Menyambung Impian Shalat Berjemaah di Al-Aqsa yang Merdeka
Hubungan mesra Indonesia-Palestina tersaji dalam kehangatan rangkulan PM Palestina M Shtayyeh kepada Presiden Jokowi di Istana Bogor. Ini sekaligus menunjukkan konsistensi dukungan Indonesia atas kemerdekaan Palestina.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·6 menit baca
Dukungan Indonesia bagi kemerdekaan Palestina telah disuarakan dari presiden ke presiden, tak terkecuali Presiden Joko Widodo. Pernyataan yang banyak dikutip terkait hal ini adalah ketika di tahun 1962 Presiden pertama RI Soekarno berpidato, ”Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”
Sejarah panjang kemesraan hubungan Indonesia-Palestina ini pun tersaji dalam kehangatan senyum, rangkulan, dan pelukan yang disuguhkan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh kepada Presiden Jokowi dalam kunjungan resmi di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10/2022). Selama kunjungan ke Indonesia, Shtayyeh pun bertemu dengan sejumlah tokoh, seperti Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
”Insya Allah, semoga pada kunjugan yang berikutnya adalah kunjungan Yang Mulia ke Palestina di saat Palestina sudah merdeka dengan Jerusalem sudah merdeka dan kita bisa shalat bersama-sama secara berjemaah di Al-Aqsa,” ucap Shtayyeh kepada Presiden Jokowi.
Dalam upacara penyambutan yang berlangsung meriah di halaman Istana Bogor, Presiden Jokowi pun menyuguhkan keramahan. ”Selamat datang di Jakarta Yang Mulia PM Shtayyeh dan senang bisa bertemu kembali setelah pertemuan kita di Glasgow (Skotlandia). Palestina adalah sahabat dekat Indonesia. Palestina adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia,” ujar Presiden Jokowi mengawali perbincangan.
Presiden Jokowi segera menegaskan bahwa Indonesia juga secara konsisten terus mendukung perjuangan bangsa Palestina. ”Dan, saya berharap kunjungan Yang Mulia dapat semakin memperkokoh hubungan yang sudah baik ini. Saya percayakan Yang Mulia untuk menyampaikan sambutan pembuka,” kata Presiden Jokowi.
Kedatangan PM Shtayyeh di Istana Kepresidenan Bogor diawali dengan sambutan meriah oleh pasukan Nusantara, pasukan berkuda, dan korps musik Pasukan Pengamanan Presiden. Prosesi penyambutan kemudian dilanjutkan dengan upacara penyambutan resmi dengan diperdengarkannya lagu kebangsaan kedua negara dan diiringi dentuman meriam sebanyak 21 kali. Kunjungan resmi ini merupakan kunjungan pertama PM Shtayyeh ke Indonesia sebagai perdana menteri.
Seusai penandatanganan buku tamu kenegaraan di Ruang Teratai, acara dilanjutkan dengan penanaman pohon bersama di halaman Istana Bogor. ”Terima kasih banyak. Ini adalah pohon Jerusalem di jantung Indonesia. Terima kasih Pak Presiden untuk mewujudkan ini. Barakallah,” kata Shtayyeh di acara penanaman pohon.
Dalam pernyataan pers bersama, Presiden Jokowi menegaskan Indonesia secara konsisten terus mendukung perjuangan Palestina. ”Dukungan internasional terhadap perjuangan Palestina perlu terus didorong dan saya tekankan pentingnya kesatuan di antara bangsa Palestina. Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa kesatuan Indonesia-lah yang membawa Indonesia dapat merebut kemerdekaan,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi menegaskan Indonesia secara konsisten terus mendukung perjuangan Palestina.
Tantangan lama
Presiden Jokowi menegaskan bahwa dunia saat ini sedang menghadapi tantangan yang luar biasa. Namun, tantangan lama, yaitu penyelesaian masalah Palestina, belum juga berhasil diselesaikan secara damai dan adil. ”Saya tegaskan komitmen Indonesia untuk terus mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina,” ucapnya.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi menegaskan agar proses rekonsiliasi perlu terus didorong. ”Indonesia siap memfasilitasi rekonsiliasi faksi-faksi yang ada di Palestina. Saya juga menyampaikan dukungan Indonesia agar Palestina menjadi anggota penuh di PBB,” ujar Presiden Jokowi.
Terkait penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 mendatang, Palestina berharap agar Indonesia menyampaikan pesan dukungan kepada Palestina di forum tersebut. Shtayyeh mengapresiasi dukungan Indonesia terhadap perjuangan bangsa Palestina dan rekonsiliasi Palestina untuk tercapainya kemerdekaan dan perdamaian di Palestina.
Ketika memberikan sambutan pada acara ramah tamah dalam rangka memperingati 33 tahun hubungan diplomatik antara Pemerintah Palestina dan Pemerintah Indonesia di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (25/10/2022) malam, Kalla menyebut mayoritas warga Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina. Hal itu disampaikan Kalla kepada Shtayyeh.
Alasan mayoritas warga Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina karena ingin merasakan kebahagiaan dan leluasa mengunjungi negara jajahan Israel tersebut. Kalla berharap agar perundingan perdamaian bisa berjalan sukses. Bagi Kalla, jalur diplomasi damai adalah jalan yang tepat untuk Palestina guna memperjuangkan kemerdekaannya.
”Anda perlu tahu bahwa ketika kita masih muda, banyak demonstrasi mendukung kemerdekaan Palestina. Tapi, harus mempelajari kembali bahwa tidak butuh demonstrasi, tapi butuh solusi perdamaian,” kata Kalla, menambahkan.
Turut hadir dalam acara malam ramah tamah yang penuh persahabatan tersebut sejumlah tokoh dan pejabat, seperti Menhan Prabowo Subianto, mantan Menteri Luar Negeri Alwi Shihab, Yenni Wahid, dan dubes dari negara-negara Muslim. Dalam pertemuan dengan Shtayyeh di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (26/10/2022), Prabowo menegaskan dukungan konkret untuk Palestina berupa beasiswa dari Kemenhan untuk generasi muda Palestina.
Era lampau
Sebelumnya, merujuk arsip pemberitaan Kompas, 1 Desember 1983, Presiden kedua RI Soeharto juga menegaskan dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina. Ia mengatakan bahwa RI akan mendukung setiap usaha yang menuju kemerdekaan Palestina.
Dalam sambutan tertulis pada peringatan Hari Solidaritas dengan Rakyat Palestina yang diselenggarakan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden Soeharto kala itu menuturkan bahwa Indonesia mendukung setiap rencana perdamaian yang dapat diterima oleh negara-negara Arab. Demikian pula rencana perdamaian yang menjamin hak rakyat Palestina hidup bebas di negerinya sendiri.
Merujuk arsip pemberitaan Kompas, 1 Desember 1983, Presiden kedua RI Soeharto juga menegaskan dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie di depan Presiden Palestina Yasser Arafat di ruang VVIP Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 8 April 1999, pun sekali lagi menyatakan sikap Pemerintah Indonesia yang senantiasa mendukung perjuangan Palestina ke arah kemerdekaan penuh.
Di era selanjutnya, Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid juga bertemu dengan pemimpin Palestina Yasser Arafat di Istana Merdeka, Jakarta, 16 Agustus 2000, untuk membicarakan penyelesaian sengketa Israel-Palestina. Pada pertemuan tersebut, Kepala Negara menegaskan bahwa Indonesia terikat kepada keputusan yang dulu, yakni hak untuk mencapai perdamaian di Palestina terserah pada orang-orang Palestina sendiri.
”Yang dalam hal ini tentu diwujudkan dalam bentuk keputusan-keputusan atau konferensi OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), PBB, dan lain-lain,” kata Abdurrahman Wahid dalam jumpa pers bersama Yasser Arafat kala itu.
Di hari terakhir lawatannya selama 12 hari ke empat negara, antara lain Republik Rakyat Cina, Korea Utara, Korea Selatan, dan India, 4 April 2002, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri pun menyampaikan keprihatinannya terkait terus berlanjutnya kekerasan di wilayah Palestina. Ia menyatakan Indonesia akan berupaya bersama-sama negara lain untuk segera menghentikan kekerasan di Timur Tengah.
”Saya mengikuti terus perkembangan yang terjadi di Palestina,” kata Presiden Megawati dalam jumpa pers di Mumbai, India, saat itu.
Komitmen Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina hingga meraih kemerdekaan, termasuk hak-haknya, pun diungkapkan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini diutarakannya saat memberikan sambutan dalam upacara pembukaan KTT OKI di Kairo, Mesir, 6 Februari 2013.
Indonesia adalah negara yang mengalami pahit getir perjuangan merebut kembali kemerdekaan dari penjajah. Keprihatinan yang di kemudian hari, saat negeri ini telah merdeka, melestarikan jiwa untuk solider dengan negeri-negeri lain yang berjuang demi kemerdekaannya seperti Palestina. Solidaritas yang secara jelas tergambar di lembar konstitusi negeri ini, khususnya di baris ”ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.