Perancis tawarkan bom pintar untuk persenjataan Rafale. Sistem senjata ini disebutkan bisa kompatibel dengan pesawat T-50 dan KFX/IFX.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perancis menawarkan kerja sama lebih lanjut terkait pengadaan jet tempur Rafale. Salah satu senjata yang ditawarkan adalah bom pintar perusahaan Safran.
Pihak Perancis berturut-turut bertemu dengan Kepala Staf TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo dan Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan Wajariman. Dalam pertemuan dengan Fadjar, di Jakarta, Jumat (20/1/2023), Perancis yang diwakili oleh Atase Pertahanan Kolonel Sven Meic disebutkan membahas hubungan kerja sama kedua angkatan udara.
Keterangan pers Dinas Penerangan TNI AU menyebutkan, dari pihak Perancis juga hadir beberapa perwakilan Safran, yaitu Sr Exc VP International and Public Affair Alexander Ziegler, Sr VP International and Public Affair LtG (ret) Martin Klotz, CEO and Regional SAFRAN Singapore Delegate Valerie Patuel, dan CEO and Gen Delegate SAFRAN China Philippe Bardol.
Sehari sebelumnya, Kementerian Pertahanan menyampaikan, delegasi Safran juga menemui Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan Kemenhan Wajariman yang mewakili Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kemenhan. Pertemuan itu membahas penawaran Smart Guided Bomb jenis HAMMER tipe Armement Air-Sol Modulaire (AASM) untuk jet tempur Rafale. Pada kesempatan itu, Wajariman didampingi Yusran Lubis selaku Kepala Pusat Alat Peralatan Pertahanan Badan Sarana Pertahanan Kemenhan.
Alexander mengatakan, sehubungan dengan program pengadaan enam pesawat tempur Rafale untuk Indonesia, pihak Safran Group Perancis melihat potensi penggunaan Highly Agile Modular Munition Extended Range (HAMMER) sebagai salah satu pilihan persenjataan. Untuk itu, Safran menawarkan HAMMER dengan tipe AASM. Bom pintar ini telah digunakan Perancis, India, Maroko, Mesir, Qatar, dan Yunani.
Senjata udara ke darat jarak menengah itu pertama kali diluncurkan tahun 2007. Sifatnya modular dan terdiri dari guidance kit dan range extension kit. Alexander mengatakan, Aero Engine produksi Safran Group telah digunakan lebih dari 30 tahun oleh Indonesia, khususnya untuk pesawat-pesawat dan helikopter produk PT Dirgantara Indonesia.
Kemenhan memprioritaskan kerja sama industri pertahanan. Kerja sama dengan industri pertahanan Perancis merupakan prioritas Pemerintah Indonesia.
Walaupun nama Safran tidak asing, untuk pengadaan rudal dan bom belum digunakan TNI AU. Di sisi lain, Safran menjamin kompatibilitas HAMMER di pesawat T50 dan KFX/IFX.
Wajariman mengatakan, dari sisi teknis kebutuhan operasi tergantung pada TNI AU. Kemenhan memprioritaskan kerja sama industri pertahanan. Kerja sama dengan industri pertahanan Perancis merupakan prioritas Pemerintah Indonesia dilihat dari banyaknya alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dibeli dari Perancis.
Terkait dengan pelaksanaan kontrak pengadaan, apabila kontrak pengadaan dilaksanakan langsung antara Kemenhan RI dan Safran Group, akan lebih efisien, dengan penerapan kewajiban kandungan lokal dan offset (KLO) sesuai aturan perundangan. Sementara apabila dilaksanakan oleh Industri pertahanan, diharapkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang harus dicapai adalah 40 persen oleh Industri Pertahanan.
Menurut Alexander, terkait dengan kandungan lokal dan offset, pihaknya telah menjajaki kerja sama. Safran menyadari pentingnya program kandungan lokal dan offset yang dapat meningkatkan kapabilitas dan kapasitas industri pertahanan Indonesia untuk mendapatkan transfer teknologi dan masuk ke dalam rantai pasok global.