Lima Kali Gelaran Musra, Pilihan pada Ganjar Dominan
Kelompok sukarelawan Joko Widodo menginginkan komponen nasionalis berada dalam satu kapal yang sama di Pilpres 2024. Karena itu, hasil Musyawarah Rakyat atau Musra akan diserahkan ke sejumlah partai politik.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo disebut mendominasi dalam lima kali penyelenggaraan Musyawarah Rakyat oleh sukarelawan pendukung Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden 2014 dan 2019. Pilihan ini dinilai tak mengherankan karena hasil survei sejumlah lembaga memperlihatkan Ganjar yang terbanyak dipilih publik, selain kondisi sukarelawan Jokowi yang dinilai lebih bisa menerima Ganjar dibandingkan dengan figur lain.
Ketua Dewan Pengarah Musyawarah Rakyat (Musra) Andi Gani Nena Wea mengatakan, Ganjar Pranowo meraih suara terbanyak untuk menjadi calon presiden (capres) di Pemilihan Presiden 2024 dalam Musra V di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (5/11/2022).
”Ganjar unggul dengan angka sangat jauh dari posisi kedua dengan 30,21 persen. Ganjar menang telak, angkanya terbesar sepanjang pelaksanaan Musra. Ganjar disusul dengan Airlangga Hartarto (Ketua Umum Partai Golkar) pada posisi kedua dengan 18,20 persen dan Prabowo Subianto (bakal capres dari Partai Gerindra) dengan 16,80 persen,” kata Andi dalam konferensi pers penyampaian hasil Musra, di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Selain di Musra V, saat Musra VI di Padang, Sumatera Barat, Minggu (6/11/2022), pilihan pada Ganjar juga menonjol. Hanya saja, ia bukan berada di peringkat pertama, melainkan di peringkat ketiga dengan raihan suara 15,53 persen. Di peringkat pertama ada Prabowo Subianto dengan raihan suara 21,65 persen dan di peringkat kedua Sandiaga Salahuddin Uno, kader Gerindra yang juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan raihan suara 18,33 persen.
Musra di Batam diklaim Andi dihadiri oleh 1.066 orang, sedangkan Musra di Padang dihadiri 1.358 orang.
Bukan hanya di kedua Musra tersebut, Andi melanjutkan, nama Ganjar juga selalu masuk peringkat tiga besar pilihan peserta Musra di gelaran Musra sebelumnya.
Pada Musra I di Bandung, Ganjar di peringkat ketiga setelah Joko Widodo dan Sandiaga Uno. Begitu pula di Musra III di Pekanbaru, Ganjar menempati peringkat ketiga setelah Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto. Selanjutnya di Musra IV di Palembang, Ganjar menempati posisi kedua setelah Prabowo Subianto. Adapun di peringkat ketiga ada nama Sandiaga Uno.
Khusus untuk Musra II di Makassar, Sulawesi Selatan, ditunda pelaksanaannya.
Meski Musra hanya dihadiri ribuan orang, Andi mengklaim Musra betul-betul musyarawah untuk mencari calon presiden yang bisa meneruskan program-program Presiden Jokowi. Musra juga diklaimnya bukan musyarawarah sukarelawan pendukung Jokowi, melainkan masyarakat umum turut terlibat.
”Kehadiran sukarelawan bahkan hanya 30 persen dari total peserta yang hadir. Sisanya, buruh, petani, guru honorer, pedagang, dan unsur masyarakat lain,” ujarnya.
Ketua Panitia Nasional Musra Panel Barus mengatakan, hasil Musra akan disampaikan ke Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Kamis (10/11/2022). Pihaknya akan berkunjung ke kediaman Prabowo di Jakarta pada pukul 13.00.
”Kami akan bersilaturahmi dengan Prabowo besok serta menyampaikan hasil Musra dan membicarakan potensi politik ke depan. Kami berharap komponen nasionalis berada dalam satu kapal besar yang sama dalam melanjutkan kepemimpinan pasca-Jokowi,” ujar Panel.
Pada Senin (7/11/2022), kelompok sukarelawan Jokowi telah bertemu Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk menyerahkan hasil Musra.
Menurut Panel, pertemuan dengan Prabowo tidak jauh berbeda dengan acara dengan Airlangga. Hanya, hasil Musra yang disampaikan ke Prabowo lebih lengkap karena menyertakan hasil Musra di Padang dan Batam. Saat pertemuan dengan Airlangga, hasil Musra Padang dan Batam tidak disampaikan lantaran masih berupa data mentah.
Panel juga mengatakan, setelah bertemu Prabowo, sukarelawan Jokowi merencanakan pertemuan dengan petinggi partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu, selain Golkar, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Dihubungi secara terpisah, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai, pelaksanaan Musra itu merupakan upaya sukarelawan untuk memperkuat posisi tawar Jokowi di hadapan partai politik. Terlebih, Jokowi kelak tidak akan menjabat presiden lagi dan tidak punya posisi kuat di partai. Dengan basis pendukung yang kuat, Jokowi dapat ikut mengajukan atau merekomendasikan nama capres kendati lewat penjaringan sukarelawan.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, Musra memang bisa dilihat sebagai bagian dari upaya Jokowi menaikkan posisi tawar di hadapan partai politik. Menurut Yunarto, pelibatan sukarelawan merupakan konsekuensi dari posisi Jokowi yang bukan merupakan ketua umum (ketum) partai. Dengan demikian, Jokowi menggunakan sukarelawan sebagai perpanjangan tangannya.
”Pertama, ini perpanjangan tangan Jokowi karena sebagai seorang presiden, dia terbatas kode etik untuk tidak boleh terlalu sering berbicara mengenai pilpres. Kedua, Jokowi yang bukan ketum parpol harus menggunakan ’tangan’ lain untuk bisa berdiskusi atau melobi partai agar bisa satu suara dalam memberi tiket capres,” ujarnya lagi.
Yunarto menambahkan, apa yang dilakukan Jokowi tersebut merupakan cara yang elegan. Cara itu lebih baik ketimbang Jokowi terlalu terlibat dalam komunikasi dan lobi politik kepada parpol dalam posisinya sebagai presiden.
Adapun terkait Ganjar, Ujang mengatakan, kemunculan nama Ganjar itu bukan sesuatu yang mengherankan. Dia menilai, siapa pun yang muncul dalam penjaringan nama capres tersebut, pada akhirnya tetap Ganjar yang akan menjadi ”pemenang”-nya.
”Yang muncul bisa Jokowi, Ganjar, atau Anies Baswedan, tetapi tetap arahnya adalah Ganjar. Namun, sukarelawan ini, kan, tidak akan memunculkan Ganjar melulu. Maka dari itu, ada nama-nama lain yang juga muncul dalam pelaksanaan Musra,” kata Ujang.
Sementara Yunarto berpendapat, hasil Musra masuk akal mengingat hasil beberapa survei pun memunculkan nama Ganjar tersebut. Yunarto menilai, kader PDI-P itu lebih mudah diterima para sukarelawan Jokowi ketimbang figur lain.
”Jika Ganjar dibandingkan dengan Prabowo, misalnya, Ganjar lebih diterima sukarelawan Jokowi. Pasalnya, sukarelawan memiliki hambatan psikologis saat berhadapan dengan Prabowo. Saya meyakini, sebagian kalangan sukarelawan belum menerima keberadaan Prabowo karena sejarah pernah berseberangan pada pemilu sebelumnya. Tidak berlebihan jika ada yang berspekulasi bahwa Musra akan menguat ke Ganjar pada akhirnya,” tutur Yunarto.