Kurang dari delapan bulan lagi pencalonan presiden dan wakil presiden digelar, Presiden Jokowi dan Megawati kembali bertemu. Dalam kesempatan itu disebutkan, Jokowi mempromosikan sayur lodeh kepada Megawati.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·5 menit baca
DOKUMENTASI ADC PRESIDEN
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (18/3/2023). Setelah dua jam mengadakan pertemuan khusus, Megawati dan Jokowi makan bersama dengan menu sayur lodeh, didampingi Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat PDI-P Hasto Kristiyanto (kanan) dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah pada Oktober 2022 bertemu di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat, kini Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (18/3/2023). Hal penting terkait pelaksanaan Pemilu 2024 dibahas dalam pertemuan tersebut. Erat dengan simbol tertentu, dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi mempromosikan sayur lodeh kepada Megawati.
Istana Batutulis dan sayur lodeh kerap hadir di sejumlah momen kala PDI-P menyiapkan calon presiden (capres) yang akan diusung.
Hasto menekankan bahwa dalam pertemuan tersebut juga dibahas berbagai hal penting terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2024.
Sayur lodeh merupakan simbol positif di hadapan Megawati, konstituen PDI-P, dan masyarakat bahwa hubungan Jokowi-Megawati baik-baik saja.
Istana Batutulis dan sayur lodeh kerap hadir di sejumlah momen kala Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) menyiapkan calon presiden (capres) yang akan diusung dalam pemilihan umum (pemilu). Hasto yang kembali dihubungi lewat aplikasi percakapan pun membenarkan bahwa ada sesuatu di balik hadirnya sayur lodeh dalam pertemuan kali ini sebagai simbol.
”Sayur lodeh itu, kan, simbolisasi keselamatan dalam menghadapi berbagai tantangan,” ujar Hasto.
Lewat keterangan tertulis, Hasto menyampaikan, Megawati sebagai Ketua Umum PDI-P secara periodik bertemu dengan Presiden Jokowi. ”Setelah sebelumnya bertemu di Istana Batutulis, Bogor, kali ini pertemuan diadakan di Istana Merdeka, Jakarta. Pertemuan kedua pemimpin membahas berbagai persoalan bangsa, termasuk membangun kesepahaman terhadap arah masa depan serta berbagai agenda strategis terkait kebijakan luar negeri menghadapi berbagai tantangan geopolitik, mendorong penguasaan ilmu pengetahuan, riset dan inovasi, termasuk mewujudkan kedaulatan pangan, sebagai jalan Indonesia berdikari,” ucapnya.
Hasto mengungkapkan, dalam pertemuan yang akrab dan berlangsung tiga jam itu, Megawati dan Presiden Jokowi mengadakan pertemuan khusus terlebih dahulu pada dua jam pertama di tempat yang penuh memori Megawati ketika bersama ayahnya, Presiden RI Soekarno, tinggal di Istana. Megawati juga menunjukkan berbagai hal yang bersifat untold storykepada Presiden Jokowi.
”Sekaligus, (Megawati) menyampaikan bagaimana ide, pemikiran, gagasan, dan cita-cita Bung Karno bagi Indonesia dan dunia,” ujar Hasto.
Kurang dari delapan bulan lagi pencalonan presiden dan wakil presiden, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (18/3/2023).
Kegemaran Bung Karno
Pada akhir pertemuan, lanjutnya, diadakan makan bersama antara Megawati dan Presiden Jokowi. Dalam kesempatan itu, ia dan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung ikut bergabung. Saat itu, menurut Hasto, Presiden Jokowi mempromosikan sayur lodeh kepada Megawati.
”Bapak Presiden Jokowi mempromosikan sayur lodeh sebagaimana menjadi kegemaran Bung Karno, nasi goreng seafood, sop ayam kampung, dan tentu saja kerupuk khas Solo,” katanya.
Hasto pun menekankan bahwa dalam pertemuan tersebut juga dibahas berbagai hal penting terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2024.
Sebelumnya, pada 2014, Jokowi yang masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta diminta datang makan malam bersama Megawati di Istana Batutulis. Momen pada 2014 itu menjadi awal pengambilan keputusan politik Megawati mengusung Jokowi sebagai capres di Pilpres 2014.
Pada 2017, momen serupa kembali terjadi di tengah periode pertama kepemimpinan Jokowi sebagai presiden. Megawati mengundang Jokowi ke Istana Batutulis, menyantap sayur lodeh kesukaan Bung Karno yang dimasak sendiri oleh Megawati. Empat bulan setelahnya, Februari 2018, di tempat yang sama, Megawati kembali bertemu empat mata dengan Jokowi. Pertemuan itu menjadi penentu akhir sebelum Jokowi dideklarasikan secara mendadak sebagai capres di Pilpres 2019 (Kompas, 13/10/2022).
Pertemuan serupa di antara Presiden Jokowi dan Megawati di Istana Batutulis kembali terjadi pada Oktober 2022 lalu, tepat setahun sebelum pendaftaran capres pada Oktober mendatang.
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meninjau panen raya padi dan berdialog dengan petani di Desa Lajer, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Sebelumnya, isu soal capres yang diduga didukung Presiden Jokowi menghangat setelah Presiden Jokowi tampil bersama dengan figur capres potensial, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dalam panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah.
Sejumlah kalangan pun menilai pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati kali ini di Batutulis tak lepas dari dinamika pengusungan capres. Tak hanya tampil bersamanya Presiden Jokowi dengan Prabowo dan Ganjar, tetapi juga mengingat koalisi antara partai politik yang kian cair dalam mengusung capres dan cawapres.
Dimaknai satu suara
Sejumlah kalangan menilai pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati di Batutulis kali ini tak lepas dari dinamika pengusungan capres. Seperti disampaikan Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati kali ini membantah anggapan bahwa ada perbedaan antara capres yang diinginkan Megawati dan capres sesuai keinginan Jokowi. ”Minimal, pertemuan seperti ini memperlihatkan calon yang akan dicalonkan PDI-P adalah calon yang juga direstui oleh Pak Jokowi,” ujarnya.
Hal lain, kata Yunarto, dalam pertemuan itu ada simbol-simbol menarik, salah satunya sayur lodeh yang menjadi jamuan Jokowi untuk Megawati. Meski bukan hal yang mudah mengetahui apa isi pembicaraan di antara dua tokoh itu, pertemuan itu memiliki makna besar, terutama bagi Megawati.
Sebab, sering diungkapkan, sayur lodeh merupakan menu kegemaran Bung Karno.
Menurut Yunarto, Jokowi sangat memahami simbol. Karena itu, ketika Sabtu ini Megawati diundang ke Istana Negara dan disuguhi sayur lodeh, ini merupakan simbol positif di hadapan Megawati, konstituen PDI-P, dan masyarakat bahwa hubungan mereka baik-baik saja.
”Dan ini bisa disimpulkan, mereka akan satu suara untuk Pemilu 2024, termasuk pencapresan,” katanya.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya
Bahkan, lanjut Yunarto, pertemuan dengan simbol sayur lodeh ini juga bisa menunjukkan kesepakatan membangun koalisi lebih besar. Sebab, walaupun PDI-P bisa mencalonkan kadernya sendiri sebagai capres tanpa koalisi, berkali-kali Sekjen PDI-P menyebutkan bahwa partainya tetap membutuhkan partai-partai lain.
Sementara itu, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes memandang, pertemuan Presiden Jokowi dan Megawati tak lepas dari beberapa kondisi yang berpengaruh terhadap Pemilu 2024. Hal itu di antaranya putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menghukum KPU untuk tidak melaksanakan sisa tahapan Pemilu 2024 sejak putusan diucapkan pada 2 Maret 2023. Sementara itu, manuver-manuver politik juga mulai terbentuk.
Lewat pertemuan itu, lanjut Arya, juga ingin ditunjukkan bahwa Presiden Jokowi dan Megawati tengah mencari alternatif-alternatif, kesamaan-kesamaan, atau mencari titik temu terkait pencapresan, program kebijakan pasca-pemerintahan Presiden Jokowi, dan isu-isu strategis yang lain.
”Jadi, kedua tokoh saling membutuhkan. Ibu Megawati membutuhkan Pak Jokowi, paling tidak untuk kebutuhan 2024, dan Pak Jokowi juga membutuhkan Ibu Megawati karena PDI-P punya tiket. Jadi, keduanya menyadari sebenarnya keduanya saling membutuhkan. Dan mereka sedang mencari alternatif-alternatif, kemungkinan-kemungkinan terkait siapa kandidat, bagaimana pola koalisi, serta program ke depan akan seperti apa,” ucap Arya.