Eliezer Beberkan Rencana Sambo Membunuh Brigadir J
Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, ada di samping Sambo saat ia menjelaskan skenario pembunuhan Brigadir J pada Richard Eliezer. Eliezer mengaku tak kuasa menolak perintah menembak Brigadir J. Mengapa?
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bharada E atau Richard Eliezer Pudihang Lumiu mengaku kaget dan kacau ketika mendengar permintaan bekas Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Ferdy Sambo menembak Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat. Eliezer mengaku berdoa dua kali sebelum menembak Nofriansyah pada 8 Juli 2022.
Hal itu diungkapkan Eliezer ketika diperiksa sebagai saksi terhadap terdakwa pembunuhan berencana Nofriansyah, yakni Ricky Rizal dan Kuat Maruf. Sidang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (30/11/2022), dengan dipimpin ketua majelis hakim Wahyu Iman Santosa.
Hingga siang, ketua majelis hakim mencecar Eliezer dengan pertanyaan seputar yang ia ketahui sebagai ajudan Ferdy Sambo, termasuk kronologi perencanaan pembunuhan Nofriansyah.
Eliezer menerangkan, setiba di rumah pribadi Sambo di Saguling, Jakarta Selatan, 8 Juli, dirinya dihampiri Ricky. Ricky mengatakan, Sambo memanggil dan menunggunya di lantai tiga. Eliezer bertanya alasan pemanggilan, tetapi Ricky menjawab tidak tahu. Ricky hanya meminta agar Eliezer naik ke lantai tiga.
Ia pun memenuhi panggilan Sambo tersebut. Sebelum masuk ke sebuah ruangan di lantai tiga, Eliezer melihat Sambo menangis. Kemudian, Sambo memintanya duduk di sofa, tidak jauh dari posisi Sambo duduk. Sambo mengatakan kepada Eliezer bahwa Nofriansyah melecehkan Putri Candrawathi, istri Sambo, di Magelang. Bagi Sambo, Nofriansyah telah menghina harkat dan martabat keluarga.
”Memang harus dikasih mati anak itu,” kata Eliezer menirukan Sambo. Pada saat mengatakan hal itu, Putri juga ada di situ.
Kemudian, Sambo meminta Eliezer menembak Nofriansyah. Tidak hanya itu, Sambo telah menyiapkan skenario pembunuhan. Dalam skenarionya, Putri terlebih dulu dilecehkan Nofriansyah, kemudian Putri berteriak, dan Eliezer bertanya ke Nofriansyah, hingga terjadi tembak-menembak di antara keduanya.
Mendengar permintaan membunuh sekaligus skenario yang disusun Sambo tersebut, Eliezer kaget. Ia mengaku tertekan meski Sambo berusaha meyakinkannya bahwa Eliezer akan aman dari jeratan hukum karena dalam skenario itu, Eliezer dalam posisi membela diri. Saat itu juga Eliezer mengaku mendengar Putri berbicara kepada Sambo dan menyebut kata ”CCTV” dan ”sarung tangan”. Putri saat itu menangis.
Turun dari lantai tiga, Eliezer mengaku pikirannya kacau. Sekotak makan siang yang sedianya mau dimakan tak jadi disentuhnya. Padahal, sejak tiba dari Magelang, ia belum makan sama sekali. Eliezer merasa tertekan karena takut, sementara ia tidak bisa bercerita kepada siapa pun.
Eliezer mengaku masuk ke toilet dan berdoa, ”Tuhan, kalau bisa, ubah pikiran Pak Sambo biar enggak jadi menembak.”
Setelah itu, Eliezer sudah ditunggu Putri, Ricky, Kuat, dan Nofriansyah. Kemudian, mereka bergegas ke rumah dinas Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta. Jarak kedua rumah ini hanya sekitar 500 meter.
Di sana, Eliezer langsung naik ke lantai dua. Ia masuk ke kamar dan kembali berdoa hal yang sama dengan doa sebelumnya, yakni agar rencana menembak Nofriansyah tidak jadi dilaksanakan. Namun, tidak lama setelah itu, Sambo datang. Eliezer pun turun ke bawah. Segera Sambo meminta Eliezer mengokang senjatanya.
Tidak berapa lama, Nofriansyah masuk dengan disusul Kuat dan Ricky. Kemudian, Sambo memegang leher Nofriansyah dan memintanya berlutut. Nofriansyah sempat bertanya ada apa. Namun, Sambo langsung memerintahkan Eliezer menembak Nofriansyah.
”Saudara berhadapan (dengan Nofriansyah)?” tanya ketua majelis hakim.
”Berhadapan,” jawab Eliezer.
”Menembak ke arah (tubuh) mana?” tanya ketua majelis hakim.
”Saya tidak tahu arahnya,” jawab Eliezer.
Menurut dia, setelah ia menembak, terdengar erangan Nofriansyah dalam posisi terkapar. Segera Sambo maju ke depan dan mengokang senjatanya lantas menembak Nofriansyah. Namun, Eliezer tidak ingat Sambo menembak berapa kali. Setelah Sambo menembak, suara erangan Nofriansyah terhenti.
”Bagaimana saudara Ferdy Sambo menembak?” kata ketua majelis hakim.
”Ke arah bawah,” jawab Eliezer.
”Korban saat itu sudah jatuh tengkurap?” ucap ketua majelis hakim.
”Sudah jatuh tengkurap. Dia maju, kokang senjata, lalu tembak dengan kedua tangan,” kata Eliezer.
”Saat saudara menembak, apa yang dilakukan Ricky dan Kuat?” ucap ketua majelis hakim.
Setelah menembak Nofriansyah, lanjut Eliezer, Sambo menembak ke arah atas tangga beberapa kali sambil berjongkok. Kemudian, Sambo menembak ke arah atas televisi dengan senjata api (senpi) jenis HS. Baru setelah itu, senpi tersebut ditaruh di tangan kiri Nofriansyah.
Sambo menembak Nofriansyah dan tembok atas dengan senpi jenis Glock, sementara menembak arah televisi dengan senpi jenis HS.
Ketika ditanya hakim perasaanya setelah menembak Nofriansyah, Eliezer mengaku merasa berdosa. Namun, ia tidak berani menentang perintah Sambo yang ia umpamakan pangkatnya bagai langit dan bumi. Saat itu, Sambo berpangkat inspektur jenderal.
Eliezer pun mengaku sempat mimpi buruk, yakni didatangi Nofriansyah selama tiga minggu setelah ia menembak Nofriansyah. ”Saya merasa tertekan,” kata Eliezer.