Areen al-Ossoud, Gerakan Perlawanan Baru Lintas Faksi di Palestina
Kota Nablus kini menjadi perhatian militer Israel. Mereka mencari anak-anak muda yang menjadi tulang punggung kelompok perlawanan baru Palestina di bawah panji Areen al-Ossoud.
Militer Israel, Rabu (26/10/2022), menangkap tiga pemuda Palestina yang diduga menjadi anggota kelompok Areen al-Ossoud (Sarang Singa) di wilayah pendudukan Tepi Barat. Salah satu di antaranya bernama Muhammad al-Nabulsi, saudara lelaki Ibrahim al-Nabulsi, yang tewas ditembak mati oleh militer Israel bulan Agustus lalu.
”Muhammad al-Nabulsi dicurigai memiliki senjata, membuat alat peledak, dan terlibat dalam kelompok teroris,” kata militer Israel dalam pernyataannya.
Penangkapan Muhammad al-Nabulsi dan dua rekannya terjadi setelah lima warga Palestina tewas dalam operasi militer di kota Nablus, kota tua di wilayah Tepi Barat. Ini adalah bagian dari operasi militer berskala besar yang dilancarkan untuk menghentikan gerakan perlawanan organisasi bernama Areen al-Ossoud.
Baca juga: Amnesty International Desak Mahkamah Kriminal Selidiki Kejahatan Perang Gaza
Kekerasan meningkat dalam beberapa bulan terakhir di wilayah utara Tepi Barat, terutama di Nablus dan Jenin. Wilayah itu termasuk teritorial Palestina yang diduduki Israel sejak perang Arab-Israel tahun 1967.
Lebih dari 100 pejuang dan warga sipil Palestina tewas sejak awal tahun ini. Menurut catatan PBB, itu jumlah korban tewas terbesar di Tepi Barat dalam hampir tujuh tahun.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, menurut juru bicarnaya, Nabil Abu Rudeinah, menjalin ”kontak-kontak penting dalam upaya menghentikan agresi terhadap rakyat kami”. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, melalui pernyataan tertulis memperingatkan bahwa kekerasan akan ”mendorong Palestina ke arah eskalasi”.
Adapun kelompok Jihad Islam melaporkan, para pejuangnya terlibat dalam ”bentrokan sengit” melawan pasukan Israel di Nablus. Kelompok itu mengancam menuntut balas pada Israel atas kejahatan-kejahatannya.
Generasi baru perlawanan
Dalam beberapa pekan terakhir, sekelompok anak muda pejuang Palestina—sebagian berafiliasi pada kelompok-kelompok perlawanan utama, seperti Fatah, Hamas, dan Jihad Islam—melancarkan serangan dari Nablus. Kelompok baru ini menyebut diri mereka dengan nama ”Areen al-Ossoud” atau ”Sarang Singa”.
Mereka mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan pada seorang tentara Israel di Tepi Barat, dua pekan lalu. Israel kemudian balik melancarkan penggerebekan dan serangan di sejumlah tempat wilayah itu.
Baca juga: Kisah Kamp Jenin, Neraka bagi Israel
Dari lima warga Palestina yang tewas dalam serangan, Selasa (25/10/2022), terdapat satu nama yang menjadi target militer Israel, yaitu Wadih al-Houh. Ia dipandang sebagai salah satu ”pemimpin” kelompok perlawanan baru ini. Namun, tewasnya Houh tidak membuat surut mesin perlawanan kelompok tersebut.
Kemunculan kelompok perlawanan di wilayah pendudukan Palestina bukanlah hal baru. Dalam catatan sejarah, kemunculan kelompok paramiliter dan pembentukan berbagai faksi di Palestina kerap terjadi sejak gerakan intifada pertama.
Dari kelompok Fatah saja, banyak bermunculan kelompok-kelompok kecil, seperti Al-Fahd al-Aswad (Macan Kumbang), Jaish al-Shaab (Tentara Rakyat), Brigade Martir Abu Jihad, dan Fatah Hawks. Kelompok yang paling terkenal, yakni Brigade Martir al-Aqsa, muncul dalam intifada kedua, bersama dengan Faresd al-Lail (Ksatria Malam).
Lintas faksi
Dikutip dari laman Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa, kelompok perlawanan Areen al-Ossoud tidak memiliki ikatan formal dengan faksi-faksi Palestina yang telah mapan. Namun, diperkirakan kelompok ini tumbuh dari Batalion Nablus. Ini adalah kelompok digawangi berbagai anggota Brigade al-Quds (sayap militer Jihad Islam), Brigade al-Aqsa (kelompok Fatah), dan Brigade Izz al-Din al-Qassam (Hamas).
Kelompok tersebut diyakini mendapat manfaat dari koordinasi dan kerja sama antara kelompok sayap militer faksi-faksi politik Palestina. Namun, diyakini Areen al-Ossoud memiliki ikatan yang paling kuat dengan Fatah.
Areen al-Ossoud telah muncul sejak sekitar setahun lalu di Nablus. Kemunculannya ditandai dengan poster-poster bergambar para anggotanya yang tewas dalam bentrokan bersenjata dengan tentara Israel. Hampir keseluruhan mereka adalah anak-anak muda. Dalam poster itu, mereka berpose dengan senapan otomatis dan perlengkapan tempur.
Poster-poster mereka kini terpajang di hampir sepanjang jalan-jalan sempit di kota tua Nablus dan pasar di kota itu. Areen al-Ossoud memiliki prestise tersendiri di Nablus meski tak satu pun pemimpin mereka dikenal di luar kota mereka.
Nama Areen al-Ossoud semakin dikenal luas di seantero Tepi Barat menyusul tewasnya Ibrahim al-Nabulsi (19) pada Agustus 2022. Kematian Nabulsi dijadikan momentum perlawanan para anak muda di kota tua Nablus dan kamp-kamp pengungsi di wilayah itu.
Baca juga: Babak Baru Kekerasan di Gaza, Siklus Berulang Jelang Hajatan Politik di Israel
Sejumlah pihak meyakini, pendiri Areen al-Ossoud adalah Ibrahim al-Nabulsi dan Abdul Rahman Sobh. Sobh tewas dalam baku tembak antara beberapa aktivis Brigade al-Quds dan militer Israel, Juli 2022. Sobh dan Mohammad Al Azizi adalah aktivis Brigade al-Quds. Meski telah muncul sejak setahun lalu, kelompok Areen al-Ossoud diumumkan berdiri pada 2 September 2022, hari ke-40 masa berkabung atas pembunuhan Azizi dan Sobh.
Namun, militer Israel meyakini, pendiri kelompok Areen al-Ossoud adalah Adham al-Shishani (26 tahun), Mohammad al-Dakhil (22 tahun), Ashraf Mubaslat (21 tahun), dan Ibrahim al-Nabulsi (18 tahun). Satu orang pendiri, yaitu Musab Shtayyeh, ditahan oleh aparat keamanan Otoritas Palestina pada September 2022.
Fenomena baru
Jurnalis veteran dan analis politik Palestina, Mohammad Daraghmeh, seperti dikutip dari laman Jerusalem24, menyebutkan bahwa kemunculan kelompok tersebut adalah fenomena baru yang belum pernah terlihat sebelumnya di Tepi Barat. Menurut dia, berdirinya kelompok Areen al-Ossoud mencerminkan persatuan antarfaksi di Palestina.
”Brigade Martir al-Aqsa terpisah dari Brigade Abu Ali Mustafa dan dari Brigade al-Qassam. Setiap faksi memiliki sayap militernya sendiri. Sekarang, kelompok-kelompok ini adalah lintas faksi, mereka bukan milik satu faksi,” kata Daraghmeh.
Menurut sejumlah pejabat Palestina, asal mula kelompok Areen al-Ossoud adalah empat anak muda yang tergerak dan terbakar oleh kemarahan melihat semakin luasnya perambahan oleh para pemukim Yahudi. Kelompok itu diperkirakan belum memiliki tujuan politik selain melawan pendudukan Israel. Mereka kemungkinan memperoleh dukungan keuangan maupun logistik dari kelompok-kelompok lain.
Tidak banyak informasi tepercaya mengenai jumlah sebenarnya anggota Areen al-Ossoud. Seorang pejabat Palestina, yang memiliki kontak baik dengan kota tua Nablus, menyebutkan bahwa jumlah mereka diperkirakan 25 pria bersenjata aktif, tetapi dengan dukungan luas di luar kelompok inti tersebut.
Baca juga: Kompleks Masjid Al-Aqsa Kembali Jadi Saksi Kekerasan Israel
Daraghmeh menambahkan, para pemuda Palestina berupaya menyingkirkan perbedaan tradisional di antara faksi-faksi politik. Mereka bersama-sama dan bahu-membahu melancarkan perlawanan bersenjata pada militer Israel.
Daraghmeh percaya bahwa setiap generasi di Palestina menghadapi fakta di lapangan sesuai dengan pengalaman hidup mereka. ”Generasi ini sedang berdiri. Mereka tidak takut dengan invasi Israel, dan mereka ingin mencoba peruntungan dengan berjuang,” ujarnya. (AFP/REUTERS)