Wacana Duet Ganjar dan Prabowo, Gerindra: Prabowo Harus Capres
Selain Prabowo Subianto harus capres, ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi agar Prabowo bisa disandingkan dengan Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024. Apa itu?
Oleh
Ayu Octavi Anjani
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Gerindra membuka kemungkinan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo disandingkan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk Pemilihan Presiden 2024. Apalagi, mitra koalisi dari Gerindra, yakni Partai Kebangkitan Bangsa, disebut tidak berkukuh mengajukan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai pendamping Prabowo. Hanya saja, untuk menyandingkan Prabowo dan Ganjar, ada dua syarat yang terlebih dulu harus dipenuhi.
Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyampaikan kedua syarat itu seusai acara deklarasi sukarelawan Prabowo Mania 08, di Jakarta, Minggu (12/3/2023).
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Syarat pertama, Prabowo harus sebagai calon presiden (capres). ”Prabowo harus menjadi capres, itu harga mati. Hal ini karena 99 persen program kerjanya sejalan dengan Joko Widodo dan sebagian besar mirip dengan yang pernah dikampanyekan Prabowo,” ujar adik dari Prabowo ini.
Prabowo disebutnya tidak mungkin menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari Ganjar karena Prabowo jauh lebih senior dan berpengalaman dibandingkan dengan Ganjar. ”Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua pengalamannya berbeda, kan,” ucapnya.
Adapun syarat kedua, pasangan Prabowo-Ganjar harus memperoleh persetujuan dari Muhaimin. Ini karena Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah berkoalisi sejak pertengahan Agustus 2022 dan salah satu butir kesepakatan dalam koalisi tersebut, penentuan capres dan cawapres ditentukan oleh Prabowo dan Muhaimin.
”Kemungkinan itu terbuka lebar jika memang Ganjar ingin bergabung dengan Gerindra, tapi masih perlu persetujuan PKB,” katanya.
Tak harus Muhaimin
Menurut dia, dalam pembicaraan dengan Muhaimin, Wakil Ketua DPR dari Fraksi PKB itu tidak berkukuh untuk menjadi pendamping Prabowo di Pilpres 2024. Meski demikian, PKB tetap harus menyetujui cawapres dari Prabowo. ”Tidak harus 100 persen Muhaimin karena kalau mutlak pasti sudah dideklarasikan sejak Agustus tahun lalu,” tutur Hashim.
Untuk diketahui, spekulasi duet Ganjar dan Prabowo menyeruak setelah keduanya bersama Presiden Joko Widodo menghadiri acara panen raya padi di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023).
Terkait deklarasi sukarelawan Prabowo Mania 08, Ketua Umum Prabowo Mania 08 Immanuel Ebenezer menyampaikan, kelompok sukarelawan itu dulunya merupakan bagian dari Sukarelawan Jokowi Mania Nusantara (JoMan). Sebelum mendukung Prabowo, mereka mendukung Ganjar Pranowo dan membentuk Ganjar Pranowo Mania (GP Mania).
”Sebelumnya, kami sukarelawan Ganjar, tapi beralih menjadi sukarelawan Prabowo saat ini. Di samping itu, kami menilai Prabowo bersedia serta berkomitmen menjalankan program-program terusan Presiden Joko Widodo,” ucapnya.
Menurut dia, deklarasi kelompok sukarelawan Prabowo Mania 08 akan digelar di daerah lain, tak hanya di DKI Jakarta.
Hashim pun turut bergabung dalam kelompok sukarelawan ini dan didapuk untuk menjabat ketua dewan penasihat.
Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor, menilai, peralihan dukungan terhadap capres atau cawapres menjelang Pilpres 2024 sangat wajar terjadi. Peralihan dukungan bahkan terjadi tidak hanya menjelang pemilu, setelah pemilu bahkan bisa langsung berubah.
Firman menjelaskan tiga faktor yang membuat pendukung atau sukarelawan capres-cawapres dapat beralih ke bakal calon lain.
”Pertama, kemungkinan publik mendukung penuh sosok capres-cawapres itu. Kedua, sikap dari sosok itu. Ketiga, adanya potensi menang yang lebih besar dari calon lainnya,” tutur Firman.