Gerindra Bahas Figur di Luar Muhaimin sebagai Pendamping Prabowo
Di internal Gerindra, sosok Ketum PKB Muhaimin Iskandar mendominasi pembicaraan mengenai cawapres pendamping Prabowo Subianto. Namun, tak dimungkiri, dibahas pula kemungkinan figur lain dipasangkan dengan Prabowo.
> Gerindra membahas nama lain di luar Muhaimin Iskandar untuk mendampingi bakal capres Gerindra, Prabowo Subianto.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
> PKB mengingatkan kesepakatan dengan Gerindra bahwa capres-cawapres diputuskan bersama oleh Prabowo dan Muhaimin.
> Pengamat menilai koalisi Gerindra-PKB rentan pecah.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Gerindra tak memungkiri adanya opsi bakal calon wakil presiden selain Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, untuk mendampingi bakal calon presiden Gerindra yang juga Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Partai Kebangkitan Bangsa mengingatkan bahwa partainya tidak pernah mempunyai sejarah mencederai politik.
Sekitar lima bulan setelah Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memutuskan berkoalisi, kedua partai tersebut belum juga mendapatkan titik temu terkait pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) yang akan diusung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Partai Gerindra berkukuh mengusung Prabowo Subianto sebagai capres. Adapun PKB tetap menyodorkan Muhaimin Iskandar sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024.
Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani dalam pertemuan dengan awak media di kawasan Kemang, Jakarta, Senin (16/1/2023), mengatakan, di internal Gerindra, sosok Muhaimin mendominasi pembicaraan mengenai cawapres pendamping Prabowo. Namun, ia tak memungkiri, nama-nama lain juga ikut dibicarakan.
”Namanya, kan, dinamika. Ya, semua nama yang beredar diomongin. Kami tidak punya kewenangan untuk menyebut nama. Karena begini, apa pun yang dibicarakan, keputusan capres dan cawapres, ada di tangan Prabowo Subianto sebagai ketum (ketua umum) Gerindra dan Abdul Muhaimin Iskandar sebagai ketum PKB,” ujar Muzani.
Saat ditanyakan apakah salah satu faktor tak kunjung diputuskannya pasangan dari Prabowo karena elektabilitas Prabowo dan Muhaimin yang rendah saat dipasangkan, Muzani membantahnya. Menurut dia, tidak ada hambatan antara Gerindra dan PKB dalam membicarakan mengenai capres-cawapres.
“Yang menghambat adalah, kita harus menang, begitu. Itu yang harus dihitung betul. Dalam hitungan kita, Pak Prabowo dengan Muhaimin top cer, top cer semuanya,” ucap Muzani.
Mengutip survei Charta Politika yang dirilis pada akhir Desember 2022, dalam simulasi pasangan capres-cawapres, elektabilitas Prabowo dan Muhaimin sebesar 22,7 persen. Mereka kalah dibandingkan pasangan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebesar 33,8 persen, dan pasangan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan sebesar 29,9 persen.
Muzani mengungkapkan, pasangan capres-cawapres dari koalisi Gerindra dan PKB belum ditentukan karena koalisi masih ingin menunggu tokoh yang akan diusung oleh partai atau koalisi lain di Pilpres 2024. Lagi pula, hingga kini, partai atau koalisi lain juga belum mendeklarasikan capres atau cawapresnya.
Baca juga: Cek Ombak Dahulu, Arungi Lautan Pilpres Kemudian
Atas dasar itu pula, Gerindra dan PKB tidak ingin terburu-buru mendeklarasikan pasangan capres-cawapres. “Lha, iya. Wong calon presiden dari partai lain masih belum pada deklarasi apalagi wakil presiden gitu lho kira-kira,” katanya.
Jaga komitmen
Secara terpisah, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB Syaiful Huda menyampaikan bahwa terbukanya opsi cawapres selain Muhaimin sebagai pendamping Prabowo merupakan pandangan pribadi Muzani. Hal itu, menurutnya, wajar-wajar saja.
Namun, ia menegaskan bahwa pada akhirnya keputusan secara kelembagaan mengenai capres dan cawapres yang akan diusung oleh koalisi diserahkan kepada Prabowo dan Muhaimin. Hal tersebut sebagaimana perjanjian yang sudah disekapati di antara kedua partai.
”Prinsipnya, bagi PKB, PKB tidak pernah punya sejarah, track record untuk mencederai politik,” ucap Huda.
Baca Juga: Strategi Dua Kaki PKB demi Kuasai 100 Kursi Parlemen
Huda juga menegaskan bahwa PKB tidak akan meninggalkan Gerindra. Untuk itu, ia berharap, kedua partai ikut menjaga komitmen itu. Atas dasar itu pula, setiap tahapan berjalan terus. Begitu pula, PKB dan Gerindra pada Senin pekan depan akan meresmikan Sekretariat Bersama PKB dan Gerindra dalam upaya pemenangan di Pemilu 2024.
”Kami merasa tidak ada yang perlu dipecahkan kebuntuannya, mengalir saja. Hari ini kami masih solid, masih relatif semua agenda konsolidasi jalan,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, Prabowo dan Muhaimin memang tak menghendaki deklarasi capres-cawapres tergesa-gesa karena sejak awal disepakati konsolidasi internal kedua partai harus dituntaskan. Ini meskipun ia menyadari bahwa masing-masing internal ada yang berkeinginan agar deklarasi cepat dilakukan, ada pula yang tidak ingin deklarasikan dilakukan secara terburu-buru sembari melihat situasi eksternal.
”Tetapi, itu dinamika yang wajar, ada yang memberi tenggat waktu sampai Maret 2023 karena berbagai pertimbangan, misalnya nanti keburu ada pasangan capres lain. Ada pula pertimbangan deklarasi semakin cepat, semakin bagus. Itu, kan, dinamika, yang semua kami kembalikan ke beliau berdua (Prabowo dan Muhaimin),” kata Huda.
Baca Juga: Kerja Politik Para Figur Potensial Capres di Akhir Pekan
Ada banyak pertimbangan belum dideklarasikannya pasangan capres-cawapres dari koalisi Gerindra-PKB. Salah satunya, kata Huda, partai masih saling mengintip situasi poros-poros koalisi yang lain juga. ”Kalau soal masih saling intip, saya rasa, itu juga dialami partai dan koalisi lain,” ujarnya.
Di persimpangan jalan
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpandangan, persoalan kebuntuan Gerindra dan PKB ini bukan diakibatkan Prabowo dan Muhaimin sama-sama berkeinginan ingin menjadi capres. Ia melihat Muhaimin sebenarnya mengincar kursi cawapres, tetapi Prabowo tidak ingin berpasangan dengan Muhaimin.
Sebab, jika Prabowo dipasangkan dengan Muhaimin, kans kemenangannya tipis. Padahal, Prabowo berkeinginan kuat agar pencalonannya pada pilpres untuk kali ketiga nanti tidak gagal. ”Kalau Pilpres 2024 kalah lagi, maka sangat menyakitkan. Karena itu, Gerindra harus mencari pasangan yang fresh dan mengatrol elektabilitas dan beri kontribusi kemenangan pada Prabowo,” kata Ujang.
Karena itu, Ujang melihat, koalisi Gerindra dan PKB saat ini tengah berada di persimpangan jalan. Apalagi, belakangan sempat beredar Prabowo akan diduetkan dengan Ganjar Pranowo. ”Ini situasinya rentan pecah, rentan tidak jadi. Apalagi sebelumnya Cak Imin berkomentar, kalau Prabowo menjadi cawapres, maka PKB akan cabut (dari koalisi). Kan, ada isu Ganjar dipasangkan Prabowo. Dan itu sudah terendus oleh Cak Imin. Ketika skema itu terjadi, PKB akan cabut diri,” tutur Ujang.
Baca juga: Musim Semi Sukarelawan Politik
Ujang pun melihat, Sekber yang akan diresmikan pada Senin pekan depan, hanya dijadikan sebagai ancang-ancang atau skenario terburuk apabila Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani dicalonkan oleh PDI-P, Ganjar Pranowo dicalonkan oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan diusung oleh Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat.
”Praktis, Gerindra hanya bisa berpasangan dengan PKB. Kalau enggak, Prabowo tidak bisa maju. Tetapi, ya, begitu, berat. Sangat berat dan Prabowo paham itu. Tetapi, kalau tidak bergabung dengan PKB, dia tidak bisa mencalonkan diri juga. Ketinggalan kereta,” kata Ujang.