Ragam Cerita dari Perayaan 78 Tahun Guntur Soekarno
Beragam kesan dan kenangan disampaikan keluarga dan handai tolan saat Guntur Soekarno merayakan ulang tahunnya yang ke-78 pada 3 November 2022.
Bertempat di rumah bilangan Kemang Timur, Jakarta Selatan, pada perayaan ulang tahunnya yang ke-78 pada Kamis, 3 November 2022, Guntur Soekarno duduk dikelilingi keluarga dan handai tolan. Di tembok tergantung lukisan bergambar Presiden pertama RI Ir Soekarno dan Ibu Fatmawati. Dari pasangan tersebut lahirlah Guntur pada 3 November 1944.
”Pukul lima subuh, selagi terdengar azan dari mesjid memanggil umat untuk melakukan sembahyang, anakku yang pertama, Guntur Sukarnoputra, lahir,” kata Bung Karno pada buku berjudul Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis oleh Cindy Adams.
Pukul lima subuh, selagi terdengar azan dari mesjid memanggil umat untuk melakukan sembahyang, anakku yang pertama, Guntur Sukarnoputra, lahir. (Bung Karno)
Kamis, menjelang pukul 11.00 para tamu berdatangan untuk merayakan ulang tahun ke-78 Guntur. Hadir, antara lain, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Para tamu juga menikmati sajian mulai aneka kue, tempura udon, seafood steamboat, hingga korean bulgogi.
Beragam lagu dilantunkan penyanyi dengan iringan instrumen keyboard untuk menemani hadirin. Terdengar, antara lain, lagu Besame Mucho, Can’t Help Falling in Love, dan Jamaica Farewell. Tak lupa pula lagu Here, There, and Everywhere yang dipopulerkan The Beatles. Sementara dari khazanah lagu dalam negeri dilantunkan lagu DiAmbang Sore hingga Pamer Bojo.
Saat tiba acara memotong tumpeng dan Guntur bertanya siapa yang akan memimpin acara tersebut, beberapa hadirin menyebut nama Indro Warkop. ”Indro, tolong kamu pimpin potong tumpeng. Saya ini punya pengalaman mengenaskan dengan Indro. Dulu zaman Orde Baru, waktu mau bikin pergelaran Swara Mahardika, kan, saya disensor, kami berdua dipanggil ke polda sana. Sampai berapa jam di sana. Ingat, ya, Ndro, ya?” ujar Guntur.
Indro pun mengiyakan. ”Saya tambahin sedikit, dari (pengalaman dipanggil ke polda) situlah lahir tagline Warkop ‘tertawalah sebelum tertawa itu dilarang’ karena kami ingin membuat tertawa saja, kok, kayaknya dilarang. Mudah-mudahan zaman Pak Ganjar nanti tidak,” seloroh Indro disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Diiringi lagu Selamat Ulang Tahun dan Panjang Umur, Guntur pun memotong tumpeng. Potongan pertama tumpeng diberikannya kepada sang istri tercinta, Henny. ”Saya akan menyerahkan tumpeng pertama ini kepada mantan pacar saya. Bayangkan saja, dan insya Allah seterusnya, sampai sekarang mantan pacar saya ini sudah mengurus saya lebih dari 53 tahun,” ujar Guntur diiringi seruan amin dan tepuk tangan.
Tumpeng kedua diberikan Guntur kepada putrinya, Puti, yang dengan jenaka disebutnya sebagai ‘yang sering nyerewetin saya’. ”Pak Jokowi aja enggak pernah nyerewetin saya. (Pak Jokowi) Kalau ngomong halus,” ujar Guntur, yang kembali memantik tawa dan tepuk tangan hadirin.
Baca juga: Menilik Kembali Gaya Komunikasi Politik Presiden Jokowi
Pada kesempatan tersebut Guntur juga sempat memuji Puti. ”Ini untuk pengetahuan semua, syukur-syukur kalau ada media di sini. Puti ini orangnya andhap asor (bahasa jawa: rendah hati),” katanya.
Pujian disampaikan karena Puti yang merupakan dosen terbang di salah satu universitas di Tokyo, Jepang, tersebut sebenarnya sudah mendapat gelar profesor. Namun, Puti enggan menaruh gelar tersebut di namanya.
Puti yang berdiri di samping Guntur juga segera menanggapi. ”Sebenarnya yang mengajari andhap asor, ya, yang di sebelah saya ini. Udah, jangan diterusin deh Pa, nanti berantem nih. Setiap hari suka berantem soalnya,” kata Puti di tengah riuh tawa.
Berkenaan dengan potongan tumpeng ketiga, karena sebenarnya banyak pihak yang ingin diberinya tumpeng, Guntur menggunakan ajaran Bung Karno tentang sosialisme di Indonesia yang modern dan religius. Segala sesuatu yang sudah dikolektivisasi dijadikan milik bersama.
”Jadi, tumpeng ini saya bagikan kolektif saja. Tumpeng ini, antara lain, untuk Pak (Yasonna) Laoly, Pak (Ahmad) Basarah, Pak Nusyirwan. Kemudian untuk yang sekarang bikin heboh, si Ganjar (Pranowo). Ini kolektif aja, ya. (Tumpeng) ini saya serahkan ke Pak Laoly aja deh,” kata Guntur.
Baca juga: Guntur: Penggunaan Nama Bung Karno sebagai Materi Kampanye Harus demi Persatuan Bangsa
Yasonna yang menerima piring berisi potongan tumpeng berujar bahwa tumpeng yang diterimanya tersebut milik bersama. ”Ini milik kita bersama, nih,” ujarnya sembari membawa piring ke tempat duduknya. Tawa kembali terdengar ketika sejurus kemudian Indro Warkop menimpali, ”Tolong dibagi rata, ya, Pak.”
Selanjutnya, Guntur menyerahkan potongan tumpeng kepada sang adik, Sukmawati Soekarnoputri. Pada kesempatan tersebut Sukmawati meminta mikrofon dan mengisahkan pengalaman masa lalu saat dia dan Guntur ada di Istana Kepresidenan. ”Waktu masih di Istana, beliau ini koboinya. Saya Indian-nya,” katanya.
Baca juga: Kenangan yang Tergantung di Perindang Istana Kepresidenan
Di tengah berlangsungnya acara, Guntur meminta diambilkan vitamin. Tips kesehatan juga dibagikannya. Kepasrahan terhadap Tuhan harus dibarengi usaha. ”Usahanya apa? Manut (menurut) apa kata dokter. Dokter bilang olahraga pagi, monggo. Berjemur matahari, mari. Suruh naik tangga, di kantor juga naik tangga. Suruh minum vitamin, ya, minum vitamin,” katanya.
Beliau itu ideologis. Jadi, yang bisa ngomong dan menerjemahkan pemikiran Bung Karno secara original, berdasarkan banyak pengalaman, itu siapa? Ya, Mas Tok.
Orang-orang yang mengenal Guntur memiliki beragam kesan. Ganjar, misalnya, memandang Guntur sebagai sosok ideologis. ”Beliau itu ideologis. Jadi, yang bisa ngomong dan menerjemahkan pemikiran Bung Karno secara original, berdasarkan banyak pengalaman, itu siapa? Ya, Mas Tok,” kata Ganjar ditemui sesaat sebelum beranjak meninggalkan rumah Guntur.
Ganjar menyebut banyak kenangannya dengan Guntur selama ini. ”Hampir sebulan dua kali Mas Tok telepon saya dan memberikan masukan banyak sekali. Kadang-kadang juga sekadar menyanyi Bengawan Solo atau ngajak nyanyi Suket Teki, gitu ya. Tapi selalu update dan memberikan semangat kepada anak muda,” ujarnya.
Baca juga: Tumpukan Tiga Batu "Seni" Perlawanan Bung Karno di Benteng Marlborough
Ganjar juga menyebut Guntur yang panjang umur telah memberikan resep yang sangat bagus. ”Olahraga, (minum) vitamin, dan pasrah kepada Yang Maha Kuasa. Itu luar biasa. Dan, yang menarik dari seorang Mas Tok adalah di usia yang sangat senior, masih sehat, berpikir jernih, dan masih menulis. Itu sesuatu yang menurut saya mahal sekali,” katanya.
Sampai hari ini, Ganjar menuturkan, Guntur terus memberikan semangat dari apa yang dialaminya. ”Beliau memberikan kesaksian banyak. Dia melakukan, dia mendengar, dia melihat. Dan (kesemuanya) itu ada pada beliau. Maka, tadi betul, harus lebih banyak menulis terus agar kita bisa mengerti lebih banyak apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh pendiri bangsa,” ujarnya.