Wapres Amin Minta Jangan Sampai Terjadi Lagi Kekerasan di Sekolah Islam
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai kekerasan yang terjadi di pesantren dapat mencoreng dunia pesantren. Dia pun meminta agar jangan sampai terjadi kekerasan di sekolah-sekolah Islam.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Beberapa peristiwa kekerasan yang terjadi di pesantren mendapat perhatian Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Wapres meminta agar kekerasan yang dinilai mencoreng pesantren tersebut jangan sampai terjadi di dunia pendidikan Islam.
”Beberapa hari ini saya dikagetkan dengan (kabar) di pesantren terjadi kekerasan. Ada yang meninggal. Di Tangerang, di beberapa tempat, ada kekerasan. Ini harus betul-betul diawasi lagi. Ini mencoreng dunia pesantren, (ketika) terjadi kekerasan di pesantren,” kata Wapres Amin saat memberikan ceramah umum kepada sivitas akademika dan guru Al Azhar seluruh Indonesia dalam rangka Milad Ke-37 Yayasan Waqaf Al Muhajirien Jakapermai di Auditorium Gedung Pusdiklat Al Muhajirien, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (31/8/2022).
Beberapa hari ini saya dikagetkan dengan (kabar) di pesantren terjadi kekerasan. Ada yang meninggal. Di Tangerang, di beberapa tempat, ada kekerasan. Ini harus betul-betul diawasi lagi. Ini mencoreng dunia pesantren, (ketika) terjadi kekerasan di pesantren.
Pada kesempatan tersebut, Wapres Amin meminta agar di sekolah-sekolah Islam, seperti Al Azhar, jangan sampai terjadi kekerasan. ”Sebab, kita ingin menjadikan generasi yang toleran. Kalau masih kecil sudah diajarkan kekerasan, ini akan bisa membawa sikap yang tidak baik,” katanya.
Wapres Amin pun mengharapkan Al Azhar dapat menjadi salah satu kawah candradimuka untuk mendidik dan melahirkan generasi Muslim yang muttaqin, muammiriin, dan wasathiyyin. Generasi muttaqin adalah sumber daya manusia unggul yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki iman dan takwa. Generasi muammiriin adalah generasi yang berkemampuan memakmurkan bumi. Adapun generasi wasathiyyin adalah generasi yang moderat.
Menurut Wapres Amin, umat Islam jangan kurang peduli terhadap agamanya, tetapi juga jangan berlebihan. ”Jadi, kita yang tengah. Kita diajarkan supaya menjadi umat yang moderat. Moderat itu yang toleran, menghargai perbedaan, tidak memaksakan kehendaknya. Dakwah kita mengajak dengan cara yang benar. Sebab apa? Isu radikalisme menjadi isu global, dan kita, ternyata, Indonesia dianggap negara dan bangsa yang paling toleran,” ujarnya.
Beberapa waktu lalu, delegasi dari Majelis Hukama Al Muslimin, kumpulan cendekiawan Muslim seluruh dunia, yang dipimpin Rektor Universitas Al Azhar Profesor Thayeb datang ke Indonesia dan menemui Wapres Amin. Mereka mengatakan datang untuk belajar tentang Indonesia dan ingin menjadikan model Indonesia sebagai cara mengembangkan Islam di tataran global.
”(Mereka mengatakan) ’Kami bukan ingin mengajari Indonesia, tapi ingin belajar (tentang Indonesia). Dan, sesungguhnya, sekarang ini bukan saatnya lagi bahasa Arab diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, tapi bahasa Indonesia yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab’. Nah, ini (yang) harus dijaga karena kita sebenarnya sudah berhasil membangun wasathiyah. Makanya kita jaga, kita tularkan kepada generasi anak-anak kita. Jangan sampai paham-paham radikalisme, terorisme, masuk ke dalam negara kita,” tutur Wapres.
Turut mendampingi Wapres Amin pada kesempatan tersebut Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika, Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pemerintahan dan Wawasan Kebangsaan Velix Vernando Wanggai, dan Staf Khusus Wapres Bidang Umum Masykuri Abdillah.
Jabar, miniatur Indonesia
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menuturkan, Jabar memiliki 50 juta lebih penduduk dengan beragam suku, ras, dan lainnya. ”Pak Jokowi bilang Jabar adalah miniaturnya Indonesia,” katanya sembari menambahkan, ada 12.000 pesantren dan sekitar 6 juta santri di Jabar.
Menurut Wagub Uu, salah satu alat untuk mencapai slogan ”Jabar Juara Lahir Batin” adalah dengan memprioritaskan dunia pendidikan. ”Dunia pendidikan yang diharapkan oleh Pak Gubernur sebagai pimpinan di Jawa Barat adalah pendidikan yang wasathiyah. Artinya, pendidikan yang seimbang, yang tengah-tengah, yang tidak terlalu cenderung kepada duniawi dan juga seimbang dengan ukhrawi,” ujarnya.
Dunia pendidikan yang diharapkan oleh Pak Gubernur sebagai pimpinan di Jawa Barat adalah pendidikan yang wasathiyah. Artinya, pendidikan yang seimbang, yang tengah-tengah, yang tidak terlalu cenderung kepada duniawi dan juga seimbang dengan ukhrawi.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Waqaf Al Muhajirien Jakapermai Muhammad Syafiudin menceritakan perkembangan yayasan sejak pendiriannya pada 9 Agustus 1985. ”Sampai hari ini, Yayasan Waqaf Al Muhajirien Jakapermai terus berkhidmat untuk umat dan bangsa, di mana kami telah memiliki 10 sekolah Islam Al Azhar, satu sekolah madrasah ibtidaiyah Al Muhajirien, yang ada di tiga kampus, yakni Kampus Jakapermai, Kampus Kemang Pratama, dan Kamus Grand Wisata,” katanya.