Nasdem-Demokrat Tolak Sandiaga Uno Jadi Cawapres Anies
Sandiaga Salahuddin Uno dinilai tidak memenuhi sejumlah kriteria sebagai bakal cawapres dari Anies Baswedan. Apa saja kriteria yang dimaksud?
> PKS menepis kabar bahwa nama Sandiaga Salahuddin Uno dipertimbangkan sebagai pendamping Anies Baswedan untuk Pilpres 2024.
> Tim kecil dari koalisi Nasdem, Demokrat, dan PKS tidak pernah membahas nama Sandiaga Uno sebagai pendamping Anies.
> Nasdem-Demokrat menilai Sandiaga Uno tidak memenuhi kriteria sebagai bakal cawapres pendamping Anies.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Nasdem dan Partai Demokrat menolak wacana memasangkan Anies Baswedan dengan Sandiaga Salahuddin Uno untuk berkontestasi di Pemilihan Presiden 2024. Selain mempertimbangkan etika terkait status Sandiaga sebagai kader Partai Gerindra, sosok tersebut juga dinilai tak sejalan dengan sikap politik Nasdem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera yang menginginkan perubahan dan perbaikan bangsa pada 2024.
Wacana memasangkan Anies Baswedan, bakal calon presiden (capres) yang didukung oleh Nasdem, Demokrat, dan PKS, dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengemuka setelah lembaga survei Voxpol Center Research and Consulting merilis hasil survei periode November 2022.
Sosok Anies-Sandiaga dinilai potensial untuk dipasangkan karena keduanya memiliki tingkat popularitas dan elektabilitasi tinggi dan pernah memenangi Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain itu, berdasarkan hasil simulasi pertarungan pasangan capres-cawapres, pasangan Anies-Sandiaga disebut mendapatkan elektabilitas tertinggi sebesar 33,8 persen.
Menanggapi hasil survei tersebut, sejumlah politisi PKS menyambut. Bahkan, ada pula yang menyebutkan bahwa Sandiaga memang pernah diusulkan agar menjadi pendamping Anies dalam pembicaraan internal partai.
Namun, Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid yang dihubungi dari Jakarta, Selasa (7/3/2023), menyangkal kabar tersebut. Menurut dia, tidak pernah ada pembahasan tentang Sandiaga untuk diusulkan menjadi bakal cawapres pendamping Anies di internal PKS. Pembicaraan serupa juga tidak ada dalam Musyawarah Majelis Syura PKS yang digelar akhir Februari lalu.
”Musyawarah Majelis Syura yang terakhir sudah memutuskan bahwa penentuan bakal cawapres untuk mendampingi Pak Anies mandatnya diberikan kepada DPTP atau Dewan Pimpinan Tingkat Pusat sebagai Badan Pekerja Majelis Syuro. DPTP setahu saya belum pernah membahas pencalonan Pak Sandiaga sebagai bakal cawapres,” kata Hidayat.
Ia hanya mengakui bahwa PKS mengusulkan Ahmad Heryawan yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Syura PKS dan mantan Gubernur Jawa Barat sebagai pendamping Anies.
Namun, ia tak menjawab ketika ditanya nama kandidat bakal cawapres lain yang kini dibicarakan. Ia berjanji untuk memberitahukannya setelah dibicarakan bersama Anies dan partai politik pengusung lainnya.
Baca juga: Jika Sandiaga Uno Loncat dari Gerindra...
PKS bersama dengan Nasdem dan Demokrat telah menyatakan dukungan resmi kepada Anies untuk menjadi bakal capres di Pilpres 2024. Ketiga parpol itu juga tengah membangun kesepakatan untuk membentuk gabungan parpol bernama Koalisi Perubahan.
Terkait dengan penentuan bakal cawapres, ketiganya sepakat untuk merumuskan kriteria lalu memberikan kewenangan kepada Anies untuk menentukan sosok yang memenuhi kriteria tersebut. Adapun perumusan kebijakan strategis koalisi dilakukan oleh perwakilan setiap parpol yang bergabung dalam Tim Kecil Koalisi Perubahan.
Baca juga: Langgam Koalisi Parpol, Bikin Untung atau Buntung?
Penolakan
Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali mengatakan, tidak etis membicarakan Sandiaga untuk menjadi calon pendamping Anies. Sebab, Sandiaga merupakan kader Partai Gerindra yang telah membuat keputusan untuk mengusung Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra, sebagai capres 2024.
Dalam konteks Nasdem, Demokrat, dan PKS, katanya, sosok bakal cawapres harus dibicarakan dalam kerangka koalisi, bukan subyektivitas parpol masing-masing. Parpol calon anggota Koalisi Perubahan telah sepakat untuk merumuskan sejumlah kriteria dan memberikan mandat kepada Anies menentukan pasangannya. Kriteria dimaksud di antaranya memiliki elektabilitas untuk mendongkrak kemenangan, kecocokan dengan Anies, mampu menjalankan pemerintahan secara efektif, dan memiliki semangat perubahan.
Menurut Ali, Sandiaga belum memenuhi sejumlah kriteria tersebut. Apalagi mempertimbangkan rekam jejaknya saat menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Sandiaga mengundurkan diri saat masa jabatannya baru memasuki tahun kedua untuk mengikuti Pilpres 2019, menjadi cawapres untuk Prabowo Subianto.
”Di sisi lain, kami juga menghargai Agus Harimurti Yudhoyono sebagai Ketua Umum Demokrat yang jelas-jelas telah menyatakan keinginannya untuk menjadi cawapres Anies,” kata Ali.
Kendati demikian, Ali mengatakan, berdasarkan penilaian pribadinya, salah satu sosok yang juga tepat untuk mendampingi Anies adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Khofifah, yang juga Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), dipandang mampu memberikan kontribusi signifikan secara elektoral. ”Karena kunci pemenangan Pilpres 2024 nanti itu bisa memenangi suara di Jawa Timur dan NU,” katanya.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Renanda Bachtar menduga, munculnya nama Sandiaga hanyalah wacana di internal PKS. Sandiaga tidak pernah dibahas dalam Tim Kecil Koalisi Perubahan karena selama ini PKS mengajukan Ahmad Heryawan untuk menjadi bakal cawapres.
Baca juga: Adu Siasat Mengikat Koalisi Partai Politik
Terlepas dari itu, kata Renanda, koalisi yang mengusung semangat nama perubahan dan perbaikan perlu memperkuat posisi sebagai pembawa aspirasi masyarakat yang menginginkan perubahan. Segmen masyarakat itu juga diyakini semakin besar dan meluas. Dalam konteks tersebut, akan membingungkan bagi mereka jika Koalisi Perubahan tiba-tiba mencalonkan sosok yang kini menjadi bagian dari pemerintah.
”Saya pribadi khawatir, rakyat pendukung perubahan akan bingung dan mempertanyakan konsistensi kami dalam mengusung tema perubahan dan perbaikan jika mengajukan figur status quo seperti Sandiaga Uno,” ujarnya.
Sebelumnya, saat menerima kunjungan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di kediamannya di Hambalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pekan lalu, Prabowo Subianto mengatakan, Sandiaga sudah berulang kali memberikan keterangan di berbagai forum bahwa dirinya patuh dan taat pada keputusan partai. Berdasarkan hasil Rapat Pimpinan Nasional Gerindra pertengahan Agustus tahun lalu, seluruh unsur pimpinan sepakat untuk kembali mendukung Prabowo untuk menjadi capres 2024.
”Keputusan partai sudah jelas, saya calon presidennya. Saya kira itu. Selama dia (Sandiaga) masih di partai, saya kira akan patuh pada garis partai,” kata Prabowo.