Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengisahkan kode yang pernah diberikan kepadanya oleh polisi di era Orde Baru. Ada pula kode dari polisi untuk pendukung partainya. Apa itu?
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
Saat peringatan Hari Ulang Tahun Ke-50 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri membagikan sejumlah kisah semasa perjuangannya di era Orde Baru. Salah satunya saat putri Presiden pertama RI Soekarno ini dijuluki ”Ratu Preman”.
Kala itu, ungkap Megawati, tidak mudah untuk menjadi anak ataupun pendukung Bung Karno. Tidak mudah pula menjadi pendukung dari Partai Demokrasi Indonesia (sebelum berubah menjadi PDI-P menjelang Pemilu 1999) yang dipimpin Megawati. Mereka kerap ditekan oleh aparat keamanan dan penguasa. Gerak-geriknya pun selalu diawasi.
Satu saat, ketika Megawati hendak berangkat dari rumah ke kantornya, ia mencuri dengar aktivitas pengawasan oleh aparat itu. Ia mendengar percakapan antarpolisi dari handy talkie (HT) milik pengawalnya. Dari menyimak selentingan percakapan itu, ia pun terkaget-kaget. Ia baru mengetahui ada julukan baginya dan pendukung PDI yang disematkan oleh polisi.
”(Polisi) Sebelah sana nanya, apa di sana semut-semut merah sudah berdatangan? Lah saya kaget, rakyat yang dari PDI dipanggilnya, kodenya, semut-semut merah,” tuturnya dalam pidato saat peringatan HUT Ke-50 PDI-P, di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
”Nah yang lucu, yang terutama, (polisi bertanya) ratu premannya di mana,” lanjut Megawati.
Ia pun penasaran dengan siapa yang dimaksud ratu preman tersebut dan menanyakan kepada pengawalnya. Ternyata, ratu preman dimaksud merupakan kode dari polisi untuk dirinya. ”Keren, anak buahku banyak preman ya,” ucapnya terkekeh.
Yang tak kalah lucu, meski hari itu gerak-gerik Megawati dan PDI diawasi begitu ketat, ternyata hari itu yang kampanye adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), bukan jadwal PDI.
Dari kisah itu, Megawati mengingatkan sekitar 17.000 kader PDI-P yang menghadiri peringatan HUT Ke-50 PDI-P pada kesulitan yang dihadapi PDI di era Orde Baru. ”Kita dulu tempur, sekarang kamu enak, magrug-magrug,” katanya.
Berkaca pada kisah perjuangan di masa lalu itu pula, Megawati menginginkan kadernya untuk tak berhenti berjuang, turun ke lapangan, mendekati masyarakat. Turun ke lapangan menjadi kunci bagi PDI-P untuk bisa kembali memenangkan pemilu. PDI-P sudah meraih suara terbanyak saat Pemilu Legislatif 2014 dan 2019. Tak hanya itu, Megawati mengingatkan kadernya agar masuk ke PDI-P tidak untuk mengejar kekayaan dan kekuasaan.
”Ati-ati lhosaiki (sekarang). Jangan dipikir Ibu enggak tahu. Sekarang ini sudah mulai mewabah korupsi berjemaah. Awas lho, jangan dipikir Ibu enggak tahu,” tegasnya.
Perayaan Hari Ulang Tahun Ke-50 PDI-P dihadiri juga oleh Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma’ruf Amin serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. Perayaan ulang tahun turut diramaikan dengan atraksi lima penerjun payung. Mereka terjun dari helikopter membawa bendera Merah Putih serta bendera PDI-P.
Selain itu, perayaan ulang tahun diramaikan pula oleh 500 orang yang terlibat dalam paduan suara yang dikoordinasi oleh Andre Hehanusa dan Chicha Koeswoyo. Mereka mengenakan pakaian adat daerah Nusantara.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, peringatan HUT Ke-50 PDI-P menjadi momentum bagi partai untuk konsolidasi. Megawati disebutnya lebih memilih untuk bertemu dengan kader PDI-P yang berasal dari ranting dan satuan tugas partai di level terbawah.
”Maka, beliau (Megawati) mengambil kebijakan bahwa HUT PDI-P ini lebih ke dalam, bagaimana Ibu Mega bertemu anak-anak beliau,” ujar Hasto.
Karena itu, momentum peringatan kali ini, PDI-P tidak akan mengundang elite dari partai politik lain. Meski demikian, menurut Ketua DPP PDI-P Puan Maharani, akan ada waktu bagi PDI-P mengundang parpol lain untuk merayakan bersama HUT PDI-P meski ia belum merinci waktu dan tempatnya.
”Nanti tentu akan kami persiapkan acara bersama ketua umum yang lain di lain kesempatan,” tutur Ketua DPR ini.