Pertemuan Anies-Gibran Dinilai Saling Beri Keuntungan Politik
Bakal calon presiden Partai Nasdem, Anies Baswedan, bertemu dengan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka sembari sarapan bersama. Pertemuan kedua sosok tersebut dinilai saling memberikan keuntungan politik.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Bakal calon presiden Partai Nasdem, Anies Baswedan, bertemu dengan Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, sembari sarapan bersama, Selasa (15/11/2022), di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pertemuan kedua sosok tersebut dinilai saling memberikan keuntungan politik bagi pihak masing-masing. Terlebih momen perjumpaan mereka mendekati tahun politik.
Anies dan Gibran bertemu di Hotel Novotel, Kota Surakarta, Selasa pagi. Gibran tiba dengan mobil dinasnya sekitar pukul 07.30. Ia mengenakan kemeja koko berwarna hijau dan celana panjang hitam. Anies yang mengenakan kemeja koko putih menyambut kedatangan Gibran dengan senyuman hangat. Keduanya bersalaman dan saling bergantian membungkukkan badan.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Lantas, mereka berjalan berdampingan menuju restoran hotel tersebut. Di sana, keduanya menyantap sarapan sambil berbincang tentang banyak hal. Perbincangan keduanya memakan waktu lebih kurang 1,5 jam. Selepas sarapan, Anies dan Gibran berganti sandangan. Keduanya mengganti celananya dengan sarung. Anies mengenakan sarung berwarna biru muda, sedangkan Gibran bersarung batik.
”Senang sekali bisa silaturahmi dengan Pak Wali Kota (Gibran). Lihat Solo (Surakarta) ini bersih, rapi, tertib, mudah-mudahan terus maju dan berkembang. Tadi kami ngobrol santai saja. Tidak ada yang khusus. Kami ngobrol ke sana dan ke sini,” kata Anies seusai pertemuan tersebut.
Saat ditanyai soal pemilihan presiden, Anies enggan berkomentar banyak. Ia mengaku tak mau terlalu memikirkan hal tersebut. Sebab, tujuan utamanya berkunjung ke Surakarta adalah untuk mendatangi haul atau hari peringatan wafatnya Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di Kecamatan Pasar Kliwon. Gibran mendampingi Anies datang di acara tersebut. Bahkan, mereka berangkat dengan satu mobil yang sama.
Anies juga enggan menanggapi saat ditanya soal sosok calon wakil presiden yang bakal mendampinginya kelak. Ia masih menunggu kepastian koalisi partai pengusung. Setelahnya, ia baru bisa bicara soal pendampingnya untuk melaju ke pemilihan presiden kelak. Ia berkelakar, justru awak media yang sebenarnya menggembar-gemborkan perihal pemilihan calon wakil presidennya.
”Masih panjang. Koalisinya saja belum selesai. Nanti, koalisinya selesai baru ke tahapan berikutnya,” kata Anies.
Tadi kami ngobrol santai saja. Tidak ada yang khusus. Kami ngobrol ke sana dan ke sini. (Anies Baswedan)
Selama pertemuan tersebut, Anies mengakui saling berbagi pengalaman memimpin wilayah perkotaan. Ia mengapresiasi gaya kepemimpinan putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut, yang disebutnya dengan istilah andhap asor atau rendah hati. Ia juga menganggap Kota Surakarta semakin berkembang di bawah kepemimpinan Gibran. Namun, ia tak menjawab ketika ditanyai apakah Gibran cocok melanjutkan karier politiknya menjadi Gubernur DKI Jakarta.
”Mas Gibran ini menjangkau semua. Silaturahmi pada semuanya. Kalau kita bilang andhap asor beliaunya ini. Itulah yang saya rasa salah satu sifat baik yang bisa menjadi contoh,” jelas Anies.
Sementara itu, Gibran menampik jika ada perbincangan politik dengan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Sebaliknya, mereka justru banyak membahas perihal transportasi umum. Gibran memandang bahwa pengelolaan transportasi umum di Jakarta menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia. Terlebih transportasi umum antarmoda juga saling terkoneksi antara satu dan yang lainnya di sana.
”Masalah transportasi yang bisa kita jadikan percontohan Jakarta. Di Solo, ini kan banyak warganya yang commute. Banyak juga dari Yogya juga naik KRL (kereta rel listrik). Ke depan harus kita perbanyak dan masifkan transportasi umum ini,” kata Gibran.
Abdul Hakim, pakar komunikasi politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, menilai, pertemuan keduanya mempunyai unsur negosiasi politik. Lewat perjumpaan itu, mereka dinilai berupaya memperoleh keuntungan politik bagi pihak masing-masing. Sebab, satu sama lain berasal dari kubu yang berbeda, tetapi mempunyai kepentingan yang sama, yaitu melanjutkan karier politiknya masing-masing.
Hakim menyebut, Anies mempunyai tujuan bertarung dalam pemilihan presiden 2024 sehingga harus meraih dukungan sebanyak-banyaknya dari berbagai pihak. Namun, ia menilai, elektabilitas Anies tak cukup kuat di wilayah Jawa Tengah. Hal itu dikarenakan besarnya resistensi terhadap sosok tersebut. Pertemuan dengan Gibran pun bisa dimaknai sebagai upaya untuk mengurangi resistensi itu.
”Mas Gibran ini sebagai jalan sampingnya Istana. Sebagai mediator komunikasi dengan Pak Jokowi. Saya kira, kedatangan Pak Anies tidak lepas dari kepentingannya mendapatkan dukungan Pak Jokowi atau setidaknya mengurangi resistensi pendukung Jokowi terhadap Anies Baswedan,” kata Hakim.
Menurut Hakim, terdapat sentimen negatif dari pendukung Jokowi terhadap Anies. Salah satu pemicunya ialah Pilkada DKI Jakarta tahun 2017. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap elektabilitas Anies menjelang kontestasi politik nanti. Untuk itu, Hakim menilai, komunikasi yang dijalin dengan Gibran merupakan upaya Anies meruntuhkan sentimen negatif terhadapnya.
Berdasarkan riset Litbang Kompas, pada Oktober 2022, elektabilitas Anies menyentuh angka 16,2 persen. Capaian itu memosisikannya pada peringkat ketiga. Di peringkat kedua diduduki Prabowo Subianto dengan 16,8 persen, sedangkan Ganjar Pranowo menjadi yang tertinggi dengan 22,3 persen. Jika ditilik resistensinya, angka yang dicatatkan Anies masih lebih tinggi dibandingkan Ganjar. Resistensi pada Anies sebesar 3,4 persen, sedangkan Ganjar hanya 0,8 persen.
”Ini (komunikasi dengan Gibran) menjadi upaya Anies memenangkan hati masyarakat Jawa Tengah. Dengan modal itu, dia bisa mengantongi suara para migran Jawa yang tersebar di daerah lain. Jangan salah, Pak Jokowi bisa memperoleh suara signifikan karena hal tersebut. Ini memang strategis sekali,” kata Hakim.
Selanjutnya, Hakim menuturkan, keuntungan yang bisa diperoleh Gibran ialah peluang melaju sebagai Gubernur DKI Jakarta. Isu tersebut santer diperbincangkan setidaknya setahun terakhir. Namun, Ibu Kota memang wilayah yang sulit, baik dari segi elektabilitas maupun kultur politik, bagi pemuda asal Surakarta itu. Dengan kondisi tersebut, dukungan politik dari Anies bakal memberi pengaruh bagi Gibran.
”Jadi, sama-sama menguntungkan kalau Anies memberikan dukungan di Jakarta. Itu akan meningkatkan elektabilitas dia (Gibran). Sementara, dukungan Gibran kepada Anies akan memberikan angin segar pula bagi Anies di wilayah Jateng,” pungkas Hakim.