Wakil Presiden Ma’ruf Amin memantau penanganan tengkes di Kabupaten Demak. Inovasi-inovasi dilakukan untuk mempercepat penurunan tengkes. Mulai dari gerakan masyarakta hingga peningkatan dan percepatan infrastruktur.
Oleh
NINA SUSILO, HERU SRI KUMORO
·3 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Wakil Presiden Ma’ruf Amin memuji penanganan tengkes atau kekerdilan akibat kurang gizi kronis di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Inovasi-inovasi terus dilakukan untuk menurunkan angka tengkes dan memberdayakan masyarakat mengatasinya. Inovasi tersebut, di antaranya, peningkatan kebersihan dan keindahan wilayah; peningkatan kualitas dan aksebilitas pelayanan kesehatan; serta percepatan pembangunan infrastruktur; dan berbagai gerakan masyarakat.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin meninjau pencegahan dan penanganan tengkes (stunting) di Puskesmas Mranggen III, Batursari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (4/4/2023). Tak hanya itu, Wapres yang didampingi Nyonya Wury juga menyambangi Kantor Desa Kangkung, Kecamatan Mranggen.
Hadir dalam peninjauan ini, antara lain, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Bupati Demak Eisti'anah.
Di Puskesmas Mranggen, Wapres melihat pemeriksaan anak-anak balita, mulai dari pengukuran berat dan tinggi badan hingga pemberian vaksin. Wapres juga sempat berinteraksi dengan ibu-ibu yang sedang memeriksakan anak-anaknya, petugas Ppuskesmas, serta Bupati Demak.
Kepala Puskesmas Mranggen III dr Haerudin menjelaskan kegiatan posyandu dan penanganan stunting di wilayah Puskesmas Mranggen III. Kegiatan Posyandu mencakup pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pemeriksaan (skrining) dan pencatatan. Selain itu, dilakukan pula penyuluhan konseling dan rujukan, serta validasi dan sinkronisasi data hasil pelayanan.
Wapres melihat pemeriksaan anak-anak balita mulai pengukuran berat dan tinggi badan hingga pemberian vaksin. Wapres juga sempat berinteraksi dengan ibu-ibu yang sedang memeriksakan anak-anaknya, petugas puskesmas, serta Bupati Demak.
Dengan kegiatan tersebut, menurut Haeurudin, penurunan stunting di wilayahnya tinggal 0,9 persen, kurang dari 1 persen. Dengan demikian, angka tengkes di wilayah Mranggen 14,9 persen.
Adapun angka tengkes di Kabupaten Demak, menurut Eisti’anah, saat ini 16,2 persen. Angka ini adalah nomor dua terkecil se-Jawa Tengah. Wapres Amin pun memuji. Dengan capaian ini, target 14 persen sudah hampir tercapai. ”Bagus, jadi kalau 16 (persen), 14 (persen sudah (hampir) tercapai berarti 'kan?” ujarnya.
Bagus, jadi kalau 16 (persen), 14 (persen sudah (hampir) tercapai berarti ’kan?
Rekapitulasi data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat di Kabupaten Demak tahun 2022 terdapat 396 (2,05 persen) bayi baru lahir suspect stunting. Adapun sisanya 97,95 persen atau 18.920 bayi baru lahir tidak suspect stunting.
Pemerintah Demak, menurut Eisti’anah, menyinergikan beberapa program untuk mempercepat penurunan angka tengkes. Beberapa program itu adalah peningkatan kebersihan dan keindahan wilayah; peningkatan kualitas dan aksebilitas pelayanan kesehatan; serta percepatan pembangunan infrastruktur.
Di daerah, inovasi-inovasi juga bermunculan dengan nama Rumah Gizi Balita, Rumah Gizi Ibu Hamil, Bawang Kating (Bahaya, Waspada, dan Penanganan Stunting Oleh Kader), Gema Cerdas Permata Mola (Gerakan Bersama Cegah Kurang Gizi dan Sunting), Laskar Banting (Laskar Berantas Stunting), Gardu Cantik (Gerakan Terpadu Cegah Kematian Ibu dan Anak), Posyandu Remaja, Griya Gizi Permata Bunda, dan lainnya.
Pemberdayaan
Dari puskesmas, Wapres melanjutkan kunjungan ke Kantor Desa Kangkung. Baik di puskesmas maupun di Kantor Desa Kangkung, Wapres Amin secara simbolis menyerahkan bantuan dari Kementerian Sosial maupun dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Wapres Amin secara simbolis menyerahkan bantuan dari Kementerian Sosial maupun dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Desa Kangkung adalah salah satu dari lima desa di Kecamatan Mranggen yang termasuk wilayah prioritas penurunan kemiskinan ekstrem. Adapun empat desa lainnya adalah Wringinjajar, Tegalarum, Banyumeneng, dan Sumberejo.
Menurut Camat Mranggen Wiwin Edi Widodo, di Desa Kangkung terdapat 8.271 jiwa dengan 2.676 keluarga. Sebanyak 258 keluarga di Desa Kangkung termasuk keluarga miskin. Mayoritas mata pencarian penduduk di desa ini adalah berwiraswasta.
Dari jumlah keluarga miskin tersebut, sebanyak 80 keluarga dan 342 anggota rumah tangga masuk dalam Program Keluarga Harapan. Intervensi lainnya dengan program pembangunan rumah tidak layak huni di 210 keluarga, jamban sehat, bansos sembako.
Setiap tahun, kata Wiwin, warga Desa Kangkung juga mendapatkan Bantuan Langsung Tunai yang dananya diambil dari dana desa. Tahun 2022, sebanyak 140 kepala rumah tangga (KRT) menerima BLT, sedangkan tahun ini 43 KRT.
Wapres Amin berharap ada program pemberdayaan supaya warga tak menjadi penerima bantuan secara terus-menerus. Wiwin pun menyebutkan beberapa pemberdayaan mulai pelatihan berjualan secara daring, kursus menjahit dan bengkel, pembuatan sabun cuci dari minyak jelantah, membuat makanan ringan dan daur ulang sampah, sampai membuat badan usaha bersama Kuncoro Makmur. Badan usaha ini memungkinkan warga mengakses permodalan secara murah dan mudah.