Megawati: Pancasila Sangat Bisa Digunakan di Seluruh Dunia
Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengingatkan, menghargai perbedaan dan selalu mengupayakan jalan damai setiap kali perbedaan meruncing adalah dua di antara sekian banyak nilai Pancasila yang bersifat universal.
Oleh
ANTONIUS PONCO ANGGORO
·4 menit baca
JEJU, KOMPAS — Pancasila mengandung nilai-nilai positif yang dapat diterapkan tak hanya oleh Indonesia, tetapi juga negara-negara lain di dunia. Menghargai perbedaan dan selalu mengupayakan jalan damai saat setiap kali perbedaan meruncing adalah dua di antara nilai-nilai tersebut. Karena itu, Pancasila perlu untuk terus digaungkan ke seluruh dunia dengan harapan menjadi dasar terciptanya perdamaian.
Presiden Ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengatakan, tidak hanya sekali dirinya diundang berbicara di forum-forum internasional untuk memaparkan soal Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ini karena, meskipun setiap negara memiliki nilai dan kepentingan berbeda-beda di internalnya, banyak negara kagum dengan setiap sila dalam Pancasila.
Di antaranya bagaimana Pancasila mengandung penghargaan atas perbedaan dan selalu menekankan jalan damai ketika perbedaan itu meruncing. ”Saya kira ini (nilai-nilai Pancasila) sebetulnya universal, dapat dipergunakan oleh dunia untuk perdamaian,” ujar Megawati, di Jeju, Senin (12/9/2022) malam.
Nilai-nilai ini pula yang menjadi alasan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ini kembali diundang ke Forum Jeju ke-17 di Jeju, Korea Selatan, 14 September ini.
”Saya diundang untuk menjadi keynote speaker (pembicara kunci) karena saya selalu mengatakan bahwa Indonesia, alhamdulillah, punya Pancasila yang sebenarnya itu sangat bisa dipergunakan oleh seluruh bangsa di dunia, terutama dari sisi masalah perdamaian,” katanya.
Dikutip dari laman resmi Jeju Forum, Jejuforum.or.kr, Jeju Forum for Peace and Prosperity pertama kali diluncurkan pada 2001 sebagai platform dialog internasional yang tidak hanya berbagi visi perdamaian di Semenanjung Korea, Asia Timur, dan dunia, tetapi juga mencari solusi kreatif untuk melestarikan perdamaian melalui kerja sama internasional.
Saya diundang untuk menjadi keynote speaker (pembicara kunci) karena saya selalu mengatakan bahwa Indonesia, alhamdulillah, punya Pancasila yang sebenarnya itu sangat bisa dipergunakan oleh seluruh bangsa di dunia, terutama dari sisi masalah perdamaian.
Khusus untuk tahun ini, Jeju Forum mengangkat tema ”Beyond Conflict, Towards Peace: Coexistence and Cooperation”. Forum ini diharapkan bisa memetakan peta jalan menuju perdamaian, terutama terkait dinamika global belakangan, seperti perang Rusia-Ukraina, perseteruan antara AS dan China, pandemi Covid-19 yang belum berakhir, dan ancaman perubahan iklim.
Sebelum kehadiran di Forum Jeju ke-17, Megawati pernah juga menjadi pembicara kunci di Forum Jeju ke-12 pada 2017. Dalam Forum Jeju ke-17, Megawati juga akan mengangkat soal nilai perdamaian yang terkandung dalam Pancasila.
”Betul, jadi kalau bisa diulang lagi, diulang lagi (soal nilai-nilai dalam Pancasila),” ucap Megawati.
Lebih dari pemerintah
Menurut pakar hubungan internasional Universitas Padjadjaran Bandung, Teuku Rezasyah, dalam Jeju Forum, Megawati sebagai presiden ke-5 serta figur yang memiliki reputasi bisa menjalankan peran melebihi yang telah diupayakan pemerintah dalam rangka menciptakan perdamaian dunia.
Posisi Megawati yang tidak lagi bagian dari pemerintah seharusnya bisa membuatnya lebih bebas berbicara tentang pentingnya perdamaian dunia. Risikonya lebih rendah daripada jika yang menyampaikan pemerintah. ”Jadi, harus ada terobosan, kaya ide, bagaimana perdamaian dunia harus terus didorong. Tentu hal ini harus dengan cara yang sangat diplomatis,” ujarnya.
Sebagai contoh, terkait perang Rusia-Ukraina, jika Pemerintah RI menekankan soal pentingnya perdamaian dari aspek suplai energi dan bahan pokok, Megawati bisa berbicara lebih luas dari itu. ”Misalnya, memaparkan kenyataan bahwa dunia kian tidak baik setelah krisis Rusia-Ukraina,” katanya.
Hal yang juga penting untuk terus diingatkan Megawati adalah soal reunifikasi Korea. Megawati yang memiliki reputasi dan sejarah panjang di kedua negara di Korea diharapkan bisa terus mengingatkan sekaligus mendorong kedua negara untuk terus berdialog hingga reunifikasi tercapai.
Sejarah Megawati dengan dua negara di Semenanjung Korea terbentang sejak ayahnya, Soekarno, menjabat Presiden RI. Bung Karno mengenal baik pemimpin pertama Korea Utara Kim Il Sung yang merupakan kakek dari pemimpin Korut saat ini.
Kemudian, saat Megawati menjabat sebagai Presiden RI, ia sempat diminta secara informal oleh Presiden Korsel Kim Dae-jung guna menjadi semacam utusan khusus untuk berbicara dengan pemimpin Korut Kim Jong Il, ayah dari pemimpin Korut saat ini, yakni Kim Jong Un. Megawati juga sempat mengunjungi Korut dan bertemu dengan Kim Jong Il di Pyongyang. Pada 2017, Megawati juga diminta Presiden Korsel Moon Jae-in untuk terus mengambil peran dalam menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea.
Kerja sama
Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey yang ikut dalam lawatan Megawati ke Korsel diagendakan menandatangani nota kesepahaman dengan maskapai penerbangan asal Korsel, yakni Jeju Air.
”Dalam pertemuan Ibu Megawati di Jeju ini sekaligus kita diagendakan kerja sama Pemerintah Provinsi Sulut dengan Jeju Air dalam rangka penerbangan langsung dari Korea ke Sulut,” kata Olly yang juga menjabat Bendahara Umum PDI-P.
Kerja sama itu diharapkan bisa semakin menggeliatkan pariwisata di Sulut. Terlebih jika tersedia penerbangan langsung, jarak tempuh antara Korsel dan Sulut hanya sekitar lima jam. Selain itu, lanjut Olly, penerbangan langsung diharapkan bisa menggenjot pula investasi dari Korsel di Sulut.
”Karena memang di Sulut investor Korea sudah ada. Ada yang investasi pariwisata, hotel, dan lapangan golf. Jadi, ini akan mendorong pariwisata di Sulut, lebih khususnya di Likupang, akan lebih cepat,” ujar Olly.