istana itu. Beberapa petugas keamanan berseragam hitam tampak membukakan gerbang untuk mobil yang masuk. Setelah melalui gerbang, petugas mengecek seisi mobil.
Sementara itu, di seberangnya penuh dengan deretan mobil yang diparkir. Polisi patroli mulai tampak di sepanjang Jalan Batutulis, Bogor. Wartawan-wartawan juga sudah menunggu di seberang Rumah Batutulis.
Pergerakan Presiden dan sejumlah elite PDI-P ini diduga terkait dengan keputusan pencalonan presiden untuk Pilpres 2024. Bahkan, di kalangan wartawan berkembangan informasi bahwa PDI-P akan mengumumkan bakal capres-nya pada Jumat Pahing yang bertepatan dengan Jumat ini.
Menanggapi isu penetapan capres dari PDI-P itu, Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto, lewat siaran pers, menegaskan agar seluruh anggota dan kader partai dapat menyikapi dengan bijak terhadap berbagai isu capres dan calon wakil presiden (cawapres) sebagai bagian dari dinamika politik nasional.
Semua kader partai harus menyiapkan diri, baik secara ideologis maupun secara struktural. Sebab, setiap saat Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri bisa menemukan momentum yang tepat untuk mengumumkan calon definitif yang akan diusung oleh partai. ”Kami tegaskan kembali bahwa keputusan capres PDI Perjuangan akan diumumkan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri pada momentum yang tepat,” ucapnya.
Menurut Hasto, momentum yang tepat itu bisa kapan saja. Keputusan akan diambil setelah diiringi dengan berbagai pertimbangan. Baik itu pertimbangan terhadap dinamika dunia maupun nasional (world view, national view, dan society view), sudah mempertimbangkan berbagai kriteria kepemimpinan diikuti dengan refleksi dan doa, berkomunikasi transendental dengan Yang Mahakuasa.
Hasto pun menegaskan, DPP PDI-P melihat banyak momentum historis dan ideologis yang sangat penting bagi masa depan di waktu-waktu ke depan ini. ”Di bulan Mei, misalnya. Pada 20 Mei, misalnya, tidak hanya ditetapkan oleh Bung Karno sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pada 20 Mei 1965, Bung Karno mendirikan Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional). Lembaga strategis tersebut berfungsi untuk menjadi kawah candradimuka para pemimpin,” tuturnya.