Wapres Amin: NU Harus Mampu Beradaptasi dengan Perubahan Zaman
Transformasi dan adaptasi dengan perubahan zaman diyakini akan bisa membuat NU mampu menjaga eksistensinya sekaligus meneruskan perjuangan para figur NU terdahulu.
Oleh
IQBAL BASYARI, MAWAR KUSUMA WULAN
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Memasuki abad kedua usia Nahdlatul Ulama, Wakil Presiden Ma’ruf Amin berharap NU mampu bertransformasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman. Hal tersebut penting untuk dilakukan agar NU mampu menjaga eksistensi organisasi sekaligus meneruskan perjuangan para figur NU pendahulu.
”Alhamdulillah, Nahdlatul Ulama telah mencapai usia satu abad, sebuah momen membanggakan bagi kaum nahdliyin. Sesungguhnya semangat juang kebangsaan para tokoh kiai dan jutaan nahdliyin telah tercatat dalam lembaran sejarah,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Ami nmelalui keterangan tertulis, Selasa (6/2/2022).
Wapres Amin menuturkan, sejak berdiri pada 16 Rajab 1344 H, NU memiliki kontribusi besar bagi bangsa. Peran itu mulai dari merebut dan mempertahankan kemerdekaan hingga kini turut berkiprah dalam mengisi pembangunan dan menjadi mitra yang andal bagi pemerintah.
Memasuki usia baru, NU harus mampu bertransformasi dan beradaptasi dengan perubahan zaman yang membawa aneka tantangan. Dengan demikian, NU mampu menjaga eksistensi organisasi sekaligus meneruskan perjuangan para figur NU pendahulu.
”Mari kita lanjutkan upaya ishlahul ummah (memperbaiki umat), ishlahul wathan (memperbaiki bangsa dan negara), wal ishlahul alam (memperbaiki dunia), sebagaimana misi utama NU, yaitu ’amaliyatul ishlah, karena NU adalah jamiyatul ishlah (organisasi yang melakukan perbaikan),” tutur Wapres Amin.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berharap, memasuki abad kedua, NU bersama Muhammadiyah terus menjadi jalan tengah integrasi keumatan dan kebangsaan. Melalui kekhasan yang dimiliki masing-masing, Muhammadiyah dan NU merupakan pilar strategis Islam Indonesia. Keduanya memahat pandangan dan praktik keagamaan yang kokoh, moderat, dan berorientasi Islam rahmat bagi seluruh alam.
”Keduanya menjadi kekuatan penjaga bandul keseimbangan dan jalan tengah dalam proses integrasi keumatan dan kebangsaan secara harmoni, damai, dan konstruktif dalam kehidupan keindonesiaan yang Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.
Terkait dengan tema Harlah Satu Abad NU ”Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru”, Haedar berharap NU menjadi ormas Islam Indonesia yang bangkit dan digdaya. Sebagaimana menjadi komitmen PBNU dalam menyambut usia satu abad dengan semangat kebangkitan baru yang membawa semangat para mujadid yang lahir setiap seratus tahun, maka etos kemajuan menjadi modal utama dalam menuju kebangkitan dan kemajuan.
”Ibarat kesaktian atau kedigdayaan para pendekar bukan hanya pada kekuatan ragawi, tetapi juga rohani dalam wujud keluhuran batin, welas asih, kebijaksanaan, membela yang terzalimi, serta tegak lurus di atas kebenaran dan kebaikan yang utama,” tuturnya.
Di sisi lain, Haedar berharap NU semakin digdaya dalam peran kebangsaan dan kemanusiaan semesta yang berwawasan persaudaraan dan kerahmatan multiranah.
”NU dengan semangat merawat tradisi, dan Muhammadiyah dengan orientasi reformasi budaya, bisa sinergi dan menjelma menjadi penjaga bangunan keindonesiaan yang mengintegrasikan agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa sebagai nilai utama dalam perikehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.
Komisi Pemberantasan Korupsi pun turut mengucapkan selamat atas hari lahir NU. Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menilai NU memiliki komitmen untuk berperan lebih luas dan nyata dalam membangun perdamaian serta harmoni global dengan merekonstruksi fikih peradaban. NU menjadi solusi dengan menawarkan gagasan kehidupan yang lebih, harmonis, dan damai.
Memasuki abad kedua NU, lanjutnya, merupakan momentum besar dalam skala nasional dan global dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tetap mementingkan kepentingan bersama dan global. Komitmen itu diyakini menghasilkan suatu kebersamaan, bukan mementingkan diri sendiri yang sesungguhnya merupakan bentuk korupsi.
”Kami di KPK sangat mendukung dan berharap NU berada di depan memimpin langkah dan tujuan kebersamaan. Karena sesungguhnya, korupsi adalah penyakit kehidupan yang mengkhianati dan bertentangan dengan semangat kebersamaan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara,” ujar Ghufron.